Masa Depan Indonesia Ada di Desa

Rayndra Syahdan Mahmudin dan kandang ternaknya. (Foto: Istimewa)

KIPRAH para petani milenial dan hasil yang didapatkannya, semakin membuktikan bahwa masa depan Indonesia ada di desa. Sehingga generasi muda negara tercinta Indonesia tidak perlu ragu untuk turun ke desa menjadi petani.

“Menjadi petani itu keren. Soal penghasilan bisa tujuh sampai sepuluh kali lipat PNS (pegawai negeri sipil),” ujar Rayndra Syahdan Mahmudin (27) saat tampil di Kick Andi, belum lama ini.

Ray, yang lulusan S2 Magister Agribisnis, tidak hanya ngomong saja, tetapi menjalaninya sebagai petani milenial. Di desanya Trenten, Candimulyo, Magelang, Jawa Tengah, dia berternak kambing dan domba. Awalnya hanya 25 kambing, tetapi sekarang 1.100 kambing dan domba.

Sebagai kaum milenial, cara berternak Ray berbeda dengan pemelihara kambing zaman dulu. Cara berternaknya terbilang modern, dengan memanfaatkan perkembangan teknologi dan berbasis digital. Misalnya soal silsilah kambing, keturunan dari indukan seperti apa, semuanya terdata dan bisa dilacak oleh pembeli kambing.

“Dengan data itu, pembeli percaya jika kambing yang dibelinya berkualitas,” jelas Ray yang tahun 2016 bersama istrinya mendirikan PT Cipta Visi Group. Soal pakan, juga diupayakan dengan inovasi dan teknologi. Jadi tidak hanya dengan rumput, tetapi juga dari limbah yang difregmentasi. Limbah kangkung kering, kulit kacang ijo, dan lainnya diolah menjadi pakan ternak kambing dan domba.

Baca Juga:  Inovasi Lurah Pleret Taufiq Kamal: Tandatangan Digital, Layanan Mandiri, Pasar Online

Omzet usaha petani milenial ini sekitar Rp 300 juta per bulan. Jadi pendapatannya sungguh menggiurkan. Maka jangan malu menjadi petani. Banggalah berprofesi sebagai petani. Karena sesungguhnya masa depan Indonesia itu ada di desa.

Ray dan istrinya Ella juga mengkoordinir ibu-ibu di desanya membentuk Koperasi Nira Lestari. Koperasi yang beranggotakan 90 ibu-ibu rumah tangga tersebut bergerak di unit usaha produksi, pengolahan kelapa terpadu. Produknya antara lain gula semut dan minyak kelapa.

Petani milenial ini merasa hidupnya di desa. Sekolah di desa, rejeki di desa, dapat istri orang desa, dan Rayndra Syahdan Mahmudin ingin meninggal di desa. Sungguh bangga anak muda ini berprofesi sebagai petani. Sehingga sangatlah layak, Ray menjadi Duta Petani Milenial.

Apa yang dijalani Rayndra di Magaleng Jawa Tengah, juga dilaksanakan Dyah Rahmawati di Malang Jawa Timur, dan Gestianus Sino di Kupang Nusa Tenggara Timur. Bagaimana kiprah Dyah dan Gesti, ikuti laporan Wiradesa.co guna menginspirasi anak-anak muda Indonesia untuk kembali ke desa dan bangga berprofesi sebagai petani. (*)

Baca Juga:  President WTFI: Komitmen Pemerintah Indonesia Pada Pariwisata Tinggi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *