NGAWI – Varietas padi gamagora 7 hasil riset Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM tengah memasuki masa uji pasar. Diujicobakan pada lahan sawah di sejumlah daerah.
Kepala PIAT UGM Dr Ir Taryono MSc menuturkan, dari nama, varietas padi gamagora 7 artinya Gadjah Mada Gogo Rancah 7. Dijuluki pula sebagai padi amphibi. Punya karakter unggul adaptif terhadap perubahan iklim.
“Gamagora 7 merupakan varietas ketiga yang pernah diluncurkan UGM. Mendapat SK Pelepasan Kementerian Pertanian pada 28 Maret 2023 lalu,” ujar Taryono, saat mengunjungi lokasi uji pasar padi gamagora 7 di Desa Guyung Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi, Rabu 1 November 2023.
Dijelaskan, riset untuk mendapatkan benih yang tangguh di lahan kering dan lahan sawah telah dimulai sejak 2006. Padi varietas gamagora 7 berasal dari induk padi rajalele dari Klaten. Secara mutu, bentuk dan rasa sama dengan rajalele.
“Tujuan riset sejak awal merakit padi yang bisa ditanam di lahan kering tadah hujan dan di lahan sawah untuk menyiasati perubahan iklim dan dampak alih fungsi lahan. Untuk padi gamagora 7 telah mengikuti uji multilokasi baik di lahan sawah maupun di lokasi tadah hujan di beberapa daerah,” ujarnya.
Di samping bisa ditanam di lahan tadah hujan maupun lahan sawah, padi gamagora 7 tahan terhadap hama wereng batang cokelat biotipe 2, penyakit hawar daun patotipe III, serta penyakit blast ras 033, 073, dan 133. Umur tanaman lebih pendek dari varietas lain yaitu 104 hari panen.
Sedangkan uji potensi angka rata-rata panen yang didapat 7,95 ton perhektar dengan potensi maksimal 9,8 ton padi kering panen. (Sukron)