BANTUL – Namanya Kuat. Hanya kuat saja. Tidak ada embel-embel lain. Nama adalah doa. Orangtua berharap anak yang dilahirkan pada tanggal 15 Juni 1978 ini kelak menjadi orang yang kuat. Tidak goyah menahan godaan, rayuan, cibiran, fitnah, dan juga kuat terhadap penyakit.
“Dulu orangtuaku memberi nama Sulistyo. Karena waktu kecil sering sakit-sakitan, akhirnya diganti nama Kuat. Setelah diganti nama kuat, ternyata sudah tidak sakit-sakit lagi dan alhamdulillah sampai sekarang tidak pernah sakit yang serius,” papar Kuat saat berbincang dengan Wiradesa di Sekolah Sungai Siluk, Sabtu 25 September 2021.
Kuat menceritakan, waktu dirinya lahir, 43 tahun lalu, di Siluk, Selopamioro, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, belum banyak bidan atau dokter. Jika ada anak sakit, biasa oleh orangtuanya dibawa ke dukun untuk diobati. Dalam Bahasa Jawa disuwuk. Kalau tidak sembuh dan terus sakit-sakitan, orang yang dianggap pintar, menyarankan untuk diganti namanya. “Kelihatannya ora nalar. Tapi kok ya bener yo. Setelah namanya diganti, ora sakit meneh,” ujar Kuat karo ngguyu.
Seiring berjalannya waktu, pendiri Taman Baca di Bawah Kolong Jembatan ini terbukti kuat menahan godaan. Pernah suatu waktu, ada tokoh partai politik yang menawari uang agar mendukung parpol tertentu pada Pemilu 2019. Namun dia tolak. Karena jika diterima, menurut Kuat, akan menggoyahkan idealisme dan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap dirinya.
Kuat juga kuat menahan cibiran dan fitnah dari masyarakat yang tidak suka dengan aktivitasnya. Pada tahun 2015, saat dia sendirian memunguti sampah di kolong atau bawah Jembatan Siluk, banyak orang yang mengatakan Kuat aneh. Kurang kerjaan. Seperti orang gila.
Namun Kuat tetap kuat. Dia terus mengumpulkan berbagai sampah, termasuk sampah kesehatan yang dibuang oleh warga sekitar jembatan dan orang yang melintas di Jembatan Siluk. Bahkan bapak dua orang anak Assa Ndalu Semesta dan Tannya Padda Dunnya yang tinggal di Siluk II, RT 02, Selopamioro, Imogiri, Bantul ini berhasil mengajak warga masyarakat, khususnya anak-anak muda untuk bergotong-royong mengumpulkan sampah di kolong jembatan.
Ternyata upaya pengumpulan sampah, tidak hanya membersihkan lingkungan, tetapi juga mendatangkan berkah. Dari pengumpulan sampah, pada tahun 2016 terkumpul uang Rp 15 juta. Uang itu dimanfaatkan untuk mendirikan Taman Baca di Bawah Kolong Jembatan. Kuat bersama para pemuda mengajari anak-anak untuk melukis, menari, dan membuat keterampilan. Baginya pendidikan itu investasi besar bagi anak-anak untuk menggapai masa depan yang cerah.

Namun lagi-lagi keinginan mulianya itu tidak terlaksana dengan mulus. Ada saja rintangan yang menghadang. Pada tahun 2017, taman baca yang didirikan Kuat tersapu banjir. Banyak buku dan sarana prasarana pendidikan anak terseret arus banjir besar saat itu. Namun Kuat tetap kuat. Ia tidak patah semangat untuk terus mengupayakan pendidikan gratis bagi anak-anak desa di sekitarnya.
Perjuangannya yang tidak kenal lelah itu diapresiasi Perusahaan Listrik Negara (PLN). Pada tahun 2019, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini siap membangunkan taman baca, tetapi tidak di kolong jembatan. Setelah berkoordinasi dengan aparat Desa Selopamioro, akhirnya disediakan tempat lokasi di pinggir kali, sekitar 100 meter utara Jembatan Siluk. PLN membangunkan joglo, perpustakaan, dan fasilitas pendidikan anak lainnya yang diberi nama Sekolah Sungai Siluk.
Sekolah Sungai Siluk tidak hanya sebagai tempat belajar bagi anak-anak, tetapi juga bagi remaja dan ibu-ibu. Anak-anak disediakan kelas lukis, keterampilan, dan tari. Sedangkan para remaja disediakan kelas desain dan fotography. Untuk ibu-ibu dilaksanakan kelas memasak dan senam.
Untuk mendukung biaya operasional, Kuat bersama anak-anak muda Siluk membuka angkringan dan menjual berbagai souvenir di Sekolah Sungai Siluk. Selain itu juga menyewakan sepeda bagi pengunjung yang ingin gowes ke desa-desa sekitar Siluk sambil menikmati pemandangan yang indah dan aktivitas warga desa yang menawan.
Duduk di pinggir kali sambil menatap kokohnya Jembatan Siluk, Kuat berangan-angan kelak bisa membangun sekolah alam yang bisa menjadi tempat pembelajaran anak-anak desa secara gratis. Kuat ingin sekali berbuat sesuatu yang berguna bagi orang lain. Ojo isin tumindak becik (Jangan malu berbuat baik). Sekecil apapun. (Ono)