Kebahagiaan Orang Tua yang Memiliki Anak Berkebutuhan Khusus

 Kebahagiaan Orang Tua yang Memiliki Anak Berkebutuhan Khusus

Muslimah Zahro Romas (Foto: Istimewa)

Oleh: Dra. Muslimah Zahro Romas, M.Si. (Dosen Fakultas Psikologi, Universits Proklamasi 45)

Setiap anak yang terlahir memiliki potensi yang berbeda-beda. Setiap anak memiliki kecerdasan dan bakat yang unik dan khas. Itu sebabnya penting bagi orang tua menyadari akan hal ini. Sehingga orangtua tahu bagaimana seharusnya bersikap. Sekalipun anak tersebut mengalami berkebutuhan khusus (ABK).

Peran orang tua sangatlah penting dalam pembentukan karakter anak. Sebagai orang tua harus mengerti kekurangan dan keterbatasan serta keistimewaan anak sejak dini. Baik secara fisik, psikis dan psikologis. Setiap orangtua mengharapkan anak-anaknya terahir sempurna. Namun, pada realitanya tidak selalu demikian. Ada sebagian orangtua yang diamanahi anakyang mengalami kebutuhan khusus.

Secara fisik, psikis, psikologis dan akademisanak berkebutuhan khusus (ABK) memiliki keterbatasan. Sehingga orang tua kesulitan memahami potensi yang dimiliki anaknya. Belum lagi stigma dan persepsi lingkungan, yang memberi tekanan rasa malu melahirkan anak ABK. Di sisi yang lain, orangtua merasa bersyukur bisa memiliki keturunan, dimana banyak orang di luar sana yang sedang memperjuangkan garis dua.  Dari sinilah muncul pandangan bahwa kebahagiaan seseorang tidak melulu di ukur dengan satu perspektif saja.

Menurut Ki Ageng kehidupan kebahagiaan sejati adalah ketika orang sudah mampu mengetahui  dan mengamalkan kawruh jiwa dengan benar, ia akan tumbuh menjadi pribadi yang jujur, tulus,  percaya diri, tabah, tentrem, tenang, penuh kasih sayang, mampu hidup berdampingan secara baik dengan seksama dan alam lingkungannya dan penuh rasa damai (Afif, 2012).

Pada dasanya, kebahagiaan hidup seseorang dapat dinilai secara objektif  dan subjektif. Dikatakan seseorang memiliki pandangan objektif apabila kebahagiaan diukur dengan standar agama ataupun dengan pembuktian tertentu. Sementara penilaian kebahagiaan yang bersifat subjektif, apabila seseorang bertanya kepadanya dengan singkat apakah ia bahagia atau tidak (Fuad. 2015).

Mungkin ada yang berpandangan memiliki anak ABK adalah hal yang perlu disembunyikan. Namun, ada pula orangtua yang memiliki ABK tetap bisa merasakan rasa kebahagiaan. Dimana sumber kebahagiaan tersebut lahir dari ketulusan dalam mencintai dan menyanyangi anaknya tanpa syarat apapun untuk memberikan perhatian, pendampingan terus menerus tanpa lelah demi tumbuh kembangnya agar potensi yang dipunyai berkembang secara optmal.

Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi dan wawancara menunjukkan bahwa orang tua yang memiliki anak ABK, mereka merasa putus asa dalam menghadapi hidup, tidak bergairah untuk menghadapi anaknya, kadang juga tidak mengikuti perkembangan anaknya, dan merasa Allah tidak adil pada dirinya  karena  memiliki  anak ABK, mereka juga tidak mempunyai angan angan tentang masa depan anaknya karena tidak menyukai kondisi anaknya, walaupun keadaannya begitu mereka merasa bersyukur mempunyai keturunan karena banyak pasangan yang  tidak  dikaruniai keturunan.

