KULONPROGO – Tiba di kawasan wisata Puncak Suroloyo, matahari belum terlalu tinggi. Tetapi, harapan dapat menikmati pemandangan puncak- puncak gunung tertinggi di kejauhan sedikit terganggu awan.
Beruntung, cuaca pagi itu di Puncak Suroloyo terhitung cerah sehingga indahnya pemandangan menakjubkan terhampar luas sejauh mata memandang. Perkampungan di bawah, pohon-pohon di punggung perbukitan Menoreh tampak menghijau dan terlihat jelas. Suasana tenang, udara sejuk, semilir angin sangat terasa.
Puncak Suroloyo merupakan puncak tertinggi di kawasan Pegunungan Menoreh di wilayah Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Menjadi pembatas antara wilayah DIY dan Jawa Tengah. Untuk sampai ke Puncak Suroloyo, harus melewati jarak tempuh sekitar 45 km dan lama waktu perjalanan 1,5 hingga 2 jam dari Tugu Yogyakarta.
“Jarak dari Jogja ke sini, kalau patokannya dari Tugu, kurang lebih 45 km ke sini. Lama perjalanan sekitar 1,5 atau 2 jam,” kata Ngatiman, pengurus Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) kawasan Puncak Suroloyo kepada Wiradesa.co, di Kedai Kopi Suroloyo, Dusun Keceme, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kulonprogo, Jumat 19 Februari 2021.
Bagi wisatawan yang berkunjung, sebelum meniti anak tangga menuju puncak atau sesudahnya, memang bisa beristirahat sejenak sambil menikmati kopi di Kedai Kopi Suroloyo. Menyeduh kopi pagi hari sambil memandang kabut yang menyelimuti bebukitan akan terasa lebih nikmat.
“Pada titik ini (kedai kopi), berada di ketinggian 950 mdpl,” katanya. Kopi-kopi di kedai tersebut, jelas Ngatiman, dihasilkan dari kebun petani dan diolah oleh petani setempat. Kopi yang tersedia antara lain, kopi arabika Suroloyo, kopi wine tubruk, kopi arabika Suroloyo wine saring/V60, kopi arabika Suroloyo tubruk, kopi arabika Suroloyo saring/V60, kopi robusta Suroloyo tubruk, kopi robusta Suroloyo saring/V60, kopi blend Suroloyo tubruk, kopi blend Suroloyo saring/V60, kopi susu Suroloyo, kopi Suroloyo drip, kopi susu semar, kopi moka. Harganya terhitung murah, cocok dinikmati dalam suasana dingin hawa pegunungan.
Dari kedai tempat ngopi di dekat lokasi parkir kendaraan, menuju gardu pandang tertinggi Suroloyo, pengunjung tinggal jalan kaki menaiki kurang lebih 230 anak tangga dengan kemiringan 30 hingga 40 derajat. Tiba di puncak, di ketinggian 1.019 mdpl, asalkan cuaca cerah, mata akan segera dimanjakan oleh pemandangan indah: kabut, suasana pedesaan di bagian bawah, hingga panorama empat gunung; Merbabu, Merapi, Sindoro dan Sumbing. Semuanya akan tampak sangat menakjubkan.
Menurut Ngatiman, di Suroloyo ada tiga model wisata, yakni wisata religi, wisata alam, dan agrowisata. “Ada beberapa tipe pengunjung yang segmennya beda-beda. Ada yang memang berwisata alam murni untuk foto-foto dan jalan-jalan, ada juga yang datang untuk mencari ketenangan, dalam artian melakukan ritual sesuai keyakinan, ada pula yang datang untuk agrowisata kopi. Jalan-jalan ke kebun kopi, melihat proses pengolahan hingga menyeduh kopi,” katanya.
Lebih lanjut dia mengatakan, saat ini wisata Suroloyo didukung fasilitas 10 unit homestay untuk wisatawan yang ingin bermalam di sekitar puncak. Harganya cukup murah hanya Rp100 ribu per malam sudah termasuk suguhan sarapan.
“Saat ini homestay yang ready hanya sepuluh unit. Rata-rata menyediakan dua kamar. Jadi bila ada yang mau nginap kapasitas maksimal baru sekitar dua puluh orang yang dapat dilayani. Untuk harga, per malam hanya Rp100 ribu,” katanya. (Syarifuddin)