KOTA YOGYA – Gang kecil menuju kediaman Widodo, ditumbuhi aneka tanaman digantung dengan media botol bekas. Widodo, Ketua RW 15 Juminahan, Tegal Panggung, Danurejan, Yogyakarta, salah seorang inisiator teknik hidropnik di kampung tempat tinggalnya.
Pria asal Klaten ini mengungkapkan, pertanian hidroponik sudah dilakukannya sedari 2014. Kemudian, pada 2019, terbentuklah Kelompok Tani Dewasa (KTD) Caping Tani. Lanjutnya, hal itu sebagai upaya memanfaatkan lahan sempit di tengah perkotaan.
Kemampuan Widodo dalam pertanian hidroponik tidak datang tiba-tiba. Melainkan, sebelumnya ia pernah diajukan mengikuti pelatihan hidroponik di Kabupaten Sleman.
Karena tak mau apa yang telah diperolehnya sia-sia, Widodo mulai mempraktikkan ilmu yang didapat dengan membuat pertanian hidroponik di lahan kosong dekat rumah.
Usai KTD Caping Tani terbentuk dan beranggotakan sekitar 21 orang, mereka menginisiasi penanaman sayuran di lorong-lorong RW 11 Juminahan, Tegal Panggung. Mereka memanfaatkan botol plastik bekas sebagai media tanam. Menurut Widodo, siapa pun, terutama penduduk di RW 11 Juminahan, memiliki hak merawat dan menikmati hasil sayuran.
Untuk teknik hidroponik, mereka membutuhkan instalasi, paralon, mesin khusus untuk hidroponik, rockwoul, kain fanel, kemudian benih tanaman. Pertama, benih tanaman melalui proses penyemaian. Kemudian setelah sekitar dua minggu atau setelah tumbuh 3-4 tangkai, benih berubah menjadi bibit dan bisa dipindah ke instalasi.
Perawatan rutin menggunakan nutrisi khusus. Menurut Widodo, pemberian nutrisi bisa dilihat dari warna daun tanaman. Jika mulai menguning, tanaman membutuhkan asupan nutrisi. Nutrisi yang dibutuhkan juga sesuai usia tanaman. Rentang usia remaja menuju dewasa, nutrisi yang dibutuhkan semakin bertambah dan lebih banyak.
Terkait ukuran nutrisi yang digunakan, Widodo menyesuaikan dengan kondisi air di bak kontrol. Sebelum mesin yang ada di bak kontrol terlihat, Widodo akan segera menambahkan air sekaligus nutrisi di bak tersebut. “Patokannya pompa pendorong air itu jangan sampai kehabisan, jangan sampai pompa kelihatan. Posisi mesin masih di dalam air,” terangnya pada Senin, 29 Maret 2021.
Sebelum pandemi, ia juga pernah menyuplai selada hidroponik ke hotel. Namun, Widodo mengeluhkan, ia masih kesulitan dan belum menemukan pasaran yang tepat. Selain itu, baginya, teknik hidroponik tidaklah sulit, asalkan ada kemauan dan modal. “Ya, bagiku, hidroponik itu mudah. Beratnya ya, di modalnya,” pungkasnya. (Septia Annur Rizkia)