Marlan: Satu Teman Seribu Aset

Marlan, berpenampilan sederhana dengan kaos oblong, sering ikut melayani para tamu di resto olahan seafood miliknya. (Foto: Wiradesa).

TAK banyak yang berubah pada diri Marlan. Lelaki berperawakan kecil itu selalu ramah. Sumeh dan gampang diajak ngobrol. Penampilan terkesan apa adanya. Ke mana-mana lebih suka memakai kaos oblong, celana pendek sedengkul dan sandal jepit.

Pemilik The Memories Kafe di kawasan Jalan Lingkar Selatan Kretek Bantul ini mengaku lebih suka berpenampilan bukan seperti seorang juragan. Ia punya alasan tersendiri perihal penampilannya.

“Dengan penampilan seperti ini, saya ingin melihat diri dari belakang. Saya berasal dari keluarga sederhana,” terang Marlan saat memulai cerita tentang perkembangan usaha kuliner dan sedikit berbagi kiat sukses kepada wiradesa.co, Selasa 6 Februari 2024 sore.

Saking sederhananya, lelaki kelahiran Kampung Simbek Desa Argopeni Kecamatan Ayah, Kebumen oleh para tamu yang datang kulineran kerap dikira sebagai pelayan atau juru masak. Bahkan ada pula yang mengira dirinya sebagai juru parkir karena ikut mengatur bus-bus yang datang dan parkir di restonya.

“Terkadang lucu juga. Karena belum saling mengenal, mereka para tamu atau dari biro wisata malah kasih uang tip. Hal itu jadi bahan ledekan sopir-sopir bus yang sudah kenal. Pada tertawa bila ada yang tanya bosnya mana. Namanya rezeki uang tip saya terima tapi dibagi-bagi ke teman yang di dapur,” kata Marlan.

Dalam hal pekerjaan, lanjutnya, ia memang tak pernah memposisikan mana karyawan mana juragan. Sebagai juragan ia tak canggung ikut turun langsung bersama-sama menyelesaikan pekerjaan sekaligus untuk memberi teladan kepada para karyawan agar selalu semangat dalam bekerja.

Baca Juga:  Bumbu Fresh, Sedapnya Nasi Goreng dan Pecel Lele Warung Nur Wahid

Meski sebagai juragan, sehari-hari Marlan mengerjakan apa saja yang bisa dia lakukan. Dengan karyawan lima orang, pembagian tugas tak mengenal spesialisasi khusus. Semua bisa memasak, bisa membakar ikan, juga mampu menjadi pelayan mengantar makanan ke meja tamu. Sekaligus mereka siap mencuci piring dan gelas kotor. Marlan sendiri ikut mengerjakan apa yang dia bisa lakukan.

Terkadang membantu membakar ikan, bantu memasak, mengantar pesanan, buka dan mlatok ratusan kelapa muda. Tetapi pekerjaan yang paling pokok baginya yakni menerima pesanan menu dan reservasi tempat dari rombongan wisatawan yang mau datang dan makan di resto kulinernya. Di Kawasan Pantai Depok, Marlan kini mengelola dua tempat makan; Memori Seafood 1 dan 2. Kapasitas pengunjung sanggup melayani 500 orang sekali datang. Sedangkan di lokasi berikutnya di The Memories Kafe bisa menampung 200 pengunjung.

“Sore ini tengah menunggu tamu dari Semarang yang berwisata ke Yogya. Para karyawan rumah sakit. Datang rombongan enam bus posisi sudah di Pantai Parangtritis sampai sini dijadwalkan pukul 18.00. Sudah memesan berbagai menu, minta lengkap dengan sajian live musik organ dan satu penyanyi,” terangnya.

Sambil menunggu rombongan dari Semarang merapat, berkali-kali pula smartphone Marlan menerima pesan WhatsApp dan telepon dari awak bus, biro perjalanan wisata, atau wisatawan dari kalangan keluarga. Selain menanyakan dan pesan menu atau memastikan jadwal kunjungan, tak sedikit pula yang sekadar berkabar, say hello tegur sapa lewat media sosial. Marlan melayani satu persatu komunikasi yang masuk ke smartphone-nya. Menjawab pertanyaan, membalas sapaan merupakan bagian dari menjalin tali silaturahmi yang sangat diperhatikannya.

Baca Juga:  Harga Lele Tinggi, Petani Tak Menikmati

Tanpa Konsep Marketing

“Di bisnis kuliner ini, saya nyaris tanpa konsep marketing. Dinamai kafe kan biar mentereng. Sederhananya ya sebagai tempat nongkrong, ngopi, atau makan olahan hasil laut. Tentang penampilan sesama teman dari biro wisata bahkan banyak yang tak menganggap saya punya resto atau warung makan. Satu-satunya yang mendukung pemasaran di sini hanya kedekatan emosional dalam berkawan dengan para pelanggan,” ujar Marlan.

Marlan punya prinsip satu orang teman setara dengan seribu aset. Karena itu ia sangat menekankan komitmen pertemanan. “Satu orang teman saya bikin tidak nyaman, cacat dalam berelasi, maka sama saja saya kehilangan seribu aset,” tuturnya.

Untuk mempertahankan tamu dari berbagai kalangan baik tamu reguler, rombongan keluarga, rombongan bus wisata yang dikelola biro perjalanan, Marlan tak pernah menjanjikan sesuatu.

“Konsepnya sangat sederhana. Saya lebih cenderung mereka beli saya jual. Jika mereka cocok pasti akan kembali. Untuk masalah rasa makanan enak atau tidak tentu selera masing-masing. Yang jelas dalam mempertahankan pelanggan paling utama adalah menjaga silaturahmi,” jelasnya.

Bakar ikan bagian dari rutinitas Marlan di restonya. (Foto: Wiradesa).

Sebagai pelaku usaha kuliner dengan menu utama seafood atau serba ikan, ikan bakar, goreng, saus tiram, saus padang, Marlan mengaku awalnya sama sekali tak punya kemampuan memasak. Dia mengulik sejarah kehidupan di masa lalu pernah lama bekerja sebagai seorang nelayan di kawasan Pantai Selatan.

Baca Juga:  Warung Makan Vierro & Avero, Sayur Bayung Favorit Pelanggan

Pada 1998 dia mulai tinggal di Pantai Depok. Sebagai nelayan, pergi melaut mencari ikan dulu menjadi rutinitasnya. Ia mahir mengoperasikan kapal pencari ikan, menebar jaring. Hasil sebagai seorang nelayan kala itu diakuinya cukup menghidupi keluarga. Tapi nasib malang menimpanya. Kapal yang biasa dikemudikan Marlan terbalik akibat terhempas ombak besar Pantai Depok. Akibat kecelakaan laut itu, kedua lutut Marlan patah.

Kejadian pada 2004. Kedua kaki patah akibat tertimpa badan samping kapal yang terbalik. Setahun berobat,operasi pasang platina dan pemulihan.

“Sejak saat itu memutuskan berhenti melaut dan merintis Memori Seafood 1. Warung kecil kapasitas awal 30 tamu. Berkembang dan buka Memori Seafood 2. Kalau yang di lokasi ketiga ini baru saja beroperasi satu tahun terakhir. Dua lokasi sebelumnya lahan masih sewa. Kalau yang di Jalan Lingkar Selatan Parangtritis Kretek ini alhamdulillah sudah lahan milik sendiri. Membangun sedikit demi sedikit pakai kayu lawasan,” imbuh Marlan sembari menjelaskan usaha kulinernya tak lepas dari pasang surut.

Guna membeli tanah dan membangun resto di lokasi ketiga Marlan terpaksa merelakan Honda Brio salah satu tunggangan miliknya terjual. “Masih ingin mengembangkan lagi usaha kuliner tapi kendala utama harga tanah sekitar sudah tinggi permeter mencapai Rp 3,5 juta,” ujar Marlan yang terbilang beruntung dari kegigihannya bisa membangun rumah tingkat di Kretek dan membeli tanah 2000 meter buat membangun resto yang ketiga. (Sukron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *