Rasim, 20 Tahun Geluti Usaha Mireng Khas Jatilawang

Rasim dengan olahan mireng produksinya yang siap dipasarkan. (Foto: Wiradesa)

BANYUMAS – Mireng salah satu oleh-oleh khas Jatilawang, Banyumas. Terbuat dari tepung tapioka, wujudnya seperti mie kuning namun penyajiannya dengan cara digoreng.

Produksi mireng dilakukan dalam skala usaha rumah tangga. Pembuatan mireng bisa saban hari asalkan cuaca cerah tidak mendung juga tidak hujan. Usaha mireng terbilang mampu menyerap tenaga kerja. Satu rumah produksi bisa mempekerjakan empat orang tenaga kerja.

Pembuat mireng Jatilawang, Rasim mengatakan, ia telah membikin mireng lebih dari 20 tahun. Dia kemudian menerangkan cara membuat mireng. Bahan baku berupa tepung tapioka. Ada dua jenis tepung tapioka yang dipakai. Tepung tapioka kasar dan tepung tapioka halus. Dua macam tepung tapioka tersebut dicampur. Tambahan bumbu berupa ketumbar, bawang dan garam serta penyedap rasa.

Proses pembuatan, campuran tepung tapioka ditaruh di atas meja. Dituangi air mendidih dan bumbu secukupnya. Aduk bahan mireng dan bumbu hingga tercampur merata dan kalis. Tambahkan pewarna makanan.

“Setelah diaduk bentuk ukuran panjang 40 cm dan bulat 10 cm. Pencetakan menjadi wujud mireng pakai alat khusus tapi manual. Bukan pakai pres mesin. Keluar dari cetakan sudah berwujud mireng cetakan. Hasil cetakan mireng yang masih basah dikukus sekitar 15 menit lalu dijemur sampai kurang lebih setengah hari,” jelas Rasim yang tinggal di Desa Kedungwringin RT 5 RW 4 Kecamatan Jatilawang, Jumat 14 Juli 2023.

Baca Juga:  Ngobrol Santai Bareng Ahmad Tohari di Srotong Banyumasan Pritgantilan

Usai dijemur di atas papan terbuat dari bambu, mireng telah siap dikemas untuk dipasarkan. Pemasaran mireng termasuk gampang. Serapan pasar luar daerah hingga Wonosobo, Cilacap bahkan ke Ibu Kota lewat jalur distribusi dan pemasaran yang cukup mapan.

“Kalau produksi asalkan tidak mendung tidak hujan bisa tiap hari mengolah. Kapasitas harian sekitar 1 kuintal mireng. Kalau yang ukuran besar sehari sekitar 1 kuintal 25 kg,” imbuhnya.

Mireng dipasarkan sekilo Rp 17 ribu dan kemasan lain ada yang dijual Rp 25 ribu sekilo. Mireng ukuran besar biasanya buat pesanan khusus. Sedangkan untuk pemasaran umum mireng ukuran kecil.

Analisis usaha mireng biaya produksi terbilang mahal ongkos tenaga kerja. Empat orang tenaga harian upahnya mencapai Rp 305 ribu. Kayu bakar plus biaya makan empat tenaga kerja sehari habis Rp 250 ribu. Bahan baku sekitar Rp 1 juta. Belanja bumbu sehari Rp 130 ribu dan pengemasan sehari sekitar Rp 30 ribu. Biaya produksi per hari total Rp 1.715.000

Baca Juga:  Budidaya Lele dalam Ember KTD Gemah Ripah Bausasran

Dengan harga jual Rp 25 ribu sekilo dan produksi harian satu 100 kg maka hitung potensi untung usaha mireng sudah bisa diketahui. Dengan kapasitas produksi 100 kg didapat pemasukan Rp 2500.000. Sementara pengeluaran bahan baku dan biaya produksi Rp 1.715.000 maka potensi untung harian kisaran Rp 785 ribu.

“Produksi sebulan bisa 20 hari kerja asalkan cuaca mendukung sebab kala mendung atau hujan jika memaksakan produksi, olahan mireng tidak kering. Kalau tidak kering akan jamuran dan gagal,” pungkasnya. (Sukron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *