Lurah Bendung Didik Rubiyanto: Berdayakan Ekonomi Warga Kembangkan Kawasan Lumbung Mataraman

Didik Rubiyanto di depan kawasan Lumbung Mataraman, Senin (1/5/2023). (Foto: Wiradesa)

GUNUNGKIDUL – Terpilih sebagai Lurah Kalurahan Bendung, Semin, Gunungkidul, pada periode pertama 2016-2021, Didik Rubiyanto langsung membenahi sumber daya manusia (SDM) di birokrasi pemerintahan desa. Sosok kelahiran Kencong Jember 1972, mengajak para pamong menggagas konsep pemberdayaan ekonomi dengan pondasi ekonomi pertanian.

Arah pembangunan ekonomi pertanian menjadi prioritas utama. Para kaur, kabag dimotivasi. Menurutnya, satu-satunya potensi ekonomi yang paling realistis dikembangkan waktu itu hanya pertanian.

“Wilayah Bendung tak punya pemandangan alam, danau, laut. Akhirnya, Lembaga Pertanian, Gapoktan, Kelompok Wanita Tani (KWT), kami motivasi untuk melakukan perubahan,” ucap Didik Rubiyanto saat menerima wiradesa.co di depan Joglo Kantor Kalurahan Bendung, Senin 1 Mei 2023.

Di samping memotivasi warga tani yang tergabung dalam Gapoktan, KWT, ditambah peningkatan kapasitas SDM mereka melalui ragam pelatihan, kebijakan anggaran untuk bidang pertanian terus ditingkatkan dari tahun ke tahun. Tahun pertama menjabat lurah, anggaran pertanian per tahun sekitar Rp 30 juta. Sedangkan saat ini, anggaran pertanian pertahun mencapai sekitar Rp 250 juta.

Membangun ekonomi pertanian guna mencapai kesejahteraan warga dan ketahanan pangan masyarakat setempat melalui pemanfaatan lahan pekarangan menjadi Kawasan Rumah Pangan Lestari, diakui Didik, tak bisa instan. Membangun SDM pertanian di Bendung hingga punya kemampuan di atas rata-rata butuh waktu sekurang-kurangnya empat tahun.

Dalam membangun ekonomi pertanian di Bendung, Didik didampingi sejumlah pihak. Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul utamanya juga Balai Penyuluh Pertanian Semin. “Dengan keseriusan mengoptimalkan ekonomi pertanian maka akhirnya kami menjadi sorotan banyak pihak. Pada 2021 mendapat program Dana Keistimewaan, untuk mengembangkan Lumbung Mataraman,” imbuhnya.

Baca Juga:  Para Pedagang Pasar Kranggan Galur Belajar Pemasaran Online di Los Pasar

Lumbung Mataraman

Dipaparkan Didik, pertanian Lumbung Mataraman berupa kawasan integrated farming seluas 1,5 hektar. Di dalamnya terdapat pertanian pola terpadu tanaman pangan, hortikultura dan ternak domba. “Tanaman pangan jagung, padi, kedelai, sayuran, ternaknya berupa domba dengan populasi 200 domba,” ujarnya.

Lumbung Mataraman, adalah miniatur tempat atau sarana untuk belajar pertanian  bagi warga yang lokasinya dipusatkan di balai kalurahan, dibangun di atas tanah kas desa. Di Bendung, Lumbung Mataraman dikelola bersama oleh warga anggota kelompok tani dan KWT dari sembilan dusun.

Berbagai tanaman pangan di Lumbung Mataraman. (Foto: Wiradesa)

Lewat Lumbung Mataraman, geliat ekonomi warga Bendung mulai terlihat. Didik mengaku semula tak pernah membayangkan ternyata Bendung kini menjadi tempat jujugan belajar pertanian. Tak hanya dari seputar Gunungkidul, kunjungan juga datang dari wilayah luar DIY. Dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan lainnya.

“Ilmu bertani, bercocok tanam, mengolah sawah, barangkali sama di semua daerah. Namun, tak sedikit yang datang mempertanyakan bagaimana membuat warga yang begitu banyak, bisa kompak,” terangnya.

