Mudik dengan Motor Irit Lagi Mengasyikkan, Tapi…

 Mudik dengan Motor Irit Lagi Mengasyikkan, Tapi…

Supra 125 keluaran 2007 ‘Si Peluru Malam’. (Foto: Minhatul Asna)

SEBANYAK 2,5 juta pemudik kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) atau sebanyak 9 persen memilih menempuh perjalanan mudik menggunakan sepeda motor. Angka itu dari populasi keseluruhan jumlah pemudik di Jabodetabek sebanyak 28 juta orang. Data tersebut disampaikan Kasubdit Angkutan Perkotaan Kementerian Perhubungan RI Iman Sukandar.

Persentase pemudik Jabodetabek tertinggi menggunakan moda kereta api (29 persen) 27 persen menggunakan bus, 15 persen mudik pakai mobil pribadi. Beragam alasan mengapa menggunakan sepeda motor untuk perjalanan mudik masih menjadi pilihan bagi banyak orang, tidak hanya di Jabodetabek tapi juga di wilayah lain. Alasan pertama boleh jadi bermotor jauh lebih hemat dan ekonomis ketimbang menumpang moda lain.

Sebagai gambaran yang penulis hitung untuk menempuh Sentolo Jatilawang sejauh 149 km, cukup merogoh kocek Rp 80 ribu untuk membeli pertalite pulang pergi. Hitungan biaya lain bila menumpang bus tiket satu orang bus patas Rp 100 ribu, bus ekonomi Rp 80 ribu. Bila menumpang kereta api Yogya Purwokerto per orang harga tiket Rp 80 ribu. Catatan harga tersebut harga pada masa normal belum kena kenaikan tarif mudik Lebaran 2024. Alasan biaya mudik memakai motor lebih murah dan terjangkau tentu paling masuk akal ketimbang alasan lain.

Kenapa orang masih memilih naik motor ketimbang menggunakan moda transportasi lain. Barangkali menggunakan motor lebih simpel tanpa perlu antre tiket, bisa kapan pun berangkat, mau istirahat di perjalanan bisa memilih masjid, SPBU, taman kota dan rest area.

Mudik bermotor juga mengasyikkan. Apalagi bila ditempuh berbarengan. Sembari turing. Bareng teman, komunitas motor. Ekspresi bahagia pemudik dengan motor banyak tertuang di tulisan yang ditempel di tas punggung. Salah satunya: Maak, Aku Mudik Durung Iso Nggowo Anak Gadis, Isone Lagi Nggowo Kue Lapis.

Baca Juga:  Warga Desa Kebulusan Laksanakan Salat Id di Masjid Baitul Mukhlasin

Menempuh mudik dengan motor mempermudah kepentingan perjalanan di daerah asal. Dengan membawa motor sendiri tak perlu merepotkan anggota keluarga di desa untuk menjemput di terminal atau stasiun. Juga tatkala silaturahmi halal bi halal ke sanak saudara. Jalan-jalan piknik ke destinasi wisata saat Lebaran pun terasa lebih mudah pakai motor. Karena, kondisi macet pada masa mudik acapkali tak ketulungan. Terutama di jalur jalur menuju dan keluar dari lokasi wisata.

Meski begitu, mudik bermotor tak lepas dari beberapa kondisi yang mesti dipersiapkan maksimal. Pertama, kesiapan mesin kendaraan, perlengkapan rem, oli, lampu-lampu dan kelistrikan. Kedua kesiapan fisik si pemudik. Tak jarang satu motor bisa dikendarai empat orang. Suami istri dua anak. Belum barang bawaan yang turah sampai ditaruh di belakang jok dengan sambungan papan, dan tali pengait. Tanpa fisik dan kesehatan prima, menempuh jarak ratusan kilometer dengan motor akan sangat berisiko.

Di samping itu hal terpenting adalah aspek keselamatan dan kehati-hatian saat berkendara. Sering dijumpai para pemudik terlibat adu cepat sampai titik tujuan. Bisa jadi pula adu cepat efek dari panas panasan saat berkendara dengan pemudik lain. Saling salip-salipan ujungnya balapan. Faktor kelelahan dan mengantuk juga menjadi penyumbang utama terjadinya kecelakaan lalu-lintas. Maka, banyak persiapan terutama mempersiapkan mental dan fisik dan mengutamakan kehati-hatian dan aspek keselamatan sepanjang jalur mudik dengan sepeda motor roda dua.

Seperti halnya penulis lakukan, Alhamdulillah pada Lebaran 1445 H tahun ini, mudik dengan sepeda motor. Yang penulis gunakan bukan motor baru. Dari tiga unit sepeda motor yang ada, pilihan jatuh pada Honda Supra 125 keluaran 2007. Motor berjuluk ‘Peluru Malam’ ini sudah terbukti tangguh dan iritnya tiada lawan. Apalagi dibanding dua sepeda motor koleksi lainnya Kawasaki Blitz 2004 dan Honda Vario 2012. Si Peluru Malam jauh lebih irit. Soal ketangguhan dan performa mesin juga layak diacungi jempol. Rekor terbaru awal Maret 2024 menempuh jarak 130 km dari Sampang Cilacap menuju Sentolo Kulonprogo, waktu tempuh pada perjalanan dini hari hanya memakan waktu 2,5 jam. Mendekati kecepatan bus Patas atau bus Jawa Timur-an berjuluk ‘Lumba-lumba Balap’ pada jalur yang sama. Namun, itu hanya sekadar uji coba kekuatan performa mesin dan tak selalu penulis lakukan untuk adu skill apalagi adu balap dengan bus-bus banter. Karena, motor tetaplah motor, bukan tandingan sepadan bagi moda-moda raja jalanan itu.

Baca Juga:  Urai Kemacetan, Polres Purbalingga Terjunkan Polwan

Wa bakdu, penulis tetap berharap dan berdoa, di masa-masa yang akan datang, diberi limpahan rezeki bisa menikmati perjalanan mudik lebih santai dan lebih nyaman menunggangi kendaraan pribadi milik sendiri. Ber-AC, tak takut kehujanan, bisa sambil memutar lagu dangdut koplo grup musik favorit.

Lebih dari itu, bepergian mudik membawa serta keluarga akan lebih aman dan nyaman dengan kendaraan pribadi. Ikhtiar lebih keras, sebagai perantau dan kaum pekerja, untuk mewujudkan mimpi punya mobil pribadi tentu tidak mudah. Tetapi dengan kekuatan doa dan semangat berusaha, impian apa pun bukan hal mustahil untuk diwujudkan. Paling tidak untuk mobil keluaran lama, seharga Rp 100 jutaan. Impian paling realistis bagi banyak orang dengan pendapatan bulanan tak lebih dari lima juta yang menginginkan punya mobil.

Akhirnya, penulis menyampaikan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1445 H. Mohon maaf lahir dan batin.

Sukron Makmun, Jurnalis di wiradesa.co, pemudik Lebaran 2024 via Jalur Selatan

Redaksi

Mandirikan Desa Sejahterakan Rakyat

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar

%d blogger menyukai ini: