Catatan Umroh Bersama Alazis (2): Mbah Dirjo (91) Meski Kursi Rodanya Rusak Tetap Semangat

Mbah Dirjo saat di ruang tunggu Bandara King Abdulaziz, Jeddah, Rabu (24/1/2024). (Foto: Wiradesa)

Usianya sudah 91 tahun, tetapi Mbah Dirjo Hartono tampak bersemangat menjalani ibadah umroh, selama 12 hari. Meski kursi rodanya rusak saat di Madinah, tetapi tidak menyurutkan kakek dari 3 anak dan 5 cucu ini untuk menjalani rukun umroh.

Simbah yang lahir di Sleman tahun 1933 ini, tidak hanya lancar menjalani rukun umroh, mulai dari miqot di Masjid Bir Ali, thowaf mengitari ka’bah di Masjidil Haram, sa’i dari bukit Shafa ke Marwah, dan tahallul, tetapi juga mengikuti city tour di sekitar kota Madinah dan Mekkah.

Mbah Dirjo berangkat umroh bersama istrinya Ny Paijem, anaknya Sunartiningsih, mantunya Bambang Tri, serta cucunya Shinta dan Gandi. Mereka yang mendapat bimbingan Aisyiah Amanah Sleman, berangkat bersama Alazis Tour dan Travel.

Sunartiningsih putri pertama Mbah Dirjo, mengungkapkan sebenarnya keluarga ragu dengan kesehatan Simbah, karena sudah sepuh. “Tapi bapak tetap ingin mau ikut dan alhamdulillah sampai hari ini sehat,” ujar Sunarti saat menunggu pesawat di Bandara King Abdulazis, Jeddah, Rabu 24 Januari 2024.

Baca Juga:  Menguak Peran Filantropi dalam Pendanaan Kesehatan di Masa Pandemi Covid-19

Saat menunggu pesawat di Bandara Abdulazis Jeddah, Mbah Dirjo tampak santai tidur di kursi ruang tunggu. Sedangkan rombongan jamaah umroh Alazis makan siang.

Sebelum istirahat di kursi tunggu, Mbah Dirjo mengungkapkan perasaan senangnya bisa memenuhi panggilan Allah untuk menunaikan ibadah umroh. “Rasanya seneng,” kata Mbah Dirjo lirih.

Satu hari sebelum balik ke Yogyakarta, Simbah ikut city tour di Taif, daerah pertanian di Arab Saudi. Udara di Taif sangat dingin, tetapi Mbah Dirjo ikut turun dari bus dan mengunjungi Masjid Abdullah bin Abbas di Taif.

Beli kursi roda baru di Madinah untuk Mbah Dirjo. (Foto: Istimewa)

Selama di Madinah dan Mekkah, simbah bersemangat ibadah di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. Meski dari hotel ke masjid cukup jauh, kalau berjalan kaki, tetapi warga Kalangan, Ngaglik, Sleman ini selalu minta diantarkan dengan kursi roda.

Semangat kakek 91 tahun untuk memenuhi panggilan ke Tanah Suci itu layak untuk dicontoh. Meski secara fisik sudah tidak gesit lagi, tetapi semangatnya untuk beribadah ke Tanah Suci perlu diteladani oleh masyarakat yang mampu, khususnya yang masih muda-muda. (Ono)

Baca Juga:  Panen Raya Benih Padi Inpari-24, Rektor UGM: Bantu Petani Bermutu Tinggi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *