MEMBERANGKATKAN karyawan umroh secara bergantian, bagian dari perhatian Ruslan Tri Setiawan kepada para karyawan. Juga dalam rangka membentuk perusahaan yang berbasis spiritual.
Pada 2023, Ruslan pemilik Abata, produsen playground indoor dan outdoor yang beralamat di Kalurahan Wonokromo Pleret Bantul, telah membiayai sebanyak tujuh orang karyawan untuk berangkat umroh. Dan di Februari 2024 tiga orang karyawan diberangkatkan umroh. Pada Jumat 1 Maret 2024 kembali berangkat umroh satu orang jamaah pengajian dengan biaya ditanggung Ruslan.
“Yang bekerja di sini ada 17 karyawan dan lainnya kerja di bengkel mitra. Harapannya setiap bulan bisa mengumrohkan satu karyawan. Selain karyawan juga dari jamaah pengajian Ahad pagi yang rutin ngaji di musala di kompleks Abata,” ujar Ruslan, Kamis 29 Februari petang.
Selain karyawan dan jamaah pengajian, Ruslan berharap diberi kelimpahan rezeki buat mengumrohkan para ustaz dan ulama di lingkungan sekitar. Meski sudah mengumrohkan beberapa karyawan dan jamaah pengajian, Ruslan mengaku dirinya bukan orang kaya namun tetap yakin bahwa Alloh Swt akan membukakan rezeki baginya. “Bagi orang kaya, pergi umroh hal biasa. Bisa setiap saat. Tapi bagi para karyawan merupakan sesuatu yang istimewa karena tidak setiap saat mereka mampu menunaikan ibadah umroh ke Tanah Suci,” katanya.
Proses giliran keberangkatan umroh para karyawan Abata dilakukan dengan pengundian. Yang namanya keluar berhak berangkat lebih dulu. “Program umroh dari menyisihkan sebagian keuntungan perusahaan atau pabrik. Kepedulian disalurkan melalui program umroh gratis,” imbuhnya.
Konsep berkah, dikatakan Ruslan menjadi purphose of life atau tujuan hidup. Ia mendasari kegiatan bisnis yang dikerjakan tujuannya untuk apa. Setelah bekerja, berbisnis mati-matian mencari uang, lalu uang datang uang mau dipakai untuk apa. “Atas dasar itu maka setelah uang datang selain untuk kembali sebagai modal usaha, gaji karyawan, dan seterusnya, sebagian keuntungan dialokasikan untuk berbagi: untuk agama, lingkungan, keluarga, juga para karyawan. Selain berbagi berupa materi juga bisa berbagi ilmu melalui kelompok pendampingan bisnis,” tutur Ruslan yang juga ketua Sukses Berkah Community chapter Yogya, suatu komunitas yang menyatukan pemikiran untuk membangun konsep bisnis dan menjalankan praktik bisnis yang berkah.
*Konsep Bisnis Berkah*
Ruslan pun menjelaskan praktik bisnis berkah diantaranya memastikan kehalalan. Halal dalam produk, permodalan, akad bisnis, tidak tipu-tipu, tak melanggar syariat dalam prosesnya. Dari menerapkan konsep bisnis berkah, Ruslan merasa dalam menjalankan roda bisnis dirinya menjadi lebih tenang. “Zaman dulu tatkala dalam bisnis masih terikat utang kerap dikejar-kejar debt kolektor. Tanggal 20 sudah diingatkan tagihan utang. Kalau sekarang pikiran lebih jernih, ibadah juga lebih tenang,” terangnya.
Dalam bekerja, para karyawan dianjurkan break siang untuk salat berjamaah di musala. Tiap Senin pagi agenda zikir dan briefing serta pengajian para karyawan. Saat habis Jumatan para karyawan tadarus Surat Alkahfi bersama-sama.
Menjalankan bisnis Abata dari 2011, Ruslan memulai sebagai pembuat wahana permainan anak, dan alat permainan edukatif. Kemudian bisnis bergulir merambah pembuatan playground indoor dan outdoor. Pesanan datang dari sekolah, tempat bermain, tempat wisata, hotel, rumah sakit, mal dan ruang publik lain. Pengembangan bisnis dari awal pembuatan alat permainan edukatif ke arah wahana playground lantaran permintaan pasar. Di bisnis ini, Ruslan berupaya mengikuti pasar yang ada. Di samping itu ia berupaya mencari nilai tambah. Nilai tambah dari sisi harga, tempat, orang, promosi dan produk.
Boleh dikata, Ruslan menjalankan bisnis Abata dengan nol rupiah uang pinjaman, baik dari perbankan atau perorangan. Dia lebih mengandalkan usaha dengan modal yang dipunya. Jadi bisnisnya berkembang dari perputaran bisnis itu sendiri. “Waktu awal usaha, empat lima tahun pakai pinjaman berbasis bunga. Tapi usaha malah nggak pernah laba. Omzet besar utang besar dan cicilan juga besar,” terangnya.
Memulai bisnis tanpa pinjaman utang khususnya dari perbankan, memang tidak mudah. Ruslan merasakan, ia harus banyak menahan diri. Menahan diri dari berbagai keinginan, iming-iming. Ia harus mengendalikan keinginan agar bisnis cepat berkembang, mengendalikan keinginan hidup mewah, keinginan membangun pabrik atau menyewa tempat usaha baru.
Meski hanya mengandalkan modal dari sebagian keuntungan yang terus diputar, Ruslan tak merasakan banyak kesulitan. Bahkan bisnisnya makin berkembang. Pemasaran wahana playground makin meluas. Seperti pertengahan pekan ini, karyawannya ada yang tengah memasang playground di Riau. Ada juga karyawan yang tengah merakit pesanan playground di Sidoarjo. “Kalau dari kacamata sendiri, perkembangan Alhamdulillah, lebih lancar,” pungkasnya. (Sukron)