SLEMAN – Para pelaku pariwisata di Kapanewon Prambanan menyambut dengan antusias rencana pembangunan jalan penghubung Sleman–Gunungkidul. Mereka yang tergabung dalam Forum Komunikasi Kelompok Sadar Wisata (FORKOM Pokdarwis) Prambanan meyakini infrastruktur baru ini akan membuka peluang wisata baru.
“Ketika infrastruktur jalan penghubung wisata Sleman dan Gunungkidul sudah hampir menjadi kenyataan, seluruh pelaku pariwisata di Kapanewon Prambanan juga harus mulai berpikir dan melihat masa depan bagaimana industri pariwisata di Prambanan bisa lebih bangkit lagi,” ujar Ketua FORKOM Pokdarwis Prambanan, Mujimin, dalam pertemuan bulanan pengurus, warung makan Joerang, Candisari, Wukirharjo, Prambanan, Selasa 10 Juni 2025.
Menurut Mujimin, peran Pokdarwis tidak hanya menjalankan program wisata. Namun, Pokdarwis juga menjadi pemantik kesadaran masyarakat bahwa pariwisata bisa menjadi salah satu penggerak ekonomi.
Pokdarwis adalah sang pemikir pengembangan pariwisata. Salah satu tugasnya membuka mata warga bahwa potensi wisata bisa dikembangkan dan menghasilkan.
Pak Je, sapaan akrab Mujimin, mengarahkan setiap Pokdarwis di enam kalurahan yang tergabung dalam FORKOM agar memetakan potensi wilayah masing-masing. Setelah itu, memperkuat sinergi dengan banyak pihak, mulai dari pemerintah kalurahan, tokoh masyarakat, dan pelaku UMKM, untuk keberhasilan pengembangan pariwisata.
“Tentu, setelah konsep bisa diciptakan diperlukan sinergitas dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah Kalurahan juga tokoh-tokoh masyarakat yang ada di sekitar. Bila semua sudah klop, saya yakin variasi model destinasi wisata yang ada di Prambanan bisa berjalan dengan maksimal,” ujarnya.
Sebagai langkah penguatan sektor pariwisata lokal, FORKOM Pokdarwis Prambanan akan kembali menggelar Program Srawung Desa Pariwisata Prambanan pada Juli–Agustus 2025 mendatang. Program ini akan menghadirkan Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY untuk bersapa-aruh dengan para tokoh dan penggerak wisata di tiap kalurahan.
Prambanan memiliki dua klaster wisata besar: wilayah pegunungan di atas Bukit Siwa, dan wilayah dataran di bawahnya. Nantinya akan dibentuk forum diskusi di masing-masing klaster agar antar kalurahan bisa bersinergi membuat produk wisata yang layak jual. (*)








