Nasi Ketan Tabur Srundeng, Favorit di Warung Marwan

Marwan (kiri) menunggu warung miliknya di depan Masjid Al Mansyur Desa Lembupurwo Kecamatan Mirit (Foto: Wiradesa).

ENTAH sudah berapa kali mampir sekadar minum atau jajan makanan ringan di warung seberang Masjid Al Mansyur, Desa Lembupurwo, Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen. Yang jadi favorit nasi ketan tabur srundeng kelapa. Dibungkus daun pisang. Bungkusan tidak terlalu besar tapi bisa bikin kenyang.

Setelah berjalan merayap dari Jatilawang Banyumas dengan kecepatan rata-rata 40 km perjam, pilihannya masuk rute kota atau menyelinap menuju Jalan Lintas Selatan Kebumen agar cepat sampai tujuan di Sentolo, Kulonprogo. Wiradesa.co mengambil pilihan kedua. Lepas pertigaan Guyangan ambil kanan via Petanahan dan langsung menuju Jalan Lintas Selatan. Jalan yang sebagian besar telah dicor beton, lalu-lintas lebih sepi. Umumnya kendaraan pribadi dan bus pada arus mudik dan balik Lebaran 2024 mengambil jalan alternatif lebih selatan lagi, yakni Jalan Daendels yang lebih halus.

Tepat pukul 22.23, tiba di warung depan Masjid Al Mansyur. Bermotor sendiri, menyelinap di jalur padat merayap sungguh menyita tenaga. Kurang fokus sedikit dalam mengerem bisa fatal nyundul kendaraan di depan. Rupanya Pak Marwan pemilik warung tahu, kondisi keletihan akibat menempuh jalan merayap.

Baca Juga:  Pagelaran Dongeng Jogja 2023 Hadirkan Penutur Rusia, Singapura, India, dan Indonesia

“Duduk-duduk saja dulu, Mas. Kelihatan sampeyan agak limbung,” ucap Marwan menyapa wiradesa.co, Sabtu 13 April 2024.

Sambil menunggu sajian teh panas, menyantap arem-arem dan telur asin ternyata sangat nikmat. Sayangnya, malam itu nasi ketan tabur srundeng kelapanya kosong. “Kebetulan yang biasa memasok tak mengolah nasi ketan srundeng,” timpal Marwan.

Marwan pun bercerita, warungnya bernama Warung Bu Sulastri, mengambil nama sang istri. Buka sejak 10 tahun silam. Sedikit lebih muda dari usia masjid.

Konsep warung, lanjut Marwan, buka 24 jam. Uniknya warung sengaja dibangun tanpa disertai pintu dan dinding. Begitu parkir kendaraan, pengunjung bisa masuk dari arah mana saja. Langsung duduk mengambil makanan atau memesan makanan.

Di warungnya Marwan sedia mendoan, arem-arem, wajik, jadah ketan, Indomie rebus, Indomie goreng, aneka camilan, telur asin aneka jajanan.

“Kebanyakan makanan ini titipan. Harga terjangkau. Minuman ada kopi, kopi hitam, kopi susu, wedang uwuh,” katanya.

Warung Marwan terbilang legend, banyak pelanggan.Namun setahun ini sepi. Tak seramai dulu. Pasalnya jalan cor beton di depan warung tengah dalam proses pengerjaan. Sebelum itu jalan terbilang rusak parah.

Baca Juga:  Jun Alat untuk Mengambil Air: Produk Kerajinan Bambu Bernilai Historis yang Artistik

Bagi para pengguna jalan, sopir travel, pemotor lintas provinsi, sangat untung dengan kehadiran warung milik Marwan. Makanan pepak dan harga pun murah. Pengunjung juga bisa istirahat mendinginkan mesin kendaraan. Mereka juga bisa istirahat,dan salat di Masjid Al Mansyur. “Yang berlangganan sopir travel, sesekali rombongan bus wisata ziarah yang transit salat di masjid, para pengguna kendaraan pribadi dan lainnya,” imbuh Marwan.

Membuktikan harga makanan yang murah dan terjangkau, setelah usai makan satu arem-arem, satu telur asin, satu tempe mendoan, segelas teh panas, dua jadah ketan, setelah ditotal hanya diminta bayar Rp 14 ribu. (Sukron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *