Berkah Rezeki Ramu Jamu Lembu

Murwanto (Bei) tengah memarut jamu lembu pakai mesin. (Foto: Wiradesa)

KULONPROGO – Ternak lembu atau sapi disamping butuh pakan dan minum juga membutuhkan asupan jamu sebagai tambahan nutrisi. Para peternak tradisional bahkan memberikan jamu dengan komposisi temu ireng, temu lawak, lempuyang dan kunir secara rutin.

Kebiasaan peternak tradisional memberi asupan jamu bagi lembu peliharaan mereka menjadi berkah rezeki bagi peramu jamu jawa seperti Murwanto dan Martini, warga Karangwetan RT 19 Salamrejo, Sentolo. Murwanto yang akrab disapa Bei menuturkan, jamu temu ireng, temu lawak, lempuyang, kunir dan galian sebagai bumbu diberikan buat ternak lembu dengan cara komboran, bisa dicampur bersama ransum bekatul.

“Para pemilik ternak lembu banyak yang langganan. Ke pasar beli jamu lembu tiap hari pasaran. Satu takaran konsumsi harganya cukup murah Rp 5 ribu,” kata Bei, Kamis 30 September 2021 sore.

Sore itu, Bei menyiapkan parutan bahan-bahan jamu. Persediaan temu ireng di bagor masih ada sekitar 20 kg. Untuk memenuhi kebutuhan esok hari, stok temu ireng sebanyak itu hanya akan diolah separuhnya. “Tambahan temu lawak, lempuyang, kunir, masing-masing 2 kg. Dicampur dan dikemas plastikan. Dikemas bersama ampasnya tidak diperas. Jadwal jualan besok pagi di Pasar Nyonyol Sentolo,” ujar Bei.

Baca Juga:  Pertanian Terintegrasi Skala Rumah Tangga

Selain jamu lembu, bersama istrinya Martini, Bei juga menyediakan aneka jamu lain. Terlaris jamu bagi ibu menyusui lalu jamu pegal linu, jamu sawan tahun, parem tahun, sehat pria, sehat wanita. Komposisi jamunya terhitung lengkap. Ditambah kunir, kencur dan lainnya.

Berjualan jamu lembu dan jamu jawa tradisional telah dilakoni Bei dan Martini semenjak pulang dari Ibu Kota. Mereka ikut arus besar orang desa merantau ke kota. “Dulu pernah merantau. Mencari sesuap nasi. Istri di pabrik tekstil, saya pernah kerja di pabrik asbes, lalu jadi penjaga keamanan salah satu pusat perekonomian di Cikarang,” kenang Bei.

Bagi Bei, meracik jamu dan jualan jamu bukan sesuatu yang ahistoris. Dia mengakui, sebagai peracik dan penjual jamu termasuk generasi ketiga. “Ada keturunan sebagai peracik jamu. Kini selepas kembali ke desa belum pernah ganti kerjaan. Mungkin sudah jatah rezekinya memang dari jamu. Sehari kalau untuk jamu lembu habis 10 kg temu ireng,” tuturnya.

Jamu Bei dan Martini sudah punya pelanggan. Begitu sampai pasar, tak butuh waktu lama untuk segera melayani pembeli. Dengan wadah bathok, tangan Martini gesit, mencampur komposisi jamu yang berbeda-beda. Pun dengan takarannya. Jamu disaring lalu dikemas, pasalnya para pembeli kebanyakan meminta untuk dibungkus dan dibawa pulang.

Baca Juga:  Cangkok Belimbing Bangkok Merah, 10 Bulan Berbuah

“Berangkat usai Subuhan sekitar pukul 05.00. Rampung jualan, dagangan habis sekitar pukul 10.00,” ucap Bei yang punya jadwal rutin jualan jamu lembu dan jamu jawa seperti di Pasar Nyonyol tiap kliwon, Pon di Pasar Srikayangan, Wage-Pahing di Pasar Butuh, dan Legi di Pasar Keboan, Cangakan. Semua di Kulonprogo. (Sukron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *