Perajin Tahu Jombang Mogok Produksi

Hari Oetomo, Kepala Disdagrin Jombang (Foto: Koran Memo)

JOMBANG – Sejumlah perajin tahu di Kabupaten Jombang, Jawa Timur (Jatim), mogok produksi atau menghentikan produksi tahunya, mulai Minggu 20 Februari 2022. Rencananya, mogok produksi akan berakhir pada hari Rabu (23/2/2022).

Mogok produksi tahu itu dilakukan karena naiknya harga kedelai yang tidak terkendali. Harga kedelai yang merupakan bahan baku tahu yang semula Rp 9.000 naik dan terus melambung menjadi Rp 11.500 per kilogram.

Diberitakan sebelumnya, menyikapi naiknya harga kedelai, para perajin atau produsen tahu di Kabupaten Jombang memilih melakukan aksi mogok produksi mulai hari Minggu (20/2) hingga beberapa hari kedepan.

Salah satu perajin tahu yang mogok produksi, yakni M. Arif. Perajin tahu asal Dusun Bapang, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Jogoroto ini memilih menghentikan produksi tahunya guna menghindari kerugian lebih besar.

Maklum saja, di tempat Arif, dalam setiap masak membutuhkan bahan baku kedelai sekitar 3,5 ton. Jika harga kedelai Rp 11.500 per kilogram, maka untuk sekali produksi harus mengeluarkan dana Rp 40.250.000.

Baca Juga:  Memasak Lemper Gurih Ala Pak Sum

Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagrin) Kabupaten Jombang rencananya mau mengumpulkan kalangan perajin tahu, pascaaksi mogok sejak Minggu (20/2) lalu.
Hari Oetomo, Kepala Disdagrin Kabupaten Jombang mengatakan, pihaknya berencana mengumpulkan perajin tahu pada Rabu (23/2), untuk diajak diskusi terkait naiknya harga kedelai.

Sebelumnya, lanjut Hari, pihaknya dan seluruh pemangku kepentingan di kabupaten/kota dikumpulkan di Kantor Disperindag Jatim, agar memberi pemahaman kepada masyarakat maupun pengusaha tahu – tempe, jika naiknya harga kedelai merupakan fenomena nasional.

“Maka dari itu kita berencana untuk diskusi dengan perajin tahu terkait mahalnya harga kedelai tersebut,” kata Hari, Selasa 22 Februari 2022.

Melihat situasi masih pandemi Covid-19, Hari menyebut tidak semua perajin tahu yang akan dikumpulkan. “Kami hanya meminta perwakilan sekitar 10 orang perwakilan,” sambung Kepala Disdagrin Kabupaten Jombang.

Hari juga berharap ada langkah untuk menyiasati mahalnya harga kedelai, sehingga para perajin tahu bisa mengecilkan ukuran dan sebagainya. “Mungkin bisa mengurangi ukuran atau rasanya (kualitas, red),” tutup Hari. (*)

Tinggalkan Komentar