Tekad Warga Kelurahan Bangunjiwo Kelola Sampah Mandiri Hingga Bikin Masterplan

Pelatihan pengelolaan sampah di Bangunjiwo. (Foto: Pemkal Bangunjiwo)

Untuk mewujudkan misi Kelurahan Bangunjiwo, Kasihan, Bantul sebagai “Desa Yang Maju Dalam Bingkai Nilai-Nilai Tradisi Yang Kuat” bukan hal yang mudah, namun perlu komitmen yang kuat serta sungguh-sungguh dari para perangkat desa Bangunjiwo, stake holder, dan masyarakat setempat. Komitmen tersebut perlu ditegaskan dan diimplementasikan dalam kebijakan-kebijakan yang strategis dalam pemerintahan desa tersebut.

Misi tersebut dapat dimaknai, upaya Desa Bangunjiwo memajukan desanya tanpa meninggalkan identitas dan akar budayanya, melainkan mengintegrasikan keduanya secara harmonis. Pembangunan fisik seperti infrastruktur dan pembangunan nonfisik seperti pendidikan, kesehatan, dan ekonomi harus seimbang dan berkelanjutan, didukung partisipasi aktif masyarakat dan tata kelola pemerintahan desa yang baik. Warga mampu memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya alam dan potensi lokal desa, seperti pertanian, kerajinan, atau pariwisata.

Desa maju adalah desa yang memiliki potensi sumber daya lokal namun belum sepenuhnya dikelola secara optimal untuk kesejahteraan masyarakatnya. Ciri-ciri utamanya meliputi pemanfaatan potensi lokal untuk ekonomi (seperti pertanian, kerajinan, dan pariwisata), adanya usaha-usaha kecil mandiri, dan kesadaran masyarakat untuk berinovasi serta mengembangkan potensi desa.

Hal itu diakui oleh Lurah Bangunjiwo, Parja, S.T., M.Si. yang menjabat sebagai lurah sejak 2013 didampingi Sukarman, Sekretaris Desa di ruang kerjanya, Senin, 15 September 2025.

“Untuk memotret potesi desa dan klaster-klaster potensi daerah, demi memajukan desa, kita menggandeng pihak swasta yakni PT Cipta Nindita Buana untuk membuat Masterplan Desa Mandiri Budaya Kalurahan Bangunjiwo,Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul. Masterplan tersebut dibuat pada 2022 lalu,” kata Parja kepada Wiradesa.co.

Masterplan tersebut dibuat oleh pihak swasta karena berdasarkan penelitian dengan metode impact based planning yang dilakukannya, pemerintahan Kelurahan Bangunjiwo dianggap belum mengoptimalkan pengelolaan bidang pariwisata, budaya, sosial ekonomi dan lingkungan, serta minimnya peran serta masyarakat dan stakeholders terkait, menjadi salah satu permasalahan yang sangat mendesak,” ujar Sukarman.

Baca Juga:  Adela Sulistiana Sukses Menyalurkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa

Kedua, masterplan itu dibuat dalam upaya untuk sinkronisasi dan koordinasi antar aspek tentunya menjadi salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut. Penyusunan Dokumen ini menjadi salah satu jawaban yang diharapkan memberikan solusi bagi pembangunan di wilayah Kelurahan Bangunjiwo baik dari aspek kebudayaan, pariwisata, sosial, ekonomi, dan lingkungan secara komprehensif.

“Masterplan ini nantinya diharapkan menjadi pedoman, arah dan panduan bagi seluruh pemangku kebijakan di Kalurahan Bangunjiwo dalam menentukan perencanaan pembangunan yang berkelanjutan,” tambah Sukarman.

“Terkait pembangunan infrastrukstur di Bangunjiwo, pemerintahan desa tersebut telah membangun Tempat Pembungan Sampah (TPS) Resik Tenan, Kelurahan Bangunjiwo untuk mengelola sampah di wilayahnya. TPS Resik Tenan berlokasi di Dukuh Petung, dengan lahan seluas kurang lebih 9.000 m². Jadi sampah-sampah rumah tangga di Keluarahan Bangunjiwo akan kita buang dan pilah, khususnya bagi rumah tangga-rumah yang telah berlangganan untuk membuang sampah kepada petugas kami, perbulan Rp 50 ribu,” kata Parja.

“Kita juga telah membeli mesin pirolisis, mesin ini untuk mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar (solar) dan komposter/biopori untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk. Pengadaan alat-alat ini, termasuk mesin pembakar untuk sampah residu, didukung oleh Dana Keistimewaan (Danais) DIY dan bertujuan untuk mendukung program pengelolaan sampah di TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle) Resik Tenan Bangunjiwo,” tambah Parja.

“Mesin itu kita beli seharga Rp 2 miliar lebih berasal dari Danais (Dana Keistimewaan DIY) sejak 2021- 2024 yang kita kumpulkan. Mesin pirolisis ini beroperasi efektif pada 2023. Kita manfaatkan sampah plastik, non mika untuk dibakar selama sekitar 6 jam sebelum jadi bahan solar,“ tambahnya.

Ia mengakui meskipun di wilayahnya sampah-sampah sudah dikelola dengan baik, namun masih ada rumah tangga-rumah tangga yang belum berlangganan kepada petugas membuangan sampah. Mereka membuang sampah sembarangan dan tidak pada tempatnya sehingga menimbulkan masalah lingkungan.

Baca Juga:  Desa Jombang Lumbung Padi Kabupaten Jember

“Ini yang menjadi masalah. Ia berharap semua warga perumahan yang ada di Bangunjiwo berjumlah sekitar 50 perumahan ini dapat berlangganan dalam membuang sampah sehingga tidak menimbulkan masalah sampah di lingkungannya maupun di Bangunjiwo. Untuk yang tinggal di non perumahan dan belum berlangganan membuang sampah, ia berharap masyarakat tidak membbuang sembarangan.

Ia berharap warga masyarakat bisa melakukan pengolahan sampah mandiri dengan membuat biopori untuk menampung sampah organik yang akan terurai menjadi kompos, sekaligus meningkatkan resapan air dan kesuburan tanah. Juga dengan menggali lubang berdiameter 10-30 cm dan kedalaman 1 meter, lalu memasukkan sampah organik seperti sisa makanan, daun, dan ranting, dan melapisinya dengan pipa PVC. Setelah itu, sampah akan terurai secara alami oleh mikroorganisme, sehingga dapat mengurangi sampah dan menghasilkan pupuk kompos yang berguna untuk menyuburkan tanah.

“Kita memungut sampah-sampah rumah tangga di Bangunjiwo dalam waktu sehari langsung habis kita olah di TPS. Pengelolaan sampah ini dilakukan oleh Bumkal (Badan Usaha Milik Kalurahan). Saya berharap Bumkal dapat melakukan administrasi persampahan ini dengan baik dan bagus. Mengingat tiap tahun, setoran sampah ini akan dikirim ke Pemda Bantul sebagai tambahan Anggaran Pendapatan Daerah (APBD). Kita per bulan terima bersih dari pengelolaan sampah oleh Bumkal ini sekitar Rp 5 juta,” kata Parja.

Parja mengatakan, untuk membangun Bangunjiwo dibutuhkan kerjasama antar berbagai pihak baik, di tingkat kelurahan, dukuh, kecamatan, hingga Kabupaten Bantul. Mengingat ditilik dari sejarahnya, Desa Bangunjiwo yang terletak di wilayah Kecamatan Kasihan, Bantul, ini, terdiri dari 19 pedukuhan, yang meliputi 146 Rukun Tetangga (RT).

Desa Bangunjiwo adalah desa penggabungan 4 kelurahan yaitu Kalurahan Paitan, Sribitan, Kasongan dan Bangen. Berdasarkan topografinya desa ini didominasi dataran tinggi/pegunungan, dan komposisi tata guna lahan permukiman sebesar 35 %, sawah 13%, tegal, perkebunan, dan hutan sebesar 52 %.

Baca Juga:  Rengel: Desa Mandiri dengan Sistem Pemerintahan Diatur Rapi dan Sistematis
TPS Resik Tenan Bangunjiwo. (Foto: Budi)

Selain membangun TSP Resik Tenan dan membeli pirolisis, alat pengolah sampah, Bangunjiwo juga melakukan sejumlah pembangunan fisik di 2025 ini di antaranya pembangunan talud Donotirto RT 06 Program BKK (Bantuan Keuangan Khusus) TA (Tahun Anggaran) 2025, pada Agustus lalu. BKK dialokasikan kepada Pemerintah Desa (atau Kalurahan), yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Bantul dengan tujuan untuk mempercepat pembangunan desa, memberdayakan masyarakat, dan mendukung visi misi pemerintah daerah.

Kedua pelaksanaan corblok padat karya Jogja Istimewa TA 2025 di Banyutumumpang, pada Mei lalu. Program ini didukung dengan Dana Keistimewaan melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DIY. Jenis pekerjaan yang dilaksanakan yaitu corblok jalan di Kawasan Cagar Budaya Sendang Banyutemumpang dilaksanakan oleh warga masyarakat di Padukuhan Salakan meliputi RT 01 dan RT 03 Banyutemumpang untuk aktivitas ekonomi bertajuk “Pasar Alam Sendang Banyutemumpang”.

Terkait pembangunan non fisik, Bangunjiwo melakukan berbagai kegiatan seperti Sosialisasi Pencegahan TBC dan Penyakit Menular di Padukuhan Salakan. Kegiatan ini didanai melalui program PPBMP TA 2025. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang penyakit TBC dan penyakit menular lainnya, serta cara mencegah penyebarannya.

“Selanjutnya melalui kegiatan ini, kita mengajak masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan, menjaga kebersihan lingkungan, dan memastikan ventilasi rumah yang baik,” kata Parja.

Selain sosialisasi tentang pecegahan penyakit TBC, Bangunjiwo juga melaksanakan Sosialisasi Pencegahan dan Penanganan Stunting di Dukuh Donotirto melalui Program PPBMP TA 2025. Kegiatan inni untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang dan perawatan anak yang tepat untuk mencegah stunting di wilayah Kelurahn Bangunjiwo. (Budi)

Tinggalkan Komentar