KULONPROGO – Penanganan anak balita stunting di Kalurahan Bugel Kapanewon Panjatan Kulonprogo terbilang intensif. Intervensi dengan pemberian makanan tambahan (PMT) diantaranya lewat program one day one egg, berupa pemberian satu telur setiap hari.
Koordinator food bank berbasis dapur sehat atasi stunting (Dashat) atau lumbung pangan penanganan stunting di Bugel, Isyanti menuturkan, asupan makanan tambahan juga diberikan kepada ibu hamil kekurangan energi kronis (KEK) ditandai dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm.
“Saat ini dari temuan empat ibu hamil dengan KEK tinggal tersisa dua orang,” kata Isyanti kepada wiradesa.co, Rabu 3 Januari 2024.
Progam penanganan stunting di Bugel juga disinergikan dengan program di Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Mina Harapan, Kalurahan Bugel. Harapannya, bila sebelumnya intervensi PMT berupa satu hari satu telur bisa berkembang menjadi satu hari konsumsi satu ikan.
Food bank adalah program dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), praktiknya mengelola alokasi anggaran guna mendukung percepatan penurunan stunting. Juga menerima donasi dari warga yang kelebihan pangan untuk disalurkan kepada keluarga sasaran.
“Data awal 2023 dari Puskesmas di Bugel 24 kasus stunting dengan indikasi baru sebatas kurang tinggi badan yang tak sesuai usia. Dengan intervensi asupan protein hewani yang diberikan hasilnya ada penurunan stunting,” paparnya.
Dalam tiga bulan dilakukan intervensi PMT berupa pemberian gizi protein hewani. Setiap hari kegiatan food bank memasak untuk 35 balita sasaran dengan seminggu sekali dilakukan monev dan pemantauan serta edukasi dari tenaga kesehatan. “Memang untuk problem stunting harus ada aksi nyata dari berbagai dinas terkait. Seperti dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kulonprogo dengan program pemberdayaan lewat Pokdakan. Sebagian keuntungan kelompok akan dialokasikan menyumbang kegiatan food bank,” terangnya.
Kegiatan Pokdakan setempat mengelola 15 kolam bulat dan satu kolam permanen. Kolam permanen 27 meter persegi diisi 2500 lele sedangkan kolam bulat diameter 2 meter diisi 320 gurami dan 3500lele. Dan sebagian kolam telah ditambahi lagi dengan lele sehingga total ada 7000 ikan lele yang sebagian telah siap panen.
Pengelolaan kolam lele, lanjut Isyanti, diutamakan pada manajemen air. Seminggu sekali kandungan amoniak di dasar kolam dibuang melalui saluran kontrol di dasar kolam serta ditambahi air bersih. Bila dijumpai ikan berbaris, air harus segera ganti karena pertanda ikan kekurangan oksigen.
“Untuk pakan menggunakan pelet. Pakan bersumber dari hibah sebanyak 28,5 sak pelet. Untuk panen lele yang diminta pengepul satu kilonya isi 6-7 lele. Ini baru mau ditengok pengepul untuk panen perdana,” jelasnya.
Isyanti menuturkan dari pengamatan dan diskusi yang dilakukan, persoalan stunting tidak semata karena ketidakmampuan orangtua dalam menyediakan gizi protein bagi balita tetapi ia juga melihat ada kekeliruan dalam pola asuh. Misalnya orangtua menitipkan pengasuhan anak kepada simbahnya ditambah kurang telaten memperhatikan kebutuhan gizi protein hewani dan lebih suka mencari bahan pangan yang praktis dan menu instan. (Sukron)