SALAH satu karya mengesankan yang ditorehkan Wahyudi Anggoro Hadi, Kepala Desa Panggungharjo, pada tahun 2020 adalah Kongres Kebudayaan Desa (KKD). Kades yang mengantarkan Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai Juara Lomba Desa Tingkat Nasional 2014 ini selain penggagas juga penanggung jawab KKD.
KKD yang berlangsung mulai 1 Juni sampai 15 Agustus 2020 menyelenggarakan berbagai kegiatan, antara lain survei online “Dari Desa untuk Indonesia”, 18 seri webinar KKD, 2 seri webinar khusus, 8 sesi talkshow masyarakat adat, dan call for papers. “Alhamdulillah dari KKD telah tersusun 21 buku, salah satunya buku putih sebagai panduan pembuatan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes),” ujar Wahyudi AH, Senin (12/10/2020).
Wahyudi menjelaskan KKD juga berhasil merumuskan visi dan misi arah tatanan Indonesia baru dari desa. Visi Indonesia baru dari desa; “Terselenggaranya politik pemerintahan desa yang jujur, terbuka, dan bertanggung jawab untuk mewujudkan masyarakat yang partisipatif, emansipatif, tenggang rasa, berdaya tahan, mandiri, serta memuliakan kelestarian semesta ciptaan melalui pendayagunaan datakrasi yang ditopang oleh cara kerja pengetahuan dan pengamalan lintas ilmu bagi terwujudnya distribusi sumber daya yang setara untuk kesejahteraan warga dalam bingkai kebhinekaan bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur”.
Sedangkan tiga misi untuk mewujudkan visi Indonesia baru dari desa; Pertama, menjadikan desa sebagai demokrasi politik lokal sebagai wujud kedaulatan politik; Kedua, menjadikan desa sebagai arena demokratisasi ekonomi lokal sebagai wujud kedaulatan ekonomi; Ketiga, pemberkuasaan melalui aktualisasi pengetahuan warga sebagai wujud kedaulatan data. “Kemandirian desa perlu ditopang tiga pilar, yakni kedaulatan politik, kedaulatan ekonomi, dan kedaulatan data,” tegas Wahyudi.
Kades Panggungharjo ini termasuk kepala desa yang responsif dan cepat mengambil langkah. Hanya butuh dua pekan setelah Presiden Jokowi mengumumkan kasus pertama Covid-19 di Indonesia untuk membuatnya segera membentuk gugus tugas Panggung Tanggap Covid-19 (PTC). Kebijakan ini terbukti efektif untuk mitigasi pandemi di wilayahnya, Desa Panggungharjo, Bantul, Yogyakarta. Diawali dengan pemetaan potensi dampak bagi warga, hingga opsi-opsi solusinya.
Menurutnya, ada tiga dampak pandemi yang harus dihadapi warganya. Yakni dampak klinis, sosial, dan ekonomi. Dampak klinis, dikelola bersama pihak terkait, mulai dari puskesmas, rumah sakit, hingga dinas kesehatan. Sedang dampak sosial dikelola bersama tokoh masyarakat dan pemuka agama agar tidak ada stigma pada pasien positif Covid-19. Lalu untuk dampak ekonomi, selain membagi paket sembako untuk mencegah kerawanan pangan, Wahyudi mengembangkan platform pasardesa.id. Tujuannya, untuk menjaga roda ekonomi desa tetap berputar.
Menjabat kepala desa sejak 2013, Wahyudi mengawalinya dengan reformasi birokrasi. Karena ia yakin, hanya dengan birokrasi yang sehat, kepercayaan masyarakat pada pemerintah desa akan meningkat. Sehingga beragam program akan lebih mudah dijalankan karena akan selalu mendapat dukungan.
Komitmennya tersebut kemudian mengantarkan Desa Panggungharjo sebagai juara lomba desa tingkat nasional yang dianugerahkan bertepatan dengan Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-69, pada tahun 2014. Sejak itu Desa Panggungharjo menjadi rujukan untuk pengembangan desa-desa di Indonesia. (Ono)