UMKM Menikmati Hasil

Dengan angka kunjungan riil sesuai catatan ke kawasan Lumbung Mataraman Kalurahan Bendung, sebanyak 4.000 orang sejak 2021 hingga saat ini, sudah tentu turut membawa dampak positif (multiplier effect) bagi bagi perekonomian setempat. Para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) olahan hasil pertanian menikmati hasil dengan menjual keripik pisang, marning jagung, kacang bawang sebagai oleh-oleh khas bagi para tamu yang datang ke Bendung.

Baca Juga:  Puluhan Pelaku UMKM Kalurahan Jatimulyo Ikuti Pelatihan Digital Marketing

“Di 2018 masyarakat dulu pernah banyak yang terbelit utang pada bank plecit. Menjumpai hal itu, kami dari pemerintah kalurahan, semua unsur, Bamuskal, BPKal, sepakat harus bangkit ekonominya,” tutur Didik.

Dengan sistem ekonomi pertanian yang ada, hasil pertanian di Lumbung Mataraman dikelola warga, hasil penjualan sebagian masuk ke keuangan kelompok dan dikelola KWT, bisa dimanfaatkan untuk kas simpan pinjam.

Dalam membangun ekonomi pertanian di Bendung, Didik Rubiyanto telah melihat kesenjangan dan kemiskinan warga sejak masa krisis 1998. Kesenjangan dan kemiskinan warga mengusik hati nurani sosok yang menikahi Trimiyati pada 1996 dan kini dianugerahi tiga putra.

Kala itu, dia melihat krisis perekonomian tak lepas dari ketersediaan air bersih bagi warga. Padahal potensi sumber mata air ada, hanya jauh dari perkampungan. Bersama warga dan pemuda, ia ikut berupaya mengangkat air bersih ke tengah kampung lewat program PAMDesa untuk pertama kalinya di Dusun Dawe pada 2001.

Sebagai warga baru, Didik menggeluti bidang wirausaha. Kiprah di pemerintahan desa (kini kalurahan) diawali dari keterpilihannya sebagai anggota badan perwakilan desa (BPD) dengan suara terbanyak kedua pada 2003. Mundur dari BPD, Didik ikut mendaftar lowongan pamong dan menjabat sebagai kabag pemerintahan.

Baca Juga:  Anak-anak Melukis Gerabah: Asah Kreativitas, Gairahkan Perajin, dan Tingkatkan Ekonomi UMKM

Setelah mengundurkan diri sebagai pamong dengan masa kerja lima tahun, Didik didorong para pemuda untuk maju pilihan kepala desa atau lurah masa 2016-2021. Ia pun maju. Uniknya, tiga bakal calon lainnya mengundurkan diri sehingga harus mencari jago bayangan alias jago unthul.

Habis masa jabatan 2021 ia mencalonkan diri kembali. Lantaran, tak ada jago lain yang mendaftarkan diri maka sang istri Trimiyati ikut maju pemilihan lurah sebagai lawan. Kunci terpilih kembali untuk masa bakti 2021-2027 karena sejak awal memang menawarkan program kepada masyarakat.

“Contohnya, awal menjabat di 2016, kantor Kalurahan Bendung termasuk yang paling jelek di Gunungkidul. Joglo pendek, bangunan lama. Kemudian mengajak masyarakat membangun kantor kalurahan secara swadaya,” kenangnya sembari menambahkan, dalam membangun kantor kalurahan mulai dari modal iuran per kepala keluarga Rp 100 ribu.

Kantor Kalurahan Bendung, kini tampak megah. (Foto: Wiradesa)

Kini, di samping megah, kawasan Kantor Kalurahan Bendung menyatu dengan kawasan Lumbung Mataraman yang diharapkan jadi pusat kunjungan belajar pertanian terpadu. Kios UMKM berderet siap menyambut kunjungan menunjukkan ekonomi warga Bendung terus menggeliat.

Atas pencapaiannya, Didik Rubiyanto, Lurah Kalurahan Bendung, bakal didapuk menjadi salah satu narasumber pada program Sekolah Jurnalisme Desa #3 yang bakal diikuti para pemuda Gunungkidul pada 27-28 Mei di Studio Tani Kalisuci, Semanu, Gunungkidul. Program tersebut didukung PT Semen Indonesia. (Sukron Makmun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *