KULONPROGO – Pesantren Roudhotul Hufadz di Taruban Kulon Tuksono Sentolo Kulonprogo termasuk pesantren muda usia. Didirikan 11 April 2020.
Meski baru berusia tiga tahun tetapi cikal bakal pesantren yang diasuh KH Abdul Rozaq Alhafidz telah ada sejak dulu. Zaman dulu, zaman simbahnya Kiai Abdul Rozaq, kawasan pesantren merupakan surau. Kemudian berkembang menjadi langgar, dan musala. “Zaman simbah dulu ada surau. Macam cakruk ukuran 3×3 ada pengimaman. Surau kayu. Berkembang tambah besar jadi langgar 6×6 dan musala 8×8. Sekarang jadi masjid,” terang Abdul Rozaq, Sabtu 2 Desember 2023.
Surau pada masa lalu menjadi tempat kumpul mengaji. Simbah buyut Abdul Rozaq yakni Mbah Kasan Mustadi mendirikan langgar sebagai pengembangan surau. Dilanjutkan putranya Ahmad Konawi (Simbah dari Abdul Rozaq) dan Adi Surahman (ayah dari Abdul Rozaq) berturut-turut mengelola surau-langgar-musala dan masjid.
“Orang tua dulu senang ngaji mujarobat, kalau fikihnya merujuk ke kitab Safinah. Di surau dan langgar, orang yang kumpul juga ngaji membaca Alquran, menyimak ngaji kitab klasik,” imbuhnya.
Meneruskan para pendahulu, Abdul Rozaq kini fokus dalam pengembangan pesantren. Di luar keseharian sebagai penyuluh Agama Islam di KUA Pengasih, Abdul Rozaq mengasuh 30 santri putra putri yang fokus menghafal Alquran di Pesantren Roudhotul Hufadz. Latar belakang mendirikan pesantren tak lepas dari mulai adanya santri yang menginap dan tinggal di pesantren. Mereka datang dari wilayah sekitar Kulonprogo. Dari Purworejo, Temanggung, Magelang dan Kebumen.
“Dulu sepulang pesantren saya meneruskan kelas madrasah sore. Disambung 2004 didirikan Roudhotul Athfal di bawah naungan Kemenag. Sore anak kecil-kecil juga masih ngaji,” terangnya.
Di Pesantren Roudhotul Hufadz di samping telah ada bangunan masjid dan gedung Roudhotul Athfal juga didirikan aula dan asrama santri. Kegiatan santri sehari-hari habis Magrib mujahadah sampai Isya. Malam hari sehabis Isya setoran hafalan Alquran lalu kajian kitab. Sehabis Zuhur darusan satu juz. Sebagian santri juga sekolah di SMP hingga SMA/SMK.
Bagi para santri sejauh ini tak dikenakan biaya baku. Para santri hanya dikenakan iuran sesuai kemampuan. Iuran diperuntukkan untuk keperluan makan minum santri sehari-hari.
Pembangunan kawasan untuk pesantren selain aula dan kamar santri kini tengah dibangun area kamar santri agar bisa ditinggali para santri lebih nyaman.
“Ada bangunan yang tengah kami rencanakan. Berupa lima ruang buat kamar santri masing-masing lima kali empat ada lima ruang kamar,” imbuhnya.
Dikatakan Abdul Rozaq pihaknya tak punya donatur yang ditarget secara khusus. Tetapi siapa saja boleh membantu dan ikut andil merealisasikan bangunan pesantren sesuai kebutuhan. “Siapa pun yang mau membantu kami terima juga besarannya tak ada patokan. Berapa pun kami terima. Yang penting pembangunan sarana kamar bagi santri dapat terealisasi. Guna menunjang pembelajaran, khususnya bagi santri yang menghafal Alquran,” pungkasnya. (Sukron)