Soto Mbak Jam Jadi Primadona Rakyat dan Pejabat

 Soto Mbak Jam Jadi Primadona Rakyat dan Pejabat

Foto: Ilyas/Wiradesa

GUNUNGKIDUL – Soto Mbak Jam rasanya mantap manjakan lidah. Soto khas Gunugkidul karena jahe dan bawang yang tebal ini menjadi primadona rakyat hingga pejabat.

Berada di area persawahan tak jauh dari pintu masuk destinasi wisata Gunung Api Purba. Di sekeliling warung banyak pohon rindang. Suasana sangat teduh, sesekali angin sepoi-sepoi menyapu pepohonan.

Soto Mbak Jam hadir di tengah masyarakat sebelum Gunung Api Purba dikomersialkan menjadi destinasi wisata. Gunung Api Purba baru populer pada tahun 2012, sedangkan Soto Mbak Jam sudah mulai berdiri Februari 2008.

“Cuma iseng buka usaha di rumah sendiri. Pikir saya gak mau bertani karena hasil tak bisa diandalkan. Jadi memutuskan untuk membuat usaha kuliner yang dikelola sekeluarga,” ujar Jamirah, pemilik Soto Mbak Jam, Selasa 9 Maret 2021.

Awalnya, dari usaha kuliner, orang sekitar yang pergi ke sawah menjadi sasaran. Namun, ternyata bisa menjadi pilihan kuliner banyak orang. Babak ini dimulai sejak Dinas Kesehatan Gunung Kidul mengunjungi warung soto milik perempuan kelahiran 1960 itu.

Jamirah, pemilik Soto Mbak Jam (Foto: Ilyas/Wiradesa)

Diceritakan oleh ibu dari 5 anak ini, dari kunjungan pejabat dinas tersebut akhirnya menambah berkah. Setiap hari pengunjung semakin melimpah. Soto dengan harga merakyat, kemudian juga disukai banyak pejabat.

Bahkan, sudah dikunjungi wisatawan dari 23 negara. Seperti wisatawan asal Prancis, Korea, Jepang, dan Singapura pernah menikmati sajian soto yang beralamat di Nglanggeran Kulon, Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tak harus menunggu kantong tebal dulu untuk bisa menikmati soto yang satu ini. Punya recehan 11 ribu sudah bisa menikmati soto ayam biasa wae. Jika ingin mencoba soto ati dilarani atau soto sapi mati, cukup mengeluarkan receh 16 ribu. Meski terbilang murah, tapi nikmatnya tetap parah.

Baca Juga:  Hobi Ngopi, Wawan Tri Wibowo Tekuni Usaha Kopi Susu Gula Aren

Salah satu pengunjung, Siska mengatakan bersama tiga temannya sudah lama langganan. Seminggu sekali pasti menyempatkan menikmati soto yang memiliki porsi cukup banyak ini. “Soto Mbak Jam bikin nagih. Beda dari yang lain. Buat ngobrol enak juga karena gak bising,” ujar Siska.

Sebelum pandemi, 240 mangkok habis dalam sehari. Jika hari Sabtu atau Minggu bisa habis 260 mangkok. Namun, sejak pandemi mengalami penurunan. Dalam sehari kadang menghabiskan 150-an mangkok. “Alhamdulillah tetap harus disyukuri. Semua rezeki sudah diatur Yang Kuasa,” ucap Jamirah, istri Pak Sutoyo, yang komitmen menjaga cita rasa soto. (Ilyas Mahpu)

Ilyasi

Wiradesa.co

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar

%d blogger menyukai ini: