BANJARNEGARA – Para petani durian di Banjarnegara tengah merayakan panen raya durian. Selain petani, rezeki durian juga dirasakan para pedagang yang menjajakan durian di lapak-lapak sekitar jalan Nasional di kota Banjarnegara.
Ridwan Susanto, petani dan pedagang durian di kota berjuluk Gilar-Gilar mengatakan, lapak penjual durian mudah ditemui di sepanjang jalan nasional ketika memasuki kota Banjarnegara. Lalu di sepanjang jalan seputar Alun-alun ke arah timur sampai Polres Banjarnegara.
“Di jalur tersebut dapat dengan mudah dijumpai para pedagang durian musiman. Mereka menggelar lapak. Ada yang menggunakan mobil pribadi, juga lesehan di trotoar. Bersambung ke timur Samsat sampai Kecamatan Sigaluh perbatasan Wonosobo. Banyak dijumpai lapak kecil dan kios durian,” kata Ridwan Susanto kepada Wiradesa.co, Kamis 14 Desember 2023.
Dikatakan Ridwan, melimpahnya buah durian di Banjarnegara membuat pedagang sampai memasarkan ke luar kota. “Kalau durian luar jarang yang masuk. Sebaliknya durian Banjarnegara justru dikirim ke luar kota seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya juga kota besar lain,” ungkap Ridwan yang tinggal di Kelurahan Wangon RT 01 RW 06 Kecamatan Banjarnegara.
Wilayah penghasil durian di Banjarnegara tersebar di beberapa kecamatan. Di Mandiraja, Wanadadi, Banjarmangu, Madukara serta Sigaluh. Kualitas durian lokal Banjarnegara, lanjut Ridwan, termasuk bagus. Selain durian lokal biasa ada pula durian lokal premium seperti durian simimang, kamun dan podang. Jenis durian lokal premium saat ini juga banyak yang panen.
“Saya sendiri banyak jualan durian lokal, sebut saja sebagai durian kampung. Ada durian montong dan bawor tapi jumlahnya sedikit. Paling banyak durian lokal,” ujarnya.
Selain memanen dari pohon di kebun miliknya sebanyak sepuluh pohon, Ridwan kulakan dari para tetangga yang punya pohon durian. Para petani biasanya sekali petik antara 10-50 butir.
Ridwan menjelaskan, panen raya durian telah dimulai November lalu dan diprediksi akan bertahan sampai Januari 2024. Mengingat masih banyak durian yang belum masak pohon.
Sehari-hari selain bekerja formal, Ridwan jualan durian di rumah memanfaatkan kekuatan media sosial. Ia seringkali mengunggah info dagangan durian via WA. Selain itu, dia buka satu lapak lagi di Kalibening. “Untuk jualan yang di rumah rata-rata laku 50-100 butir durian sehari. Yang di Kalibening 30-50 butir sehari,” imbuhnya.
Menariknya, harga durian di Banjarnegara punya rentang bervariasi. Termurah Rp 5 ribu perbutir, durian ukuran kecil bobot kurang dari satu kilogram.
Menurutnya, mahal dan murahnya durian sangat relatif. Yang dia anggap mahal yakni durian ukuran super dengan bobot di atas tiga kilogram bisa mencapai harga Rp 50-100 ribu perbutir untuk jenis durian lokal atau durian kampung. “Kalau yang Rp 5 ribu hanya ukurannya saja yang kecil. Sedangkan untuk rasa sudah bisa dapat durian yang enak. Bahkan kalau pintar memilih bisa dapat durian kualitas bagus,” jelasnya.
Melimpahnya durian pada musim panen kali ini, dalam amatan Ridwan, karena makin banyaknya petani yang menanam durian dalam rentang waktu 10 tahun terakhir. Banyak pula pohon yang tiga tahun terakhir tak berbuah dan pada tahun ini berbuah.
“Panen raya tahun ini berkah bagi petani. Sekalipun harganya murah tapi karena panen banyak, hasilnya jadi besar,” timpal Ridwan.
Ridwan dan banyak petani lain menganggap pohon durian dengan hasil tahunan tak ubahnya investasi jangka panjang bagi petani. Sekaligus sebagai sebuah tabungan. Meski begitu, pertanian salak tetap masih jadi primadona bagi petani di Banjarnegara. “Salak hasilnya harian bagi petani sementara durian seperti buah tiban. Durian, rezeki nomplok tahunan bagi petani,” ujar Ridwan sembari menjelaskan karakter khas durian lokal Banjarnegara punya daging tebal, buah warna kuning, lembut creamy, rasa manis legit. Terkadang ada pahit-pahitnya. (Sukron)