Bonidi Tak Laku Padat Karya, “Adang-adang” Rejeki di Pinggir Jalan

Bonidi (67) “adang-adang” ayam di pojok pertigaan Ngipik, Selasa (14/5/2024). (Foto: Wiradesa)

Hampir setiap pagi, Bapak ini duduk di pojok pertigaan Ngipik, Baturetno, Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan sepeda jengki yang dipasangi kronjot terparkir di sisinya, dia terlihat penuh harap menunggu warga yang akan menjual ayam ke pasar.

Pertigaan Ngipik diakuinya cukup strategis untuk menghadang penjual ayam yang akan ke pasar. Karena posisi pertigaan ini jalan arah ke barat menuju Pasar Kotagede Yogyakarta, jalan ke arah timur ke Pasar Ngipik dan jalan ke arah selatan ke Pasar Pleret Bantul.

Bapak bernama Bonidi (67 tahun) mengaku menjalani pekerjaannya sebagai pembeli dan penjual ayam di jalanan sudah sejak tahun 2008. Pekerjaaan itu banyak disebut “Adang-adang” ayam. Menghadang para penjual ayam, sebelum sampai ke pasar.

Umumnya, orang-orang yang berprofesi sebagai pembeli ayam dan penjual ayam, seperti Pak Bonidi itu berada di pinggir jalan menuju pasar. Saat membeli dan menjual ayam dilakukan di tempat itu juga.

“Pembeli ayam, biasanya datang langsung ke sini, pakai sepeda motor dan disetorkan ke juragan ayam,” ujar Bonidi saat berbincang dengan Wiradesa.co di pertigaan Ngipik, Selasa 14 Mei 2024.

Baca Juga:  Sri Sultan HB X Resmikan Pembangunan Kolam Perikanan Darat Milik Desa Banjarharjo

Pagi itu ayah tiga anak ini berhasil membeli seekor ayam seharga Rp 50.000 dari penjual ayam yang mau ke Pasar Kotagede. Kemudian oleh “penadah” ayam, dibeli Rp 60.000. Jadi Pak Bonidi untung Rp 10.000.

“Ya namanya adang-adang rejeki, kadang dapat kadang tidak. Bahkan juga kadang rugi,” kata Bonidi. Kadang satu hari tidak dapat ayam, sehingga pulang tidak membawa uang. Kadang rugi, belinya Rp 100.000, karena ayamnya jadi sakit saat dijual hanya laku Rp 50.000.

Bonidi sebenarnya ingin ikut kerja padat karya di dekat rumahnya, Padukuhan Kalangan, Kalurahan Baturetno, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul. Namun karena tidak laku, dianggap sudah tua, akhirnya tetap kerja adang-adang penjual ayam di pinggir jalan.

“Dijalani aja, wong tidak punya apa-apa, mau apa lagi. Sabar, pasrah,” kata Bonidi dengan nada pasrah. Allah sudah menentukan rejeki untuk masing-masing orang. Manusia wajib berusaha, tetapi Yang Maha Kuasa yang menentukan jumlah rejeki kepada setiap orang. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *