Semanu– Lahan pertanian di Kabupaten Gunungkidul kebanyakan tidak memiliki irigasi pengairan yang cukup memadai. Untuk mengairi area pertaniannya hanya mengandalkan air hujan yang datang semusim sekali. Kesulitan semacam ini berlangsung hingga bertahun-tahun sampai saat ini. Di musim kemarau, tanah yang tandus dan kekeringan sudah menjadi pandangan umum.
Namun tidak demikian di Studio Tani Kalisuci. Metode rekayasa pertanian “Cetak Sawah Cerdas Air” diyakini mampu memberikan harapan baru bagi para petani di Gunungkidul. Rekayasa yang dibuatnya berhasil memanen padi 3 kali dalam setahun. Butiran padi yang dihasilkan juga lebih panjang, warnanya lebih putih, baunya wangi, rasanya enak dan pulen.
“Air yang saya gunakan untuk mengairi sawah buatan ini tidak akan cepat habis, air akan awet. Keuntungan yang lainnya, selain memanen padi, kita juga memanen ikan dan belut yang saya tebar di area sawah ini,” tegas Tri Madi Wiyono pemilik Studio Tani Kalisuci pada Sabtu, 27 Mei 2023.
Wiyono juga menjelaskan bagaimana cara membuat sawah buatan. Lahan yang akan disiapkan, digali sedalam sekitar 30-40 cm dengan luas sesuai yang diinginkan. Tanah yang digali ditutup dengan menggunakan lembaran plastik UV hingga semua terlapisi.
Selanjutnya, lapisan plastik diuruk dengan tanah sampai dengan ketinggian sekitar 30 cm. Setelahnya, lapisan tanah ditebar kohe (kotoran hewan) yang dicampur dengan pupuk kompos hingga lapisan tanah tertutup. Kemudian dialirkan air setinggi permukaan tanah dan didiamkan selama 1 sampai dengan 2 minggu atau sampai tumbuh rumput, untuk meyakinkan bahwa kondisi tanah siap tanam.
“Saya di sini tidak menggunakan pupuk berbahan kimia sama sekali, semua benar-benar organik. Keuntungan menggunakan sistem ini, pupuk yang kita gunakan tidak akan pindah ke tempat lain,” kata Wiyono mengakhiri penjelasannya. (Sumiran)








