Desa Sumberejo Hasilkan Sampah Sayur 453 Ton per Tahun

Sampah sayur Desa Sumberejo (Foto: Ono/Wiradesa.co)

MAGELANG – Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, memiliki posisi geografis yang menawan. Desa yang terkenal dengan produksi sayurnya ini berada di antara tiga gunung, yakni Gunung Merbabu, Gunung Ngandong, dan Gunung Telomoyo.

Desa Sumberejo memiliki lahan pertanian seluas 147 hektar. Lahan yang berada di antara tiga gunung ini sangat subur dan ditanami berbagai jenis sayuran, seperti sawi, kubis, lombok, kapri, wortel, brokoli, dan lainnya.

Namun lahan pertanian ini, selain menghasilkan berbagai jenis sayuran, juga mendatangkan sampah ratusan ton per tahun. Berdasarkan data yang dikemukakan Suwondo, Sekretaris Desa Sumberejo, sampah sayur yang dihasilkan dari lahan pertanian Sumberejo sekitar 453 ton.

Selain sampah sayur, warga Desa Sumberejo yang terdiri dari 870 kepala keluarga juga menghasilkan ratusan ton sampah rumah tangga per tahun. “Jika setiap hari setiap KK menghasilkan 0,5 kilogram sampah, maka setiap tahun akan menghasilkan 157 ton,” ujar Suwondo, Minggu (11/10/2020).

Sehingga jumlah sampah sayur ditambah sampah keluarga sebanyak 609,6 ton per tahun. Sudah bertahun-tahun persoalan sampah ini belum terpecahkan. Tapi mulai tahun 2020, aparat Desa Sumberejo sudah berhasil mengatasi sampah.

Baca Juga:  Desa Gari Menuju Mandiri Internet
Desa Sumberejo penghasil berbagai sayuran di antaranya tomat (Foto: Ono/Wiradesa.co)

Tahun 2017 aparat desa dan tokoh masyarakat Desa Sumberejo, mengadakan musrenbang dan membentuk pengelola sampah tiap dusun. Kemudian dibuatkan surat keputusan kepala desa Bank Sampah. Namun belum bisa berjalan, karena pengelola yang dibentuk tidak mendapatkan hasil. Desa juga belum siap memberikan tunjangan.

Pengelola sampah yang terbentuk 6 dusun. Setiap dusun ada 3 orang pengelola. Jika setiap pengelola mendapatkan honor Rp1.500.000 per bulan. Maka desa harus menganggarkan Rp324.000.000 per tahun untuk honor pengelola Bank Sampah.

“Selama ini warga membuang sampah, baik sampah sayuran maupun rumah tangga ke sungai,” ungkap Eling Aneka Mala, anggota DPRD Kabupaten Magelang. Eling menjelaskan, Perbup Kabupaten Magelang, setiap desa wajib menganggarkan Bank Sampah dan Stunting di Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes).

Selanjutnya, untuk menangani sampah, pihak aparat Desa Sumberejo dipertemukan dengan pihak STIE Mitra Indonesia dan Asian Organic Farming Consultant oleh Eling Aneka Mala, anggota DPRD Kabupaten Magelang.

Hasil diskusi didapat solusi untuk penanganan sampah dengan metode bio conversi. “Kami mulai menjalankan dari skala kecil di Dusun Kenteng,” ungkap Suwondo.

Baca Juga:  Air Tuk Umbul untuk Terapi Penyakit Gula

Ternyata metode bio conversi bisa menangani persoalan sampah dan juga mampu mengubah perilaku masyarakat. Jika dulu mereka membuang sampah ke sungai, sekarang mengumpulkan sampah di tempat yang disediakan oleh Bank Sampah.

Solusi dengan lalat BSF (lalat hitam) ternyata selain bisa menangani masalah sampah, juga memiliki nilai ekonomi. “Sekarang kami memulai dengan skala lebih besar,” ujar Suwondo. Kini dengan budidaya lalat hitam, menghasilkan larva maggot, dan maggot untuk pakan ayam Joper (Jowo Super). Kemudian sisa pakan maggot untuk pupuk tanaman sayur. (Ono)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *