Peony Eco House: Toko Curah yang Mengampanyekan Gerakan Mengurangi Sampah Plastik

 Peony Eco House: Toko Curah yang Mengampanyekan Gerakan Mengurangi Sampah Plastik

Peony Eco House mengampanyekan gerakan mengurangi sampah plastik (Foto: Wiradesa)

SLEMAN – Toko dengan sistem curah yang diprakarsai oleh Dwi Indriyanti dan Ristina Fauzia, dua perempuan yang selain sebagai ibu rumah tangga juga pekerja kantoran tersebut bernama Peony Eco House.

Saat ditemui di lokasi toko Peony Eco House yang terletak di Pogung Kidul, Sinduadi, Mlati, Sleman, Dwi Indriyanti (31) menjelaskan, Peony Eco House merupakan sebuah toko yang memadukan konsep zero waste, yang menyediakan bahan kebutuhan rumah tangga. Mulai dari makanan hingga kebutuhan sehari-hari yang bersifat organik, dengan menjunjung prinsip memaksimalkan potensi masyarakat lokal.

Selain sebagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi, Peony Eco House juga mengampanyekan gerakan mengurangi dan membatasi penggunaan plastik yang sulit terurai. Maka, para pembeli selalu diimbau untuk membawa wadah sendiri. Namun, ketika ada pembeli yang lupa membawa wadah, toko curah tersebut menyediakan kemasan kertas yang mudah terurai. “Tetap, kami mengimbau agar membeli secukupnya sesuai kebutuhan,” ucap Dwi Indriyanti.

Latar Belakang Berdirinya Peony Eco House

Sebelumnya, pada 2017, perempuan yang akrab disapa Uwik mulai bergabung dengan komunitas bank sampah. “Sebenarnya bukan awal mula peduli dengan lingkungan. Tetapi awal mula bergabung dengan komunitas bank sampah yang ada di Jogja, itu,” kata perempuan kelahiran Bandung tersebut.

Kekhawatiran akan masa depan anak cucu serta generasi mendatang, membuat Uwik terus berpikir dan mencari tahu cara agar kehidupan sehari-hari tidak menganggu atau merusak lingkungan.

Meskipun kondisi mata air tidak bisa sejernih dan sebersih dahulu, ungkap Uwik, setidaknya di masa depan masih bisa dinikmati dan dimanfaatkan oleh generasi selanjutnya.

Berangkat dari kekhawatiran terhadap beberapa hal, terutama saat kejadian Tempat Pembuangan Sampah (TPA) Piyungan benar-benar penuh dan meluap pada 2019 lalu. Adanya kejadian tersebut membuat kekhawatiran Uwik semakin bertambah. Dengan begitu, keyakinannya untuk selalu mengupayakan pola hidup yang ramah lingkungan semakin tinggi. Serta, Uwik mulai mencari riset tentang tata cara menjaga lingkungan agar tetap baik dan lestari.

Baca Juga:  Produksi Tahu, Turasmi Giling 150 Kilogram Kedelai Tiap Hari

Informasi-informasi yang didapat, menggerakkan Uwik beserta temannya yang sama-sama alumnus Teknik Biologi, melakukan riset sehingga muncul ide mendirikan toko curah yang menyediakan kebutuhan pokok maupun bahan pangan rumah tangga.

Dalam kesehariannya, Uwik sendiri menerapakan kehidupan yang minim sampah, serta menggunakan produk alami/herbal. “Ya, jangan hanya menjual, tapi juga menggunakannya. Dan manfaatnya benar-benar ada dan sangat terasa,” imbuh Uwik, yang saat ini berdomisili di Sleman.

Visi Misi Peony Eco House

Di samping untuk menambah pemasukan sacara ekonomi, Uwik menegaskan, bukan berarti menjadi prioritas utama. Sebab, dua perempuan tersebut juga memiliki pekerjaan lainnya. Tujuan utama berdirinya Peony Eco House lebih ke kepentingan sosial dan lingkungan.

Terkait produk yang disediakan Peony Eco House, terbilang 80% produk lokal yang diambil dari sekitar Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah.

Pegawai Peony Eco House sedang melayani pembeli (Foto: Wiradesa)

Uwik menyebut, fokus utamanya ialah produk natural atau tanpa tambahan barang kimia seperti pestisida. “Sebisa mungkin kami menghindari bahan kimia. Karena bagaimana pun, kalau kita bisa jaga lingkungan tapi nggak bisa jaga kesehatan, ya sama saja,” ujarnya seraya memperlihatkan beberapa produk yang tersedia di etalase toko.

Dengan menggait produk dari para petani lokal, hal tersebut dilakukan sebagai upaya menghindari produk impor. Sebab, Uwik yakin, daerah lokal atau dalam negeri sebenarnya tidak kekurangan sumber daya alam yang berkualitas dan layak dikonsumsi.

Image Produk Organik

Menanggapi image yang mengatakan produk organik itu mahal, Peony Eco House mengambil langkah menghilangkan stigma tersebut, dengan cara mengambil barang dari petaninya langsung. “Jadi kami memotong rantai distributor atau tengkulak. Dengan begitu, harga yang memang pantas untuk kami, tapi adil juga untuk petani,” paparnya.

Baca Juga:  Pupuk Dasar Berpengaruh Besar Pada Kesuburan Tanaman Porang

Harapan adanya Peony Eco House selain lingkungan bisa menjadi lebih baik, Uwik juga berharap masyarakat menjadi lebih sadar pentingnya menjaga lingkungan dengan berbelanja lebih bijak dan terencana. Berangkat dari namanya, peony yang berasal dari nama bunga bermakna keluarga yang sejahtera dan makmur. Mereka juga berharap, terjalinnya rasa kekeluargaan di antara Peony Eco House(distributor), dengan produsen (petani), maupun konsumen.

“Saya percaya, dengan adanya toko curah ini, bisa turut berkontribusi mengurangi jumlah sampah plastik sekali pakai. Serta, mengajak masyarakat luas mengonsumi produk yang sehat dan baik untuk kelestarian lingkungan,” pungkas Uwik sebelum mengakhiri obrolan. (Septia Annur Rizkia)

Septia Annur Rizkia

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar

%d blogger menyukai ini: