Potensi Besar Pengolahan Limbah Ternak

Foto: Istimewa

LIMBAH usaha peternakan menjadi salah satu persoalan lingkungan saat ini. Jumlah limbah yang dihasilkan dari usaha peternakan kian meningkat seiring dengan peningkatan pemenuhan kebutuhan pangan hewani. Sementara limbah-limbah tersebut berpotensi mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia jika dibiarkan begitu saja.

Guru Besar BidangTeknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan UGM, Prof. Ir. Nanung Agus Fitriyanto, S.Pt., M.Sc., Ph.D., IPM., mengatakan limbah peternakan memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi sesuatu yang bernilai guna. Potensi ini dapat diidentifikasi untuk mendukung prinsip keberlanjutan industri peternakan dan menciptakan nilai tambah.

“Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan energi biogas, yakni hasil pengolahan feses melalui digesti anaerobik untuk menghasilkan metan,” tuturnya saat menyampaikan pidato pengukuhannya yang berjudul Strategi Mengurangi Dampak Limbah Industri Peternakan Melalui Pemanfaatan Bahan Lokal di Balai Senat UGM, (5/3).

Nanung menjelaskan biogas ini dapat digunakan sebagai sumber energi untuk memasok listrik atau panas bagi peternakan dan masyarakat. Bahkan, dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya diketahui biogas yang telah dipurifikasi untuk menghilangkan CO2, H2O, dan H2S, memiliki peluang yang bisa digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Selain itu, sludge hasil digesti anaerob feses ternak, bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik atau sebagai media alternatif budidaya jamur merang yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.

Baca Juga:  Forum Rektor Indonesia Sampaikan Lima Rekomendasi Terkait MBKM

Di sisi lain, keberadaan limbah padat berupa bulu unggas pada industri pemotongan ayam juga tidak dapat dielakkan. Bulu unggas mengandung protein keratin yang tinggi, sehingga susah untuk dicerna dan terdegradasi oleh tanah. Beberapa usaha telah dilakukan dalam memanfaatkan enzim hasil mikroorganisme untuk mencerna bulu unggas agar dapat menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis. “Produk hasil ikutan ternak juga mempunyai peluang untuk bisa meningkatkan added value dari turunan produk-produk hasil ternak,” ucapnya.

Nanung menyampaikan inovasi dalam pengembangan produk-produk baru yang memanfaatkan limbah peternakan dapat menciptakan peluang bisnis baru. Pengembangan solusi-solusi ini membutuhkan kombinasi dari inovasi teknologi, manajemen penanganan limbah yang efektif, dukungan regulasi, dan partisipasi aktif dari pemangku kepentingan dalam rantai industri peternakan. Kesadaran akan potensi pengembangan limbah peternakan dapat membantu menciptakan sistem peternakan yang lebih berkelanjutan dan berdampak positif bagi lingkungan.

Nanung menegaskan penanganan limbah harus menjadi salah satu agenda prioritas yang dilaksanakan secara komprehensif dengan melibatkan masyarakat, pemerintah, dan pemangku kepentingan yang lain. Hal itu perlu dilakukan untuk menjamin keberlanjutan industri peternakan dan menghindari potensi permasalahan sosial yang ada. Komunitas sebagai representasi masyarakat dan pihak yang merasakan dampak langsung dari keberadaan limbah industri peternakan, juga harus memiliki peran aktif dalam mengontrol aktivitas industri peternakan yang ada. Selanjutnya, peran pemerintah juga sangat menunjang dalam memberikan aturan dan regulasi yang jelas untuk digunakan oleh industri dalam melaksanakan aktivitas secara berkelanjutan dan ramah lingkungan. (*)

Baca Juga:  Paguyuban Masyarakat Yogyakarta di Kendari Sultra Ingin Bertemu Ngarso Dalem

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *