YOGYAKARTA – Pagelaran Dongeng Jogja tahun 2025 menjadi momen bersejarah bagi pengelola dan relawan Rumah Dongeng Mentari dalam upaya membangun karakter anak-anak Indonesia. Pada pementasan di tengah hutan pinus itu, berlangsung penyemaian nilai, pembangunan integritas, dan penguatan rasa.
Aktivitas budaya bertutur berlangsung pada Minggu 31 Agustus 2025 sejak pagi hingga siang. Ribuan orang, penggemar dongeng, memadati panggung Amphitheater, Hutan Pinus Mangunan, Dlingo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sejak pagi, pukul 07.00, para penggemar dongeng sudah berdatangan di Kawasan Hutan Pinus Mangunan. Pengunjung PDJ 2025, yang umumnya terdiri dari ayah ibu dan anak, tampak antusias mendengarkan, menikmati penampilan para penutur terbaik Indonesia dan seni tradisi di perdesaan.
Para penutur terbaik Indonesia yang tampil di Pagelaran Dongeng Jogja (PDJ) 2025, yakni Kak Tony, Bagong Soebardjo, Ende Riza (pantomim), dan Rona Mentari. Tampil juga pendongeng internasional, Roger Jenkins (Singapura) dan Kiran Shah (Australia). Pagelaran ini juga menghadirkan pendongeng cilik, Ameera Visca yang terpilih dari ajang Sayembara Pendongeng.
Koordinator PDJ 2025, Andi Nurul Iswani, menjelaskan setelah lebih dari satu dekade menjadi ruang ekspresi seni tutur, Pagelaran Dongeng Jogja (PDJ) kembali hadir dengan format yang lebih segar dan kolaboratif. Tahun ini, PDJ kembali mengajak publik menyelami keindahan dongeng di tengah rimbunnya Hutan Pinus Mangunan, Bantul.
Lebih dari sekadar pagelaran, PDJ adalah gerakan untuk menghidupkan kembali tradisi lisan Nusantara. Dengan semangat “Ana Dina, Ana Crita”—bahwa setiap hari selalu ada cerita dan perjuangan—acara ini merayakan kisah-kisah yang hidup di hati masyarakat. Dalam hidup, tak ada yang benar-benar instan; setiap langkah melahirkan proses, dan setiap proses melahirkan cerita.
Rumah Dongeng Mentari sebagai prakarsa kegiatan ini telah berdiri sejak tahun 2010. Di usia ke-15 ini, Rumah Dongeng Mentari telah memprakarsai lebih dari 100 kegiatan, melibatkan lebih dari 300 relawan, 100 kolaborator, dan lebih dari 10.000 orang terlibat. Tahun ini, PDJ melibatkan lebih dari 80 relawan panitia, baik dari jaringan internal Rumah Dongeng Mentari maupun hasil seleksi terbuka.
Andi Nurul Iswani, mengemukakan bahwa pagelaran tahun 2025 memadukan tiga elemen utama: tradisi lisan, penutur terbaik, dan keindahan alam. “PDJ berakar dari tradisi tutur. Fokus utama rangkaian pagelaran tahun ini adalah bagaimana memanfaatkan kekuatan tradisi lisan sebagai medium ekspresi dan edukasi. Kami menghadirkan penutur terbaik dari berbagai latar belakang dan gaya penceritaan, serta memilih keindahan alam Hutan Pinus Mangunan sebagai ruang alami yang memperkuat pengalaman bercerita,” ujar Nurul.
Sejak pertama kali digelar pada tahun 2016, PDJ telah berkembang menjadi agenda budaya tahunan yang dinantikan. Di tahun 2023, lebih dari 1.500 orang hadir merayakan dongeng bersama. Kini, PDJ 2025 bertransformasi menjadi Jogja International Storytelling Showcase, memperluas jangkauan cerita dan membangun jejaring lintas negara.
Pagelaran Dongeng Jogja ditutup dengan sesi refleksi bersama Arif Rahmanto, menghadirkan ruang perenungan kolektif agar semangat bercerita terus hidup dalam keseharian masyarakat. Pendongeng yang juga pendidik ini berharap budaya bertutur atau lisan terus berkembang di Indonesia. Dongeng adalah medium terindah dalam tradisi lisan Nusantara. (*)








