KEBUMEN – Wayang budaya asli Indonesia. Wayang kebudayaan adiluhung watak manusia. Hal itu dikatakan Ki Edi Warseno, pelestari budaya wayang yang tinggal di RT 4 RW 1, Dukuh Krajan, Desa Kuwayuhan, Kecamatan Pejagoan, Kebumen.
Setiap sosok wayang mempunyai ciri khas tersendiri. Seperti yang diceritakan Edi saat menggambarkan watak tokoh Bima. Bima memiliki nama lain Raden Brotoseno. “Tokoh wayang ini memiliki watak tegas, membela kebenaran dan kaya ilmu,” jelas Edi yang juga berprofesi sebagai seorang dalang.
Sejak kecil Edi sudah menyukai wayang. Selain itu, kebiasaan membaca tentang buku lakon-lakon wayang menambah pemahaman tentang pewayangan. “Dari kecil, saya juga sudah terkenal sebagai dalang cilik. Alhamdulilah sampai sekarang masih ditekuni. Akhirnya pada 1978, saya mendapatkan Surat Keterangan Pengesahan sebagai dalang dari Dinas Pariwisata Kebumen,” imbuh Edi (56) kepada Wiradesa.Co, Jumat 19 Maret 2021.
Selain sebagai dalang, Edi juga seorang perajin wayang. Bahan produksi biasanya terbuat dari karton dan kulit. Di rumahnya, terlihat sudah banyak tokoh wayang yang dibuat. Harga wayang bervariasi. Wayang besar sekitar Rp 500 ribu, wayang sedang Rp 350 ribu, wayang kecil Rp 250 ribu. Sampai saat ini wayang produksinya sudah laku terjual sampai luar kota seperti ke Ibukota dan sekitarnya.
Adapun cara membuat wayang mudah. Siapkan kulit sapi yang sudah halus. Lukislah wayang tersebut. Kemudian wayang dipahat. Setelah itu, disungging (pewarnaan cat asturo) . Untuk membuat wayang butuh waktu tiga hari atau seminggu wayang sudah jadi.
“Wayang penting untuk diuri-uri sebab dari sinilah budaya akan terjaga dan bisa diwariskan dari generasi ke generasi,” ucap Edi yang tergabung dalam komunitas dalang Pepadi Kebumen. Terkadang, komunitas ini juga mengadakan pentas bersama.
Di dalam wayang sendiri mengandung gambaran falsafah budaya Jawa yang kaya akan pesan moral. Wayang dapat digunakan sebagai media informasi, sarana hiburan, media pendidikan dan menggambarkan kehidupan sosial manusia. (Nur Anggraeni)