BANYUMAS – Menjelang pergantian tahun baru dan bertepatan libur sekolah, objek wisata Baturraden di Banyumas masih menjadi magnet kunjungan wisata. Wahana wisata di Baturraden tampaknya makin beragam tak hanya lokawisata dengan berbagai wahana, pancuran telu, pancuran tujuh, kebun raya, dan telaga sunyi.
Kaur Perencanaan Desa Karangsalam Anton, menjelaskan, di wilayah desanya yang berjarak 3 kilometer dari lokawisata Baturraden kini banyak mendapat kunjungan wisata. Karangsalam punya daya tarik diantaranya pemandangan dan suasana sejuk khas pedesaan lereng selatan Gunung Slamet serta pesona sejumlah curug berair jernih.
“Kurang lebih ada 10 curug. Dikelola warga melalui kelompok sadar wisata. Bagi yang mau menginap, wisatawan bisa leluasa memilih homestay yang dikelola Badan Usaha Milik Desa (Bumdes),” ungkap Anton kepada wiradesa.co Rabu 28 Desember 2022.
Homestay milik perorangan yang dikelola Bumdes harga sewa permalam bervariasi. Seperti homestay Omah Liboeran dengan 6 unit rumah panggung dilengkapi pelataran luas, parkir dalam, musala dan dapur serta aula joglo terbuka serta gazebo dibanderol Rp 650 ribu dan Rp 750 ribu. “Untuk reservasi malam tahun baru sudah full sejak 29 Desember. Umumnya dipesan wisatawan keluarga,” paparnya.
Selain punya pesona pemandangan alam yang memikat, di Karangsalam terdapat banyak pilihan kedai kopi dan warung kuliner. Meski begitu, di homestay dan villa yang ada, sebagian menyediakan dapur lengkap dengan kompor dan alat masak serta galon air mineral, gula, teh dan kopi.
Tim wiradesa.co yang bermalam di Omah Liboeran merasakan kesejukan suasana sore ditingkahi gerimis dan diikuti terpaan kabut menjelang petang. Di tengah hawa dingin, keberadaan fasilitas dapur beserta alat masak sangat membantu. Setidaknya tak perlu repot memesan keluar. Dengan sedikit meluangkan waktu, sajian mie rebus telur, teh, kopi panas segera tersaji mengawali duduk-duduk santai hingga larut malam.
Atraksi Terjun Bebas
Jalan satu jalur ke arah atas dari Omah Liboeran terhubung dengan akses langsung menuju Lokawisata Baturraden dan ke kanan menuju wilayah Limpakuwus. Sesampai di parkiran atas, wisatawan yang hendak masuk lokawisata Baturraden dikenai tiket masuk Rp 25 ribu per orang, anak-anak 5-12 tahun tiket seharga Rp 12.500.
Di lokawisata pengunjung menyebar bisa menikmati kuliner, mengajak si kecil mencoba wahana permainan anak seperti sepeda air, berenang, memberi pakan ikan, berendam di kolam air hangat pancuran tiga, berdiri merasakan sensasi guyuran air hangat mengandung belerang langsung dari mata air pancuran tiga. Untuk menikmati itu semua, pengunjung masih dikenai biaya tambahan bervariasi. “Masuk ke Pancuran Tiga tiket per orang Rp 15 ribu. Tak sempat berendam sih karena nggak bawa baju ganti. Tapi sudah bisa merasakan hangatnya air pancuran tiga,” ucap Imel, wisatawan asal Kalasan.
Bagi pengunjung yang enggan beranjak jalan kaki dapat menikmati suasana di sepanjang aliran kali dari air terjun Curug Gumawang sembari menikmati kuliner mendoan, pecel kupat, sate ayam dan sate kelinci. Tak hanya duduk-duduk, aksi terjun bebas dari ketinggian tebing menuju bagian bawah air terjun atau curug oleh warga lokal menjadi salah satu atraksi paling dinanti. Siang itu, saat pengunjung mulai ramai, tampak beberapa lelaki bertelanjang dada melambaikan tangan menarik perhatian orang-orang. “Ayo Rp 10 ribu, siap terjun dan meluncur ke bawah,” teriak Tohirin dari atas tebing batu bagian atas Curug Gumawang.
Setelah satu wisatawan mengacungkan tangan tanda setuju, beberapa detik kemudian Tohirin memberi aba-aba hitungan satu sampai tiga dan hap.. ia melompat terjun bebas dari atas tebing bagian atas curug dengan ketinggian 20 meter. Byurr… tubuh bagian bawah Tohirin terhempas masuk ke dalam air. Sejurus kemudian lelaki asal Desa Kemutug Lor itu pun menyembul ke permukaan, berenang ke tepi menghampiri uang tip Rp 10 ribu yang menjadi upahnya.
“Warga yang mengais rezeki dari atraksi terjun di Curug Gumawang ada sekitar 15 orang. Mereka warga dari kampung sekitar sini seperti dari Ketenger, Jurangmangu, Kemutug. Kalau ramai sehari bisa dapat Rp 200-500 ribu. Kalau sepi ya libur,” ujar Tohirin.
Tohirin, Darsito, Darkam, para lelaki yang mengais rezeki dari terjun bebas atas tebing menuju kedalaman air Curug Gumawang mengaku telah menjadikan atraksi itu sebagai cara mereka mencari rezeki dan sudah berlangsung sejak belasan tahun lalu.
“Di sini pagi sampai sore atau berhenti bila ada banjir. Jika dingin, di atas bisa bikin api unggun, merokok. Sabtu Minggu paling ramai. Bila sepi, ya libur atau pergi kerja bertani, jadi buruh bangunan atau berdagang,” pungkas Tohirin. (Sukron)