Baca Juga:  Pemikiran dan Keteladanan Ki Ageng Suryomentaraman

Pada hakekatnya ABK memiliki kekhususan, baik fisik, mental, sosial dan emosional (Widianingsih, 2019). Orang tua memiliki peran yang penting dalam membesarkan, membimbing, mendampingi, memperhatikan akan  membantu anaknya untuk mengoptimalkan kapasitas dan potensi anaknya, baik secara fisik, emosi, sosial dan intelektual.

Seperti yang bisa kita  lihat bersama bahwa peran orang tua  yang baik akan berbuah positif terhadap anak yang dilahirkannya. Salah satu contohnya  adalah Putri Aryani siwi SMKN 2 Bantul yang mengalami kekurangan penglihatan. Dibalik keterbatasannya, Putri dikaruniai bakat menyanyi yang mengagumkan. Tidak hanya berbakat menyanyi, Putri sekaligus pencipta lagu yang dinyanyikannya. Dimana lirik lagu-lagunya sangat dalam dan menggetarkan dunia.

Hingga pada akhirnya, Putri meraih golden buzzer dari  Simon Cowell di America’s Got Talent (AGT) yang tidak semua orang mampu meraih prestasi itu. Terlihat bahagia orang tua Putri Aryani  pada saat Putri tampil dan meraih prestasi itu. Ketulusan dan kesabaran orangtuanya dalam mengembangkan skill anak yang berkebutuhan khusus hingga bersinar.

Ketulusan penulisan lirik, pembawaan yang menjiwai semua lahir dari ketulusan orangtua yang selama ini mendampingi, mengarahkan anak untuk mengasah potensi dan bakat tersembunyinya, serta memberikan kebebasan untuk berpendapat. Sehingga dapat membantu anak menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa harus bergantung pada orang lain.  Dengan adanya progress di dalam tumbuh kembangnya anak sesuai dengan keadaan anak maka orang tua merasa puas dan mempunyai makna tersendiri di dalam hidupnya sehingga timbul rasa bahagia karena hidupnya penuh arti.

A Wattimena (2015) mengatakan bahwa ketika hidup kita bermakna, maka kita akan menemukan kebahagiaan. Artinya kebahagiaan tidak pernah didapatkan sendirian. Kebahagiaan itu harus dibagi bersama sahabat dan orang yang kita cintai. Jika tidak, kebahagiaan itu lenyap dalam sekejap mata. Hurlock (1993) mengatakan bahwa kebahagiaan timbul dari pemenuhan  kebutuhan atau harapan dan merupakan penyebab atau sarana untuk menikmati.

Baca Juga:  Kenali Gangguan Body Dysmorphic Disorder

Orang tua yang bahagia mempunyai ciri ciri sebagai berikut: penuh energi, optimis, penuh keyakinan, tabah dan ulet, murah hati, memiliki sikap istqomah, dan qonaah, pandai bersosialisasi, bersyukur, memiliki tujuan dalam hidupnya, berpikiran terbuka, jujur pada dirinya sendiri dan memiliki selera humor yang bagus.  Dengan ciri-ciri yang dimilikinya maka dapat  menumbuhkan perasaan tenang dan damai, optimis, murah hati, sikap teguh pendirian dan selalu bersyukur dengan apa yang ada.

Sedangkan tingkatan hidup bahagia menurut AWattimena (2015), ada tiga tingkatan hidup bahagia: a) hidup yang bernilai dari kacamata pribadi, artinya cara hidup kita itu penting dan menarik untuk diri kita sendiri, b) Cara hidup tersebut tidak hanya bernilai secara pribadi, tetapi juga bermakna untuk orang lain. Orang lain terbantu dengan cara hidup yang kita pilih, c) hidup kita selalu bergerak terlepas dari nilai pribadi dan makna sosial.

Sebagai orang tua yang memiliki anak ABK harus mampu menanggapi segala keadaan yang tepat tidak ngotot mengubah anaknya  atau dunia agar sejalan dengan keinginan kita. Orang tua juga harus bisa menerima apa yang terjadi, kemudian berusaha melakukan perbaikan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan yang nyata. Orang tua tidak lagi sibuk dengan prinsip-prinsip di kepala kita yang kerap kali dengan emosi keras dan membuat batin gelisah. Kemudian sibuk untuk mengawasi diri kita sendiri termasuk semua emosi, perasaan dan pikiran yang lewat didalamnya sebagai pengkondisian yang sifatnya semu dan menipu.

Ada beberapa factor yang mempengaruhi kebahagiaan seseorang. Hurlock (1993) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan adalah sebagai berikut: kesehatan, daya tarik fisik, tingkat otonomi, kesempatan  berinteraksi di luar keluarga, jenis pekerjaan, status pekerjaan, kondisi kehidupan, pemilikan harta benda, keseimbangan antara harapan dan pencapaian, penyesuaian emosional, realisme dari konsep diri, realisme dari konsep-konsep peran. Factor-faktor inilah yang dapat mempengaruhi kebahagiaan orang tua yang memiliki ABK, ada yang harus terpenuhi semuanya ada yang sebagian saja sudah puas  dan bahagia, Karena kebahagian itu sangatlah subjektif antara orang satu dengan orang lain maka tingkat kepuasannya juga berbeda. Kebahagiaan banyak bergantung  pada sikap menerima dan menikmati keadaan orang lain dan apa yang dimilikinya, mempertahankan keseimbangan antara harapan dan prestasi (Feedman dalam Hurlock, 1993).

Baca Juga:  Desa Mandiri Budaya

Orang tua yang memiliki ABK harus mampu menerima anak apa adanya dengan rasa syukur kepada sang Pencipta karena diberi amanah untuk menjaganya. Orang tua bagi anak adalah sekolah pertama dalam kehidupannya. Dimana orangtua adalah orang yang pertamakali membimbing, melayani, mendampingi serta mendidik serta memberikan pengarahan yang dapat membantu anak dalam menjalani kehidupan. Orang tua yang menerima dirinya adalah orang yang dapat menerima kelemahan-kelamahannya dan kekuatan-kekuatannya tanpa keluhan dan kesusahan. Mereka juga dapat menyadari potensi potensi yang dimilikinya. Ketika seseorang mampu menerima diri secara utuh dengan kelemahan dan kelebihan yang dimiliki maka individu akan merasa bahagia.

Rasa bahagia menjadi cita-cita semua orang tidak terkecuali orang tua yang memiliki ABK. Kebahagiaan harus dibagikan ke semua orang yang di cintai terutama adalah anaknya walau anaknya ABK. Kebahagiaan yang diterima sangat subjektif karena antara orang satu dengan yang lainnya berbeda cara memaknainya.

Orang tua yang memiliki ABK, merasa senang, damai dan nyaman karena   mendapatkan keturunan. Mereka merasa mempunyai  makna dalam kehidupannya yang utuh, sebagai manusia karena berguna untuk  orang lain. Dampak seseorang yang merasakan kebahagiaan cenderung dapat meningkatkan kesejahteraan mental, kesehatan fisik  memperpanjang umur.

Orang yang bahagia lebih bisa mengontrol diri. Ia mampu mengelola stes dengan baik dan dapat bangkit kembali saat menghadapi hal yang kurang dalam kehidupan yang dijalaninya. Menurut Siswowijoto (1983) orang sehat jiwanya : 1) mereka mempunyai emosi yang tenang  artinya mereka bahagia, dapat bergaul dengan anak-anaknya, keluarga, semua temannya, temen sekerjanya serta lingkungannya, 2) mereka cukup dapat memelihara keseimbangan secara mantap artinya tabah, penuh pengertian, dapat mengambil keputusan, dapat menghadapi serta menikmati kehidupan dengan persoalan-persoalannya, 3) mereka mempunyai masa anak-anak yang berbahagia karena mendapatkan cinta kasih, dorongan dan keterlibatan yang sehat. Kebahagiaan harus diraih dalam kehidupan apapun, tidak terkecuali adalah orang tua yang memiliki ABK, karena kebahagiaan itu harus dicari tidak datang begitu saja.

Redaksi

Mandirikan Desa Sejahterakan Rakyat

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar

%d blogger menyukai ini: