Amat Jaelani, Tiap Rabu Minggu Pertama Mendalang di Bangsal Srimanganti

 Amat Jaelani, Tiap Rabu Minggu Pertama Mendalang di Bangsal Srimanganti

Amat Jaelani, dalang wayang golek yang piawai menabuh gamelan. (Foto: Wiradesa)

KULONPROGO – Asap mengepul dari hisapan rokok lintingan bikinan Amat Jaelani. Segelas teh hangat tersanding di meja ruang tempat latihan mendalang dan menabuh gamelan. Amat Jaelani bercerita, ia mulai belajar mendalang dan menekuni wayang kulit saat kelas tiga sekolah dasar.

Di samping wayang kulit, Amat Jaelani mahir memainkan wayang golek, wayang menak. “Sampai sekarang masih sering pentas. Di Museum Sonobudoyo jadwal mendalang wayang golek pada Selasa malam. Dari pukul 20.00 hingga 21.00. Ada enam dalang, pentas bergiliran,” ucap Amat Jaelani.

Sebagai abdi dalem Keraton Jogja, Amat Jaelani memang bertugas di bagian pedalangan dan punya nama Ki Cermo Baskoro. Ia punya jadwal pentas wayang golek di Bangsal Srimanganti Keraton Jogja pada Rabu siang, pukul 10.00-12.00.

“Di Bangsal Srimanganti ada empat dalang yang pentas bergantian. Jadwal saya di minggu pertama. Penonton wisatawan dan tamu keraton,” kata Amat Jaelani saat ditemui di rumahnya di Padukuhan Mentobayan RT 10 RW 5 Salamrejo, Sentolo, Senin 27 Februari 2023.

Tak hanya mahir mendalang, sosok dalang berusia 75 tahun ini biasa menabuh gamelan. Piawai memainkan kendang, saron, bonang, gender, slenthem, gambang juga gong.

Amat Jaelani menuturkan, lakon wayang kulit dan wayang golek berbeda. Wayang kulit bersumber dari cerita Mahabarata dan Ramayana sedangkan wayang golek menceritakan lakon Marmoyo Marmadi. Ia menyebut beberapa lakon yang populer yakni Menak Lare. Menceritakan tokoh Amir yang berkelana ke mana saja dan mempersatukan negara-negara dibantu Marmoyo Marmadi. Amat juga kerap membawakan cerita Kelasworo Adaninggar. Bercerita orang dari Tiongkok ingin dinikahi Amir tetapi Amir sudah menikah dengan Kelasworo. Hal itu menjadikan peperangan antara Kelasworo dan Adaninggar.

Baca Juga:  Ki Edi Warseno Produksi Wayang Dipasarkan Sampai Ibukota

Keseluruhan tokoh wayang golek lebih dari 100. Sedangkan pembabakan dalam pentas wayang golek semalam suntuk dimulai dengan pembukaan, jejeran adegan membicarakan kenegaraan, jejeran kedua berisi tema penyerbuan dan pertahanan ketiga goro-goro, keluar tokoh punakawan Petruk, Gareng, Bagong. Selanjutnya adegan bambangan, perang begal. “Terakhir adegan penghabisan cerita,” tutur Amat Jaelani yang dalam waktu dekat bakal tampil mendalang wayang golek semalam suntuk di Kutoarjo mengisi acara haul, undangan dari rekan sesama dalang.

Lakon wayang kulit maupun wayang golek berisikan cerita kehidupan manusia. Antara yang baik dan yang buruk, mana yang mesti dilakukan dan mana yang mesti ditinggalkan. Dalam pagelaran wayang dalang juga menyampaikan pesan-pesan khusus seperti pesan dari pemerintah desa, kecamatan, atau pihak yang menanggap. “Pesan-pesan pembangunan, mengajak selalu rukun, kebersamaan, toleransi agama, persatuan dan gotong-royong,” imbuhnya.

Di sanggar miliknya, tersedia koleksi wayang kulit, wayang golek, perangkat gamelan, pakeliran. Amat Jaelani biasa menerima para tamu di kediamannya. Tak sedikit pula anak muda belajar mendalang dan menabuh gamelan kepadanya. “Belum lama ini kedatangan tamu 30 mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.Ternyata semua bisa mendalang wayang kulit dan wayang golek. Mendalangnya bagus semua. Saya diminta berbagi ilmu mendalang,” tuturnya.

Di samping mendalang di keraton, sebelum pandemi Amat Jaelani banyak beroleh job mendalang di sejumlah hotel berbintang di Jogja, menghibur para tamu hotel. Juga mendalang di acara warga. Namun, setelah pandemi undangan mendalang belum seperti dulu. Masih jarang.

“Pernah melawat ke luar negeri. Mendalang di Yerusalem Israel pada 2000 dan 2007. Pada 2017 lalu mendalang di King Abdullah University of Science and Technology, Jedah Arab Saudi,” kenang Amat Jaelani, dalang dengan empat anak dan delapan cucu ini. (Sukron)

Sukron Makmun

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar

%d blogger menyukai ini: