KOTA YOGYA – Dua aset penting Kota Yogyakarta yakni seni budaya dan bangunan khas serta sikap hidup warga Yogya yang terbuka dan ramah harus senantiasa dijaga. Hal itu disampaikan Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Purwadi saat menghadiri temu kangen dengan ormas Laskar Kota Yogyakarta (Lakodya), Jogja Tanpa Miras (JTM) serta kelompok Purna Karangtaruna Yogyakarta, di Waroeng Tepi Sawah, Moyudan, Sleman, Minggu 11 April 2021.
Hadir pada acara itu Kepala Dinas Kominfo dan Persandian Kota Yogyakarta Tri Hastono, Kepala Badan Kesbangpol Kota Yogyakarta Budi Santosa, serta sesepuh ormas terkait.
“Dua kekayaan Yogyakarta itu harus kita jaga bersama, sebab hal itu mudah ditiru oleh kota-kota lain. Kalau kita tidak jaga Malioboro, sekarang kota-kota lain sudah membuat semacam Malioboro. Di Sumatera, Jawa, bahkan Solo sudah mulai membuat area semacam Malioboro. Untuk Solo bahkan sudah turun dana sampai Rp 750 miliar dari berbagai kementerian,” ujar Heroe. Dana serupa, imbuhnya tidak didapatkan Yogyakarta.
Namun, lanjut Heroe, Yogyakarta sudah terbiasa mandiri. Zaman Soeharto bahkan Solo dibuatkan bandara internasional, tetapi tidak mampu menyamai Yogyakarta.
Dengan jumlah mahasiswa mencapai 300 ribu orang, dan wisatawan yang datang, sebut Heroe sanggup membawa perputaran uang cukup besar di Yogyakarta. “Taruhlah mahasiswa itu sebulan mengeluarkan uang Rp 2 juta artinya perbulan perputarannya bisa mencapai Rp 600 miliar. Jika ditambah wisatawan bila rata-rata mengeluarkan Rp 1 juta, perputaran keduanya bisa menjadi Rp 1 triliun lebih,” tegasnya.
Oleh karena itu Heroe mengajak ormas untuk menjaga Yogyakarta agar aset yang dimiliki tetap punya makna bagi mereka yang pernah datang ke Yogyakarta. “Yogyakarta itu nyaman, ngangeni, disebut kota yang selalu meninggalkan kenangan, pertahankan itu,” ajaknya.
Dikatakan Heroe Purwadi, pemerintah Kota Yogyakarta dalam setiap kesempatan selalu berupaya menjaga kenyamanan kota bagi warganya. “Misalnya ada restoran yang menawarkan secara mencolok minuman beralkohol, meskipun memiliki izin, tapi diharapkan tidak perlu begitu. Kita datangi dan kita minta untuk tidak mencolok,” jelasnya. (Sukron)