KEBUMEN – Sebagai wilayah yang dihuni berbagai etnis, suku, ras, dan agama, Kelurahan Kebumen Kecamatan Kebumen punya kerentanan berupa potensi konflik yang mesti dikelola dengan baik.
Menghadapi kerentanan tersebut, Lurah Kebumen Slamet Riyadi SM MM mengaku tak terlalu sulit beradaptasi. Aspek manajemen dan aspek kepemimpinan ia kedepankan. “Bagaimana pun seorang pemimpin atau manajer dalam hal ini setingkat kelurahan adalah lurah tetap harus berpegang pada prinsip-prinsip seperti bagaimana ia melakukan perencanaan (planning), mengorganisasikan (organizing), actuating (pelaksanaan) dan melakukan kontrol (controlling). Perkembangan suatu wilayah tergantung leader dengan latar pendidikannya, masa kerja, pemahaman terhadap wilayah termasuk merawat dalam toleransi antaraagama. Di Kelurahan Kebumen terdapat masjid, gereja, vihara dan klenteng. Saat 17 Agustus ada kegiatan doa bersama lintas agama,” ucap Slamet Riyadi kepada wiradesa.co akhir pekan lalu ditemui di Kantor Kelurahan Kebumen Jalan Pemuda No 31 Kebumen.
Sebelum dilantik sebagai lurah Kebumen pada 1 Mei 2021, Slamet Riyadi mengabdi di Dinas Kesehatan Kebumen sejak 1988 hingga 2019. Berikutnya 2019-2021 ia menjabat sebagai Kasie Pemberdayaan Masyarakat di Kantor Kecamatan Kebumen.
“Dulu di Dinkes mendalami administrasi, penyuluhan hingga keuangan sementara di kantor kecamatan mendalami bidang pemberdayaan masyarakat, manajemen dana desa, bantuan provinsi. Itu kira-kira modal yang saya punya dalam menerima amanah sebagai lurah Kebumen,” imbuhnya.
Dituturkan Slamet, hal-hal terkait pemberdayaan masyarakat dia kembangkan di segala lini. “Bidang perlindungan masyarakat (linmas), kepemudaan, karang taruna diberdayakan diantaranya lewat sejumlah pelatihan, tak lupa juga para kader kesehatan, Posyandu, dan PKK,” kata Slamet. Sebagai kelurahan yang berada di wilayah perkotaan, masalah kemiskinan masih menjadi bagian dari persoalan yang dihadapi warga Kelurahan Kebumen. Tetapi apabila kriteria kemiskinan seperti dijabarkan Badan Pusat Statistik (BPS), angka kemiskinan tak terlalu besar. “Tinggal satu wilayah yang paling menjadi perhatian terkait kesejahteraan. Yakni wilayah RW 5 Keposan. Agaknya persoalan kemiskinan belum bisa tuntas meski pada 2021 telah mendapatkan program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku). Di samping pembangunan sarana fisik, juga ada bantuan simpan pinjam sebagai penguatan modal perdagangan dan usaha jasa warga,” bebernya.
Persoalan kemiskinan cukup kompleks sementara stimulus program bantuan kemiskinan tentu bersifat terbatas tak bisa berlangsung terus-menerus namun terkait kemiskinan menjadi komitmen Slamet Riyadi, apa pun program yang ada apalagi didanai negara akan dimaksimalkan dalam hal pelaksanaannya. Dari amatan Slamet, 70 persen warga yang mendapat bantuan program di Keposan berpotensi bangkit dari problem kemiskinan sementara 30 persen sisanya bantuan masih habis buat konsumsi. “Fakta ini disimpulkan dari adanya simpan pinjam yang macet, misalnya. Walaupun bunga dihapus hanya cicilan pokok pinjaman ternyata tetap ada yang tak sanggup mencicil,” sambungnya.
Dikatakan Slamet pengalaman sebagai lurah sebenarnya bukan yang pertama kali. Dulu pada periode 1992-1997 ia pernah terpilih sebagai kepala desa Jatisari, Kebumen. Setelah satu periode selesai ia kembali mengabdi sebagai ASN. Meski belum ada setahun menjabat, kinerja serius Slamet dapat terlihat dari sejumlah capaian. Diantaranya pembayaran pajak bumi bangunan (PBB) mencapai 92,4 persen, program vaksinasi Covid 19 juga mencapai angka 92 persen di Kelurahan Kebumen. “Untuk vaksinasi Covid 19, capaian kami tertinggi diantara 5 kelurahan di Kecamatan Kebumen,” pungkasnya. (Sukron)