Gemar Sedekah Digambarkan sebagai Pohon yang Habis Dipetik Buahnya Langsung Tumbuh Kembali

 Gemar Sedekah Digambarkan sebagai Pohon yang Habis Dipetik Buahnya Langsung Tumbuh Kembali

Pengasuh Pesantren Sabilul Muttaqin Kalimiru Bayan Purworejo KH M Abdul Haq mengisi pengajian Isra Mi’raj Nabi Muhammad Saw di Masjid Baitul Mukhlasin Kebulusan Pejagoan Kebumen. (Foto: Wiradesa).

KEBUMEN-Orang yang suka berseteru dengan sesama dalam peristiwa Isra Mi’raj digambarkan dengan perlambang orang dengan kuku tembaga yang mencakar muka sendiri hingga rusak dan terus diulangi. Hal itu diungkap KH M Abdul Haq, saat mengisi pengajian Isra Mi’raj di Masjid Baitul Mukhlasin, Kebulusan Pejagoan, Kebumen, Sabtu 10 Februari 2024.

Pengasuh Pesantren Sabilul Muttaqin Kalimiru Bayan Purworejo menyampaikan hal itu di hadapan seribuan jamaah yang hadir. Kiai Abdul Haq mengajak para jamaah selalu rukun, tak suka jengkel karena akan mendatangkan musibah. Karena perseteruan, beda pendapat jika tak diperbaiki bisa merusak struktur sosial dalam masyarakat.

“Beda pilihan dengan tetangga yang rukun. Tak perlu jengkel-jengkelan karena hanya akan mendatangkan musibah,” ujar Kiai Abdul Haq.

Semangat persatuan dan kesatuan penting untuk dijaga. Sebaliknya perseteruan diibaratkan dengan mencakar muka sendiri. Dalam hidup kita tak perlu adigang adigung adiguna. Bila terpaksa diganggu maka upayakan melawan dengan lembut ibarat api harus dilawan dengan air. “Bila dimusuhi orang tambah usaha dalam tirakat, salawat ditambah , mujahadah ditambah. Semoga kita semua termasuk orang yang guyub rukun,” imbuhnya seraya menambahkan orang hidup butuh orang lain.

Kiai Abdul Haq mengajak jamaah agar senantiasa bijak. Bila kita punya ketajaman tetapi jangan sekali kali melukai. Bila kita bisa jalan kencang tak perlu mendahului. “Ini ilmu orang Jawa dulu karena kita hidup dalam masyarakat. Ada orang lain. Berbuat apa pun harus diukur melukai perasaan orang lain atau tidak,” jelasnya.

Kiai Abdul Haq juga mengajak agar senantiasa mengedepankan sikap bermusyawarah. Ia menggambarkan Nabi Muhammad Saw yang punya sifat maksum tak mau menang sendiri. Dalam berbagai urusan, Baginda Nabi selalu rembugan dengan para sahabat. “Padahal nabi itu dekengane pusat tetapi beliau mencontohkan sikap bermusyawarah dalam mengambil keputusan. Agar kita bisa saling menghargai tidak crah agawe bubrah, kriwikan dadi grojogan,” tandasnya.

Baca Juga:  Gus Anam Isi Pengajian Isra Mikraj di Masjid Baitul Mukhlasin

Dalam peristiwa Isra Mi’raj, Nabi Muhammad Saw juga diperlihatkan dengan sebuah pohon yang buahnya sudah diunduh tak lama berselang buah tumbuh lagi. Dipetik lagi lalu tumbuh buah lagi. Malaikat Jibril menerangkan hal itu sebagai gambaran umat nabi yang suka bersedekah.

Puncak Isra Mi’raj, Nabi naik ke arsy bertemu Allah SWT dan mendapat perintah salat 50 rakaat sehari semalam. Tetapi ketika turun bertemu Nabi Musa As. Nabi Musa menyarankan agar Nabi Muhammad Saw meminta keringanan hingga sembilan kali dan akhirnya dalam sehari semalam umat Islam diperintahkan menjalankan salat wajib lima kali sehari sebanyak 17 rakaat. (Sukron)

Sukron Makmun

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar

%d blogger menyukai ini: