KEBUMEN – Desa mempunyai cerita asal-usul yang diwariskan secara turun-temurun. Nama dan asal-usul biasanya dihubungkan dengan temuan benda di wilayah tersebut.
Tanggulangin, satu desa di Kecamatan Klirong, Kebumen. Sebelah selatan berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. “Desa Tanggulangin mempunyai cerita sejarah tersendiri,” kata Muhammad Kasimin, Kepala Desa Tanggulangin kepada Wiradesa.co, Rabu, 14 April 2021.
Dahulu Desa Tanggulangin terdiri dari lima desa yaitu Desa Putat, Condong, Entak, Kewedusan dan Tua Buru. Wilayah tersebut termasuk dalam Kecamatan Tanggulangin, Kadipaten Ambal yang saat itu diperintah oleh Adipati Joko Puring.
Setelah itu, ada penggabungan wilayah antara Desa Entak dengan Desa Kewedusan. Oleh sebab itu, dari yang tadinya ada 5 desa, tinggal 4 desa. Kemudian sekitar 1924 terjadi penggabungan wilayah yang terakhir dari 4 desa bergabung menjadi 1 desa. Proses tersebut terjadi setelah dihapuskan Kecamatan Tanggulangin dan Kadipaten Ambal. “Akhirnya, desa baru ini terbentuk menjadi Desa Tanggulangin,” imbuhnya.
Asal-usul nama Tanggulangin tidak mengambil nama dari kelima desa tersebut untuk menghindari perpecahan antarmasyarakat. Akan tetapi, dilihat berdasarkan letak geografisnya. Wilayah yang letaknya memanjang dari barat sampai timur, terdapat daratan yang berbentuk seperti tanggul.
Tanggul tersebut memisahkan antara laut dengan Sungai Lukulo. Konon cerita, untuk menghalangi angin dari laut selatan. Apabila tidak ada tanggul tersebut tanaman banyak yang mati. Maka dari itu, Desa Tanggulangin sebagian besar wilayahnya memiliki tanggul.
Adanya tanggul sangat bermanfaat bagi petani. Adanya tanggul membuat panen padi berlangsung sukses. Petani juga akan merasa tenang sebab kendaraan pribadi seperti motor tidak akan rusak mesinnya. Biasanya, jika sering ke sana mesin motor akan sering rusak terkena air laut.
Itulah sepenggal kisah asal-usul Desa Tanggulangin. Kini Desa Tanggulangin semakin berkembang dan selalu bisa menggali potensi desa yang lebih baik.
(Nur Anggraeni)