Griya Cokelat di Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, merupakan contoh usaha ekonomi kreatif berbasis masyarakat. Ada tiga kelompok masyarakat yang terlibat dalam proses produksi minuman dan makanan berbahan baku kakao.
Tiga kelompok tersebut adalah Kelompok Tani (Petani Kakao), Kelompok Perempuan (Ibu-ibu PKK), dan Kelompok Pengelola Desa Wisata Nglanggeran (Pemuda desa). Mereka bekerja untuk meraih kesejahteraan, sesuai dengan tugas pokoknya masing-masing.
Kelompok Tani tugasnya sebagai penyedia bahan baku kakao, dari menanam, merawat, memanen, hingga menjadi cokelat kering fermentasi. Jadi saat dikirim ke Griya Cokelat, kakaonya sudah kering dan terfermentasi.
Sedangkan Kelompok Perempuan, ibu-ibu PKK, melakukan pengolahan biji kakao kering menjadi bubuk kakao dan aneka produk turunan dari bubuk kakao. Ada berbagai varian minuman dan makanan berbahan baku kakao.
Selanjutnya Kelompok Pengelola Desa Wisata Nglanggeran, membantu membangunkan tempatnya. Membantu memasarkan produk cokelat sekaligus menjadi atraksi bagi wisatawan yang berkunjung ke destinasi wisata Gunung Api Purba Nglanggeran.
“Wisatawan yang berkunjung ke Griya Cokelat bisa terlibat dalam proses pembuatan aneka minuman dan makanan yang berbahan baku kakao,” ujar Sugeng Handoko, Manager Griya Cokelat, saat berbincang dengan Wiradesa.co di Gazebo Griya Cokelat, Nglanggeran Wetan, Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, Senin 28 Agustus 2023.
Usaha ekonomi kreatif Griya Cokelat mendukung pengembangan Desa Wisata Nglanggeran. Karena produsen dan pusat kakao produksi masyarakat ini juga menjadi salah satu atraksi atau paket wisata di Desa Wisata Nglanggeran. Wisatawan terlibat langsung proses pembuatan minuman dan makanan yang terbuat dari kakao.
Pengurus Griya Cokelat Nglanggeran, Tika, menjelaskan ada 12 orang ibu-ibu yang bekerja di Griya Cokelat. Para ibu rumah tangga itu dulunya pencari rumput untuk pakan ternak, yang tidak memiliki pendapatan tetap. Sekarang sudah memiliki gaji. Penghasilan tetapnya Rp 1.500.000 per bulan.
Produk Griya Cokelat berupa minuman dan makanan berbahan baku kakao. Minumannya, antara lain Chocomix, Chocomix Ffee, Chocomix Ice, dan Chocomix Tawa. Sedangkan makanannya, antara lain Chocokies Almond, Pisang Salut Cokelat, Bakpia Cokelat, dan Dodol Kakao.
Produk yang paling laku, untuk minuman cokelat yang varian Chonomix dan untuk makanan ada Chocokies Almond, Pisang Salut Cokelat, dan Bakpia Cokelat. Omzetnya sekitar Rp 60 juta sampai Rp 70 juta per bulan.
Griya Cokelat menggunakan dua metode pemasaran, yaitu offline dan online. Untuk offline, dititipkan ke beberapa toko oleh-oleh di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya. “Produk kita sudah masuk di Indomaret,” ujar Tika.
Untuk online menggunakan Instagram, WhatsApp, dan juga market place. Dari media sosial itu, ternyata mampu memikat masyarakat dari luar daerah untuk datang ke Griya Cokelat. Mereka ingin belajar membuat olahan dari bahan baku kakao dan rekreasi di Gunung Api Purba serta Embung Nganggeran.
Keberadaan Griya Cokelat ternyata tidak hanya menyejahterakan masyarakat desa, khususnya para petani, tetapi juga melestarikan pohon kakao di wilayah Desa Nglanggeran. Pohon kakao yang dulu tidak terawat dan ditebangi, sekarang tumbuh subur di sekitar rumah. Lingkungan menjadi asri, hijau, dan nyaman untuk tempat tinggal. (Ono Jogja)