Wahyu, Jualan Roti Bakar Sejak SMP

Sejak umur 10 tahun, Wahyu sudah mulai ikut ayahnya berdagang roti bakar (Foto: Wiradesa)

KEBUMEN – Hidup di tengah keluarga pedagang membuat jiwa bisnis dalam diri Wahyu Tri Kuntoro terpupuk sejak awal. Pemuda usia 17 tahun siswa kelas XII SMA Negeri 1 Pejagoan ini rupanya banyak belajar dari orang tuanya. Sejak umur 10 tahun, sudah mulai ikut ayahnya berdagang roti bakar.

“Waktu itu saya kelas 4 SD. Awalnya ikut ayah, tapi setelah SMP kelas 8 saya mulai berdagang sendiri. Senang saja bisa dapat uang sendiri,” ujar Wahyu saat ditanya alasannya berjualan.

Setiap hari, Wahyu berdagang di pinggir jalan depan Balai Desa Pejagoan Kebumen dari pukul 16.00 hingga pukul 22.00 WIB. Sambil berdagang, Wahyu tak lupa membawa buku-buku sekolah. Saat ada waktu luang, sambil menunggu pembeli, ia menyempatkan diri belajar ataupun mengerjakan tugas-tugas sekolah. Aturan ini ia buat dan terapkan sendiri sehingga masih punya waktu yang cukup untuk beristirahat.

“Pokoknya habis atau tidak habis pukul 22.00 pulang. Tapi biasanya sudah habis sih, kecuali kalau hujan  kan sepi pembeli,” terang Wahyu.

Baca Juga:  Rutinan Sedulur Mahage Kebumen, Diiringi Grup Hadroh Badrul Mustofa

Wahyu yang bercita-cita menjadi polisi tak pernah malu untuk berdagang roti bakar pada sore hari. Bahkan dia merasa bangga karena sudah dapat menghasilkan uang pada saat teman-teman sebaya yang lain masih harus meminta pada orang tuanya.

“Kalau hari-hari biasa, paling sedikit saya bawa sepuluh roti. Kalau hari libur bisa bawa lebih banyak lagi. Dari situ, persepuluh roti saya punya pendapatan kotor Rp140 ribu. Tapi itu masih kotor, bersihnya Rp50 ribu,” jelasnya.

Dalam jangka waktu 6 jam berjualan, Wahyu biasanya membawa 10 tangkup roti tawar yang ia beli dari temannya sesama pedagang roti bakar. Harga jual yang dipatok untuk satu tangkup roti bakar biasa Rp14 ribu dengan varian rasa yang ditawarkan cokelat, melon, strawbery, bluebery, nanas, kombinasi rasa keduanya, ataupun campur kombinasi semua rasa. Namun, untuk satu tangkup roti bakar istimewa dengan varian rasa cokelat keju dan keju istimewa, ia mematok harga lebih tinggi, yakni Rp20 ribu.

Penghasilan Wahyu dari berjualan roti bakar sepenuhnya dia serahkan kepada ibunya. Nantinya, dia mendapat jatah uang jajan Rp20 ribu per hari.

Baca Juga:  Blengketan dan Asal-Usul Desa Kedungwinangun

“Alhamdulillah, saya dapat membantu orang tua dan saya juga dapat uang jajan,” pungkas Wahyu. (Endah Tri Rachmani)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *