Petani Cerdas Air: Irit Air Tapi Panen Berlimpah

Hasil padi dari pola Petani Cerdas Air di Tambakboyo, Semanu, Gunungkidul, DIY, Sabtu (14/1/2023). (Foto: Wiradesa)

POLA Petani Cerdas Air terbukti sangat efisien memanfaatkan air, tetapi hasil panennya melimpah. Irit air tetapi banyak hasil panennya. Sehingga pola bercocok tanam yang dirancang Studio Tani Gunungkidul ini cocok diterapkan di daerah tandus, kering, atau wilayah yang sulit air.

Pendiri Studio Tani Gunungkidul, Wiyono, menjelaskan pola Petani Cerdas Air intinya bagaimana para petani mendapatkan dan memanfaatkan air seefisien mungkin. Studio Tani memperoleh air dari limpahan air wudhu dan dimanfaatkan untuk mengaliri tanaman padi.

Jadi, air yang dimanfaatkan untuk bercocok tanam padi, bukan dari aliran air irigasi atau aliran sungai, tetapi dari limpahan air wudhu. Air wudhu dialirkan ke kolam bawah mushola. Kemudian dari kolam diberi pipa yang mengalirkan air ke cetak sawah yang sudah disiapkan.

Pipa dipasang dengan ketinggian tertentu. Jika air limpahan wudhu meluber melewati posisi ketinggian pipa, maka otomatis air akan mengalir ke cetakan sawah. “Agar airnya tidak terbuang, kami pasang alat untuk membuka dan menutup pipa air yang ke sawah,” ujar Wiyono, Sabtu 14 Januari 2023.

Baca Juga:  Menanam Padi Gamagora 7 di Ngawi, Saat Menebar Pupuk, Petani Dibantu Drone

Ada dua cetakan sawah yang diujicobakan, satu kotak berukuran 4 x 6 meter untuk model mina padi dan satu kotak berukuran 3 x 10 meter untuk sawah khusus padi. Waktu tanam padinya 28 September 2022 dan panennya 14 Januari 2023. Jadi waktu panennya sekitar 3,5 bulan atau 105 hari.

Bibit padi yang ditanam pada periode terakhir ini jenisnya Hibrida. Sedangkan tiga periode sebelumnya jenis Lokal. “Selama tiga kali ditanami padi jenis Lokal hasilnya bagus, tetapi saat ditanami padi jenis Hibrida ternyata hasilnya lebih bagus,” jelas Wiyono.

Padi yang dipanen pada Sabtu (14/1/2023) merupakan hasil dari penerapan pola Petani Cerdas Air. Hasil panen tersebut akan dinikmati sendiri oleh para pemuda Mentawai yang sedang mengikuti program Mentawai Bangkit Menuju Mandiri Pangan di Studio Tani Padukuhan Tambakrejo, Kalurahan Semanu, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Rencananya para pemuda Kepulauan Mentawai yang belajar di Studio Tani selama empat bulan, akan balik ke kampung halamannya pada pertengahan Februari 2023. Sebelum balik, mereka akan menikmati hasil dari usaha pertanian terpadunya di Gunungkidul.

Baca Juga:  Pendidikan Anti Korupsi Tidak Dimasukkan Dalam Materi Pelajaran Khusus

Berasnya dari hasil tanaman padinya. Lauknya dari ikan nila yang dipelihara di sawah, dengan model mina padi, dan sayurnya dari hasil panen tanaman sayur-sayuran di sekitar kolam. “Kami berharap para pemuda Mentawai merasakan sendiri apa yang ditanam dan apa yang dipelihara,” tegas Wiyono.

Salah satu pemuda asal Kepulauan Mentawai, Ihsan Kaddad merasa senang dan bangga mendapat ilmu dan praktik bercocok tanam, memelihara ikan, serta berternak kambing. Besok setelah balik ke kampung halamannya ingin menerapkan ilmu dan pengalaman kerja langsungnya di Studio Tani. Meski di kampungnya Madobag, Siberut Selatan, masyarakatnya tidak mengenal cara bertani, tetapi Ihsan akan memulainya untuk menanam apa yang akan dimakan, dan makan apa yang ditanam.

Menurut Ihsan, cara menanam padi dengan pola Studio Tani dan memelihara ikan di sekitar tanaman padi sangat cocok dilaksanakan di Mentawai. Meski cara bercocok tanam itu merupakan hal baru bagi masyarakat Mentawai, tetapi anak-anak muda harus memulainya. (Ono Jogja)

Tinggalkan Komentar