KULONPROGO-Kepodang, burung jenis kicauan berpenampilan cantik dengan bulu berwarna kuning kombinasi hitam. Cucuk berwarna merah muda, suara ocehan nyaring. Kepodang di alam bebas tak lagi mudah dijumpai. Tetapi populasi kepodang di alam tetap masih bisa ditemui seperti di daerah Wonogiri, Wonosari, juga di wilayah lereng Merapi.
Pemelihara kepodang Aktri Nugroho, menuturkan, kepodang termasuk kicauan yang mudah dalam perawatan. Pakannya topsong atau fur khusus pakan kicauan, pisang kepok putih dan jangkrik. “Asupan jangkrik sehari sekali tiap pagi. Perawatan harian paling dimandikan dan dijemur sekitar satu jam,” kata Aktri yang tinggal di Padukuhan Karangwetan RT 17, Salamrejo, Sentolo.
Aktri memilih kepodang sebagai kicauan peliharaannya tak lepas dari mitos yang berkembang. Konon, menurut kepercayaan, memelihara kepodang akan membawa pemiliknya lancar rezeki. Dia juga mengakui bila merawat kepodang lantaran mengikuti jejak kakeknya yang dulu juga memelihara kepodang.
“Kepodang bisa jinak bila dipelihara sedari kecil. Kalau dapatnya sudah tua, butuh setidaknya tiga tahun sampai akrab dengan pemilik” imbuhnya.
Saat ditemui Senin 9 Juni 2025, Aktri tengah menjemur tiga burung kepodang yakni kepodang bali, kepodang sumbawa dan kepodang madiun. “Memelihara kepodang sudah tujuh tahun. Yang kepodang sumbawa dulu beli seharga Rp 600 ribu. Yang kepodang bali harga Rp 700 ribu sama sangkar. Sedangkan yang kepodang madiun dapat diharga Rp 350 ribu,” jelasnya.
Dalam mengikuti perkembangan burung kepodang, Aktri gabung grup Facebook Kepodang Jogja. “Lama memelihara kepodang, ada keinginan untuk menernakkan tapi cari betinanya susah. Harga juga lebih mahal. Kebanyakan betina dilepasliarkan untuk keperluan pelestarian,” katanya.
Soal jual beli, Aktri kurang tertarik. Walaupun salah satu kepodang peliharaannya pernah ditawar lebih mahal dari harga beli namun tak ia lepas. “Pernah ada yang menawar Rp 1,3 juta. Tapi eman-eman karena rawatan dari kecil,” ujar Aktri. (Sukron)








