Penerima Satyalancana Kepariwisataan tahun 2023, Sugeng Handoko, memaparkan bagaimana mengelola wisata desa yang selama ini dijalaninya di Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul. Ada tiga langkah yang dilakukan, yakni konservasi lingkungan, melibatkan anak-anak muda, dan memanfaat perkembangan teknologi informasi.
“Jadi mengelola wisata desa di Nglanggeran itu awalnya diniatkan untuk konservasi lingkungan, untuk menjaga kelestarian lingkungan, bukan mengeksploitasi alam,” ujar Sugeng Handoko saat ditemui Wiradesa,co di Griya Cokelat Nglanggeran, Senin 21 Agustus 2023.
Dengan niat konservasi, maka lingkungan Gunung Api Purba Nglanggeran sampai sekarang terjaga keaslian dan keasriannya. Selain itu pohon-pohon, seperti pohon kakao semakin terawat dengan baik dan kini memiliki nilai ekonomi yang tinggi bagi masyarakat. Adat istiadat dan seni tradisi juga masih dijalankan dan masih lestari di Nglanggeran.
Sedangkan pelibatan anak-anak muda memunculkan kreativitas dan inovasi dalam upaya konservasi dan pengembangan wisata desa. Anak-anak muda memiliki energi lebih dan belum terdesak kebutuhan ekonomi keluarga. Sehingga mereka siap diajak untuk bekerja bervisi pengabdian untuk membangun desanya.
Kreativitas dan inovasi anak-anak muda memunculkan sajian wisata yang berbasis masyarakat dan ramah lingkungan, seperti bajak sawah, wisatawan naik alat bajak. Kemudian belajar batik kain, batik topeng. Belajar adat kenduri, gamelan, menanam, olah susu. Belajar membuat olahan criping dan olahan dodol.
Untuk sajian wisatawan, anak-anak muda juga secara kreatif menampilkan view Embung Nglanggeran, flying fox, dan kesenian gejok lesung. Wisatawan diajak beristirahat di glamping Kedung, griya spa, dan menikmati keseruan di kebun kakao, trekking Gunung Api Purba Nglanggeran, serta melewati Lorong Sumpitan.
Anak-anak muda juga mengemas paket wisata yang peduli dan ramah lingkungan, seperti melepas ikan di sungai, mengabadikan kakao, ikut dalam proses pembuatan pisang salut cokelat dan olahan cokelat. Wisatawan juga diajak menikmati sepakbola lumpur, mengenal pakaian adat, cara beternak kambing dan yang menarik menikmati sunrise Gunung Api Purba Nglanggeran serta sunset di Embung Nglanggeran.
Berbagai paket wisata yang semuanya merupakan potensi desa tersebut didokumentasikan oleh anak-anak muda dan dipublikasikan melalui berbagai platform media, mulai dari penerbit berita atau perusahaan pers, sampai media sosial, seperti YouTube, Instagram, Whatsapp, Twitter, TikTok, dan lainnya. Mereka memanfaatkan perkembangan teknologi informasi.
Sugeng Handoko, penggerak wisata desa yang lahir 28 Februari 1988 di Nglanggeran, terus berupaya mengembangkan pariwisata yang dijadikan penghubung untuk mengikat berbagai aktivitas kegiatan masyarakat sehingga memberikan nilai tambah secara ekonomi, lingkungan, dan sosial. Penghasilan masyarakat meningkat, lingkungan terjaga, dan kehidupan masyarakat Desa Nglanggeran tambah guyup rukun.
Dari konsistensinya selama 17 tahun lebih, hasilnya di desa wisata Nglanggeran, lingkungan alam terjaga dengan baik. Hampir tidak ada urbanisasi . Kemudian bangkitnya kearifan lokal dan budaya masyarakat sebagai jati diri dan potensi desa, serta lahirnya usaha-usaha dan kelompok ekonomi produktif baru pendukung pariwisata.
Reportase selanjutnya, Wiradesa.co akan memaparkan usaha ekonomi kreatif berbasis masyarakat di Nglanggeran. Usaha ekonomi yang dinamai Griya Cokelat ini melibatkan tiga kelembagaan, yakni kelompok tani, kelompok perempuan, dan pengelola desa wisata. (Ono Jogja)