KULONPROGO – Konsep pelayanan harus selalu dipegang bahkan semestinya menjadi bagian komitmen seorang pedagang. Dengan memegang komitmen dalam hal pelayanan diharapkan jualan makin laris, omzet usaha makin menggelembung, buka cabang makin banyak.
Pentingnya seorang pedagang memegang komitmen pelayanan disampaikan konsultan usaha Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Noor Rakhman Erwiyanto atau akrab disapa Coach Erwin di hadapan 45 pedagang Pasar Kranggan, Galur. “Konsep pelayanan yang mau saya sampaikan yakni 8 S. Senyum, salam, sapa, sopan, santun, siap, sedia dan semangat,” ucap Erwin dalam acara pelatihan manajemen bagi para pedagang Pasar Kranggan (23-24 November 2021).
Kiat 8 S, lanjut mentor wirausaha asal Bantul, bisa diaplikasikan para pedagang pasar. Apalagi di tengah kecenderungan pasar tradisional sepi pengunjung. Di tengah kondisi seperti itu pelayanan kepada pelanggan justru harus ditingkatkan.
Guna mengukur seberapa akrab antara pedagang pasar dan para pelanggannya, Erwin memancing para pedagang pasar dengan lontaran pertanyaan berapa banyak jumlah kontak WA yang disimpan di smartphone. Mendapat pertanyaan seperti itu, seorang pedagang secara spontan mengatakan di ponselnya hanya tersimpan 54 nomor kontak. Yang lain menyebut angka 200-an kontak pertemanan.
“Kalau yang tersimpan hanya 54 kontak jangan-jangan yang belanja cuma empat,” ungkapnya sembari menambahkan, seorang pedagang untuk menjaga keakraban dengan para pembeli dan pelanggan tak ada salahnya menjalin relasi lebih personal. “Menyapa nama, tahu alamat tinggalnya, bahkan menyimpan kontak ponselnya. Dalam berjualan juga mesti mengedepankan sopan santun, sebisa mungkin dengan ragam bahasa halus seperti monggo pinarak dan seterusnya,” ujarnya.
Para pedagang pasar, masuk kategori UMKM dilihat dari jumlah omzet yang masih dibawah Rp 4,6 miliar pertahun. Seperti umumnya UMKM, problem yang disandang juga sama. Mulai konsistensi dalam berdagang, volume dan omzet kecil, persoalan standar mutu, marketing, sumber daya insani, blue print bisnis dan ketiadaan mentor dalam menjalankan usaha.
Pada kesempatan itu tampil pula konsultan bisnis Dewi Hadi. Dewi membuka materi dengan menyampaikan kesan pertama perihal kebersihan sarana toilet pasar yang mesti diperbaiki kebersihannya. Namun, ia juga mengaku bangga tatkala memborong pisang menjumpai seorang pedagang sudah siap melayani pembayaran nontunai, membayar via transfer. “Mindset harus diubah. Mendukung konsep pelayanan yang disampaikan Coach Erwin, soal kebersihan mestinya kembali kepada kita. Tak saling menyalahkan. Pasar dijaga dari kita, oleh kita untuk kita. Dinas perdagangan hanya membantu,” kata Dewi.
Pelatihan manajemen bagi pedagang Pasar Kranggan pada hari pertama ditutup dengan pembentukan kepengurusan pedagang pasar dan sosialisasi pengurusan Nomor Induk Berusaha (NIB) oleh pendamping UMKM Hana Sukemi. (Sukron)