BANTUL – Legenda tenis Indonesia Yayuk Basuki Kamis 29 September 2022 sore terlihat berjalan-jalan ke Pasar Rakyat Jogja Gumregah di eks kampus Stiekers Jl Parangtritis Km 3 Salakan Yogyakarta. Mengenakan busana kasual kaos lengan panjang warna merah menyala Yayuk Basuki terlihat menikmati suasana pasar rakyat yang dikonsep sama persis dengan pasar malam Sekaten.
Yayuk Basuki tak canggung blusukan di sela-sela keramaian pengunjung pasar rakyat. Di stan pedagang coffe Bageurhause, Yayuk Basuki memesan kopi panas. Ia mengaku penyuka minuman kopi. Sehari minimal dua gelas. “Sejak usia 7 tahun saya sudah biasa minum kopi. Terbawa sampai sekarang. Apalagi waktu di Kemenpora, bisa 7 gelas dalam sehari,” ungkapnya.
Yayuk Basuki nenyempatkan membeli 2 kaos oblong warna hitam.
Puas berjalan-jalan Yayuk Basuki menjatuhkan pilihan bersantap malam di stan gudeg mercon Bu Prihandi. Yayuk Basuki memilih lauk telur dan oseng-oseng mercon. “Enak gudegnya. Rasanya mantap,” ujarnya sembari tersenyum.
Yayuk Basuki mengaku dulu waktu duduk di bangku sekolah dasar Bhayangkara Balapan Yogyakarta, ia kerap diajak jalan-jalan orang tuanya ke pasar malam perayaan sekaten di Alun-alun Utara. “Dari rumah dibonceng ayah saya naik sepeda ke Alun-alun Utara. Rasanya senang banget bisa main ke pasar malam sekaten. Naik drum molem, jaran-jaranan, beli jajanan bolang baling, gelali,” kenangnya.
Pasar malam menurut Yayuk Basuki harus terus dipertahankan di Yogyakarta karena sudah menjadi ciri khas yang melekat kuat. Selain itu juga menjadi ajang para pedagang kecil mengais rezeki serta sarana hiburan murah bagi masyarakat kecil.
Semasa kecil Yayuk Basuki tinggal di Balapan Gondokusuman Yogyakarta. Memasuki SMP pindah ke pusat pembinaan olahraga di Ragunan Jakarta. Saat klas 2 SMP usia 14 tahun Yayuk Basuki tercatat ikut SEA Games 1985 di Bangkok meraih medali perak. Momen tersebut menjadi awal debutnya di dunia tenis profesional.
“Selama ini karena tuntutan pekerjaan saya banyak tinggal di Jakarta. Sekarang saya lebih banyak tinggal di Yogyakarta. Saya rasanya punya hutang untuk ikut membangun dunia keolahragaan di tanah kelahiran saya Yogyakarta,” akunya.
Totalitas Yayuk Basuki membela Yogyakarta boleh dibilang sangat besar. Sejak 1981 sampai dengan 1996 selalu menjadi atlet tenis kontingen DIY di ajang Pekan Olahraga Nasional. Komitmen ini diakuinya merupakan kecintaannya kepada Yogyakarta.
“Pada 1989 pernah ditawari pindah ke Provinsi Jawa Timur dengan iming-iming uang. Tapi kan saya bertanding tidak semata-mata untuk uang. Apalagi saat itu orangtua masih sugeng. Seusai saya meraih medali dapat penghargaan Sri Sultan itu sangat membanggakan ayah saya,” papar Yayuk.
Yayuk Basuki adalah petenis yang mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia di era 1990-an. Emas pertama di ajang internasional diraih tahun 1986 di Asian Games di Seol. Saat itu meraih medali emas satu-satunya bagi Indonesia.
Yayuk menjadi atlet wanita pertama Indonesia yang menginjakkan kaki di lapangan turnamen tenis bergengsi seperti Wimbledon, Australia Open, Prancis Open, Kanada Open, Thailand Open dan lainnya untuk berhadapan dengan petenis dunia seperti Martina Navratilova, Steffi Graf, Natalia Zvereva, Jana Novotna dan lainnya. Prestasi membanggakan Yayuk Basuki yakni pernah bertengger menempati ranking 19 dunia.
Setelah gantung raket seusai memperkuat Indonesia di ajang SEA Games 2001 di Malaysia. Tim monitoring semua cabang olahraga di Kementerian Pemuda dan Olahraga. Di kancah internasional Yayuk diminta Komisaris Pelatih di International Tenis Federaration yang berpusat di London Inggris.
Saat ini Yayuk Basuki banyak menginisiasi kegiatan olahraga di Yogyakarta. “Saya ingin merenovasi lapangan tenis yang ada di kompleks Balapan Yogyakarta. Dari lapangan itulah saya mengawali karier tenis saya. Mudah-mudahan pihak Kraton Yogyakarta sebagai pemilih tanah mengizinkan saya mempercantik lapangan tenis itu,” pungkasnya. (*)