Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med., Ed., Sp.OG(k)., Ph.D., meninjau pelaksanaan pemungutan suara di Tempat Pemungutan Suara Lokasi Khusus (TPS Loksus) di beberapa lokasi di UGM, Rabu (14/2).
Pemantauan pelaksanaan pemungutan suara di TPS Loksus UGM dilakukan untuk memastikan seluruh proses pemilu berjalan lancar dan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.
“Sejauh ini semua berlangsung baik. Untuk masa tunggu memilih juga tidak terlalu lama dan lancar karena sudah diatur sesuai dengan kedatangan,” jelasnya disela-sela peninjauan di TPS 901 & 902, TPS Loksus di Asrama Ratnaningsih 1 UGM yang berada di Kecamatan Depok, Sleman.
Rektor mengatakan adanya TPS Loksus UGM merupakan bentuk dukungan UGM dalam pelaksanaan pemilu 2024. Melalui TPS loksus ini diharapkan dapat memfasilitasi mahasiswa untuk menggunakan hak pilihnya, terutama bagi mahasiswa luar daerah yang berhalangan pulang karena tengah menjalani studi di Yogyakarta.
“Total jumlah pemilih mahasiswa yang terdaftar ada 2.611 orang berasal dari UGM dan 12 perguruan tinggi lainnya di DIY. Mudah-mudahan semua bisa hadir menggunakan hak suaranya,” ucapnya.
Dalam pelaksanaaan pemilu 2024 ini, UGM turut berpartisipasi menyukseskan jalannya pesta demokrasi akbar ini dengan memfasilitasi mahasiswa dari luar daerah untuk dapat menggunakan hak pilihnya. Hal tersebut dilakukan dengan menyediakan sembilan TPS khusus yang tersebar di lima lokasi di asrama mahasiswa UGM.
Adapun lokasi 9 TPS Khusus di UGM antara lain Asrama Ratnaningsih Kinanti 1 yang merupakan TPS 901 dan 902 dengan jumlah pemilih 589, Asrama Ratnaningsih Kinanti 2 & 3 yang merupakan TPS 903 dan TPS 904 dengan jumlah pemilih 584, Asrama Ratnaningsih Sendowo yang merupakan TPS 922 dan TPS 923 dengan jumlah pemilih 509, Asrama Darmaputera Santren yang merupakan TPS 905 dan TPS 906 dengan jumlah pemilih 590 dan Asrama Darmaputera Karanggayam dengan jumlah pemilih 280.
Sementara Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni, Dr. Arie Sujito, S.Sos., M.Si., menyampaikan bahwa dengan pendirian TPS Loksus UGM bukan hanya untuk memfasilitasi pemilih mahasiswa luar daerah saja. Namun, adanya TPS loksus UGM ini juga menjadi bagian dari pendidikan politik bagi mahasiswa. Pemungutan suara di TPS loksus UGM ini melibatkan 36 pengawas independen dan 63 KPPS dari kalangan mahasiswa UGM.
“TPS Loksus UGM ini menjadi wahana pendidikan politik bagi mahasiswa UGM. Sebelumnya juga dilakukan di luar program ini melalui KKN pemantau pemilu,” terangnya.
Keterlibatan mahasiswa UGM ini dikatakan Arie menguji kematangan mahasiswa sebagai bagian dalam penyelenggaraan pemilu. Dengan pendidikan politik lewat keikutsertaan dalam pelaksanaan pemilu ini diharapkan bisa menjadi bekal mahasiswa di kemudian hari saat terjun ke masyarakat.
“Pemungutan suara sejauh ini aman dan berlangsung kondusif, tidak ada persitiwa di luar konstitusi. Jika nantinya ada persoalan akan dikomunikasikan dan dikoordinasikan dengan Baswaslu,” ujarnya.
Kehadiran TPS loksus UGM ini disambut baik oleh para mahasiswa luar daerah. Salah satunya Audelia Fitri mahasiswa Sosiologi UGM asal Bengkulu. Ia merasa terbantu dengan keberadaan TPS Loksus di UGM. Dengan keberedaan TPS loksus ini ia tetap bisa menggunakan hak pilihnya tanpa harus pulang ke kampung halaman.
“Lega dan bahagia bisa ikut mencoblos dalam pemilu untuk ikut menentutkan pemimpin Indonesia kedepan,” katanya.
Hal senada disampaikan oleh Juhail mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM asal Pematang Siantar. Ia mengaku lega telah memenuhi kewajiban sebagai warga negara dengan berpartisipasi dalam pemilu.
“Jujur sangat senang karena ini pertama kalinya ikut pemilu untuk menentukan pemimpin dalam lima tahun kedepan,” tuturnya.