Persaudaraan Bu Ngatirah Mantan Guru SDN Ngablak 5 dengan Warga Bandongan Kulon: Paseduluran Sampai Akhir Zaman

Bu Guru Ngatirah mempersilahkan warga Bandongan Kulon untuk makan Bersama, saat bersilaturahim ke rumahnya di Ngipikrejo 2, RT 25 RW 13, Banjararum, Kalibawang, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (11/4/2025). (Foto: Wiradesa)

KULONPROGO – Ikatan persaudaraan antara Bu Ngatirah, mantan guru SD Negeri Ngablak 5 dengan warga Bandongan Kulon masih terjalin dengan baik sampai sekarang. Padahal Bu Guru yang kini tinggal di Ngipikrejo 2 Banjararum, Kalibawang, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, ini sudah tidak mengajar di sekolah tersebut sejak tahun 1987.

Waktu 38 tahun, tidak menyurutkan hubungan kekerabatan antara Bu Ngatirah dengan murid dan wali murid SDN Ngablak 5 Bandongan Kulon RT 02 RW 14 Desa Ngablak, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Puluhan murid dan wali murid SDN Ngablak 5, Jumat 11 April 2025, bersilaturahim ke rumah Bu Ngatirah.

Puluhan warga Bandongan Kulon yang berkunjung ke rumah Bu Ngatirah di Ngipikrejo 2 Banjararum itu terdiri dari murid yang pernah dididik Bu Ngatirah, wali murid, dan orang yang dibimbingnya hingga menjadi pegawai negeri sipil. Mereka menganggap Bu Ngatirah tidak hanya sebagai guru saja, tetapi juga bagian dari keluarganya.

Sarwadi, mantan anak didik Bu Ngatirah yang pernah menjadi Dukuh Bandongan Kulon, mengaku jika Bu Ngatirah itu seperti ibunya sendiri. “Ibu itu mengajarnya tidak hanya di sekolah, tetapi juga di rumah, di wono (tegalan), dan di berbagai tempat warga beraktivitas,” ujar Sarwadi.

Baca Juga:  Tim Baintelkam Mabes Polri Kunjungi Kantor SMSI Pusat

Tidak jarang Bu Ngatirah, ikut menanam tomat, lombok, sawi, kentang, dan berbagai jenis sayuran di wilayah Bandongan Kulon. Selain itu, Bu Guru juga aktif mengikuti kegiatan masyarakat dan berbaur dengan warga sekitar. Bu Ngatirah sering membantu warga yang memerlukan bantuannya. Bantuan tidak hanya pikiran dan tenaga, tetapi juga materi, uang.

Bu Ngatirah sendiri juga merasa menemukan keluarga yang tulus dan ikhlas membantu di Bandongan Kulon. Suatu saat Bu Guru yang menyewa lahan di Bandongan Kulon bertanya kepada Pak Sumadi, salah satu wali murid SDN Ngablak 5. “Pak, tegalan ini sudah waktunya untuk didangir belum,” tanya Bu Guru. “Belum Bu,” jawab Pak Sumadi.

Namun pagi harinya, lahan yang disewa Bu Guru Ngatirah, sudah didangir oleh Pak Sumadi. Melihat lahannya sudah dicangkul dan siap untuk ditanami, Bu Ngatirah kaget. Ternyata warga Bandongan Kulon, kalau sudah menganggap orang itu bagian dari keluarganya, hanya tanya saja, tanpa menyuruh, sudah mengerti apa yang dimaksudkan.

Pak Haji Suryono berharap jalinan kekeluargaan dijaga sampai akhir hayat dan diteruskan oleh anak-anak cucu sampai akhir zaman. (Foto: Wiradesa)

Pak Kabul yang merasa dibimbing menjadi tukang kebun sekolah sampai menjadi pegawai negeri, menganggap Bu Ngatirah sebagai pendidik, pengayom, dan teladan bagi warga tanpa membeda-bedakan status sosial, ekonomi, maupun agama. Makanya sampai kapanpun warga Bandongan Kulon akan menganggap Bu Ngatirah sebagai bagian dari keluarga.

Baca Juga:  Kenali Tanda dan Gejala Cedera Saraf Tulang Belakang

“Mewakili warga Bandongan Kulon dan juga pribadi, kami mengucapkan terimakasih, maturnuwun, atas sambutan keluarga Ibu. Jika ada salah dan ada hal-hal yang tidak berkenan, kami mohon maaf,” kata Pak Kabul, saat berpamitan akan pulang ke Bandongan Kulon, Ngablak, Magelang.

Pak Haji Suryono, suami Bu Ngatirah, yang dulu mengajar di SD Negeri Tejosari Ngablak, berharap ikatan kekeluargaan yang sudah terjalin dengan baik ini terus dijaga sampai akhir hayat. “Paseduluran ini sebaiknya terus terjalin sampai akhir zaman. Semoga anak-anak cucu kita melanjutkan ikatan persaudaraan ini,” tandas Pak Haji Suryono.

Ibu-ibu warga Bandongan Kulon mencuci piring di dapur rumah Bu Guru Ngatirah. (Foto: Wiradesa)

Sebelum meninggalkan rumah Bu Ngatirah, ibu-ibu warga Bandongan Kulon yang dulu murid-muridnya tanpa disuruh mencuci piring di dapur. Mereka tidak ingin meninggalkan pirang dan gelas kotor di rumah yang dikunjunginya. Apalagi rumah Ibu Guru yang dulu mendidiknya.

Saat para warga Bandongan Kulon berpamitan, ternyata mereka menyerahkan berbagai jenis sayuran hasil tanaman warga. Ada tomat, lombok, seledri, jipan, lobak, loncang, buncis, sawi, kentang, dan lainnya. Persembahan hasil bumi ini sebagai bentuk syukur dan ucapan terimakasih kepada seseorang yang pernah mendidik anak-anak, generasi penerus warga Bandongan Kulon, Ngablak, Magelang, Jawa Tengah. (Ono)

Baca Juga:  Latar Ndesan Prambanan Tawarkan Wisata Agro dengan Latar Belakang Perbukitan Syiwa: Sayang Terkendala Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *