KEBUMEN– Setidaknya ada tiga permasalahan yang dihadapi para peternak kambing di wilayah Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Tiga masalah itu terkait dengan penjualan kambing (pasar), manajemen pakan (pakan alternatif), dan kapasitas peternak (SDM pengelola).
Desa Jatimulyo, Kecamatan Petanahan, merupakan sentra peternak kambing di Kabupaten Kebumen. Di desa ini, terdapat sekitar 200 peternak kambing yang tersebar di 7 padukuhan dan 19 RT. “Para peternak kambing di Jatimulyo tergabung dalam 8 kelompok,” ujar Sabit Banani SH, Kepala Desa Jatimulyo, Kamis 7 Agustus 2025.
Tujuh padukuhan yang warganya banyak berternak kambing, meliputi Padukuhan Jatisari, Pejaten, Depok, Sembir, Karang Tawang, Karang Tanjung, dan Karakjiwan. Kades Jatimulyo Sabit Banani berharap Jatimulyo menjadi sentra peternak kambing dan menjadi pusat pengembangan hewan ternak kambing di Kebumen.
Kades Jatimulyo Sabit Banani mengemukakan ada tiga permasalahan yang dihadapi para peternak kambing di Jatimulyo. Pertama, pasar kambing yang terombang ambing. Kedua, di waktu kemarau peternak sulit mencari rumput. Ketiga, peternak tidak memiliki pengetahuan tentang penyakit ternak dan pembuatan kandang yang aman dan murah.
Sekarang ini (Agustus 2025) pasar kambing di Kebumen sedang lesu. Harga kambing anjlok. Jika dulu harga kambing antara Rp 2,5 juta sampai Rp 3 juta per ekor, sekarang harganya hanya Rp 1,5 juta per ekor. Turunnya mencapai 50 persen.

“Kambing yang dipelihara warga Jatimulyo itu kambing kerakyatan, pasarnya pasar pedaging. Selama ini berlaku hukum pasar. Jika produksi kambingnya banyak, sementara permintaan sedikit, maka harganya anjlok, turun,” ungkap Sabit Banani.
Karena pemeliharaannya untuk memenuhi kebutuhan daging kambing, maka perlu melengkapi pejantan yang bisa menghasilkan anakan yang dagingnya banyak. “Kambing pejantan di Jatimulyo perlu di-upgrade. Didatangkan pejantan yang berkualitas bagus untuk kambing pedaging,” tegas Kades Jatimulyo.
Sedangkan persoalan yang terkait dengan manajemen pakan, para peternak kambing di Jatimulyo hanya mengandalkan pakan dari rumput. Jika musim penghujan, pakan melimpah, tapi jika musim kemarau, pakan sedikit dan peternak sulit memenuhi kebutuhan pakan ternak kambingnya.
Para peternak kambing di Jatimulyo tidak bisa mengoptilkan limbah menjadi pakan alternatif. Padahal sebenarnya pembuatan pakan alternatif dengan memanfaatkan daun-daun kering atau limbah pertanian, itu mudah dan murah. Sehingga para peternak perlu didampingi untuk pembuatan pakan alternatif dengan memanfaatkan limbah pertanian.

Selanjutnya para peternak kambing di Jatimulyo, tidak memiliki pengetahuan tentang pembuatan kandang kambing yang sederhana, aman, dan murah. Dengan teknologi sederhana, memanfaatkan kayu atau bambu yang ada di sekitar rumah, sudah bisa untuk membuat kandang. Kerangka atau cara merangkainya diupayakan aman bagi kambing. Jangan sampai kerangka di alas kandang bisa menjepit kaki kambing.
Selain itu, para peternak juga kurang mampu mengenali penyakit pada kambing. Selama ini memang ada pengecekan dokter hewan keliling setiap 3 bulan sekali yang dikemas dalam program Sekolah Domba. Tetapi pengetahuan para peternak tentang penyakit kambing, masih sangat minim.
Kades Jatimulyo Sabit Banani mewakili para peternak kambing di Jatimulyo, menginginkan agar peternak mampu membuat produk turunan dari pemeliharaan kambing. Misalnya pembuatan pupuk padat dan cair dari kotoran kambing atau produk turunan lainnya. Sehingga, harapan Sabit Banani nantinya Desa Jatimulyo menjadi sentra peternak kambing dan menjadi pusat pengembangan hewan ternak kambing di Kebumen, bisa segera terwujud. (Ono)








