BERKUNJUNG dan menginap di Desa Wisata Segajih, wisatawan akan merasakan romantisme rumah simbah. Sejumlah homestay yang dikelola warga Padukuhan Segajih Hargotirto Kokap Kulonprogo, suasananya benar-benar masih alami khas desa.
Dikelilingi pepohonan, dihubungkan oleh jalan setapak ala kampung. Selain bangunan gedongan, ada pula bangunan etnik yang terbuat dari material balungan kayu lawasan dan dinding anyaman bambu. Omah Jawa Dara Gepak Sura Joyo, salah satu rumah berkonsep etnik di Segajih.
Surakhmad atau akrab disapa Mbah Sura yang mengelola Omah Jawa Dara Gepak menuturkan, tiang utama Omah Jawa Dara Gepak berjumlah delapan. Berada di lahan berundak atau terasiring. Rumah yang dia sebut sebagai pertapan merangkap sebagai basecamp pengelola Segajih.
“Kebetulan saya masih tinggal di Semarang dengan suasana kotanya. Udaranya panas. Di sini terasa lebih sejuk. Kejernihan air, sejuk udara, sanitasi lingkungannya terjaga,” kata Mbah Sura menuturkan suasana di sekitar Omah Jawa Dara Gepak yang kerap ditinggali kala berkunjung ke Yogya seringnya saat libur atau tiap akhir pekan.
Satu pohon pete dibiarkan tetap tumbuh di depan Omah Jawa Dara Gepak. Ada alasan tersendiri mengapa ia selalu kangen dengan suasana di Segajih. Pemandangan sekitar berupa gunung, pepohonan hijau, sangat menenangkan hati.
Rumah induk Omah Jawa Dara Gepak berukuran 6×11 meter separuhnya dijadikan kamar. Bagian depan dibuat terbuka tanpa dinding tinggi. Bagian pinggir hanya dipasang papan kayu setinggi sekitar satu meter.
“Tiang utama dari kayu nangka lawasan. Dinding kamar model kotangan setinggi perut terbuat dari dinding batu bata. Selebihnya bagian atas dari anyaman gedek. Pintu sistem sliding atau geser. Juga terbuat dari anyaman bambu,” imbuhnya.
Ciri khas bangunan Omah Jawa Dara Gepak bagian sayap dilingkari selendang melingkar sebagai tebeng. Bagian ganjal blandar dipasang gepengan yang disebut santen. Pada bagian atas pintu kamar terdapat gawangan kuna yang akan dilengkapi aksen pakeliran wayang. Pakeliran nantinya menggambarkan kahyangan jonggring saloka dengan tokoh wayang Sang Hyang Wenang, Sang Hyang Tunggal, Ismaya, Manikmaya, dan Tejamaya.
“Di sini suasana ayem. Suasananya selalu bikin kangen. Walau ke sini sekadar nyapu, bakar sampah. Setelah pensiun nanti rencana akan banyak tinggal di sini. Ikut mengelola kegiatan wisata edukasi,” kata Mbah Sura, Sabtu 9 November 2024.
Di Omah Jawa Dara Gepak, menjadi ajang edukasi kerajinan kayu, bambu, angklung. Seni tradisi yang bisa digelar diantaranya macapat, gejok lesung, incling dan lainnya.
“Wisma, turangga, kukila, tiga filosofi orang Jawa. Omah Jawa Dara Gepak bagian dari wisma itu. Jangkepe menungsa urip. Semoga keberadaan Omah Jawa Dara Gepak dan kegiatan di sekitarnya bisa ikut ngonceki budaya menjadi dedamar bagi anak muda,” ungkapnya.
Selain ditinggali Mbah Sura, Omah Jawa Dara Gepak bisa disewa wisatawan yang ingin menikmati suasana perkampungan desa tempo dulu. Untuk masuk ke Omah Jawa Dara Gepak Sura Joyo, wisatawan bisa melalui gapura depan melintasi bangunan Lintang Gubuk Penceng. (Sukron)