Pengembangan Kawasan Mina Padi Polaman Mengarah pada Konsep Ekowisata

Kawasan mina padi Polaman (Foto: Wiradesa)

BANTUL – Kawasan persawahan di Padukuhan Polaman Argorejo, Sedayu kini tidak sekadar panen padi. Kolam mina padi yang dibangun selebar setengah hingga satu meter berkedalaman 50 cm mengitari sawah rupanya telah dua kali berhasil panen nila.

Kepala Dukuh Polaman Suparjo (43) menuturkan, sawah yang dijadikan kawasan mina padi menghasilkan panen padi sekaligus ikan nila. “Konsep mina padi di Polaman telah kami rintis dua tahun belakangan. Pada musim panen warga panen ikan seminggu kemudian baru memanen padi,” ucapnya kepada wiradesa.co, Minggu 15 Agustus 2021.

Lahan sawah yang disulap menjadi kawasan mina padi awalnya seluas 15 hektar. Warga mendapat dukungan program Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam membangun kawasan mina padi. Kemudian dibangun caren atau selokan kecil di pinggir sawah. Agar lumpur tak gugur, pada bagian dinding ditahan dengan papan bambu. Pada bagian galengan dilapisi plastik mulsa. Instalasi lain berupa pemasangan saluran paralon guna mengatur ketinggian air juga dipasang penyaring pada pintu masuk dan keluar sirkulasi air, waring dipasang keliling masing-masing kolam agar hama dan pemancing tak masuk.

“Penebaran benih ikan di kolam mina padi pada lahan sawah seluas 1000 meter bisa dikasih 20 kilogram benih ikan nila. Dengan luasan kolam bervariasi, bila perawatan baik, petani rajin, air bagus, panen bisa dapat 80-100 kilogram per kolamnya,” imbuh Suparjo.

Baca Juga:  Padi Gamagora 7 Hasilkan Beras Premium Mirip Beras Rojolele

Para petani yang aktif tergabung pada kelompok mina padi Sedyo Makmur Padukuhan Polaman sebanyak 34 orang. Menempati 4 blok sawah, pengelolaan kawasan mina padi tak lepas dari berbagai kendala. Kendala utama pada kecukupan pasokan air.

“Di blok D ketersediaan air paling mudah. Tapi ada hambatan di blok C. Airnya sulit sehingga mina padi tak berlanjut di blok itu,” ungkapnya. Karena sebagian petani tak lagi melanjutkan mina padi, dengan sendirinya luas lahan mina padi menyusut. Bila awal dirintis kawasan mina padi seluas 15 hektar saat ini tersisa lahan mina padi sekitar 3 hektar.

Gagasan kawasan mina padi dikisahkan Suparjo. Warga tergerak lantaran melihat potensi air selokan dan bendungan kali yang mengalir sepanjang musim. Warga pun mengajukan proposal pengembangan mina padi dan mendapat sambutan sejumlah pihak. Selain dari pemerintah, dukungan datang pula dari Dompet Dhuafa.

“Didampingi Dompet Dhuafa dulu belum ada jaring atas untuk menghalangi blekok sekarang sudah dipasang jaring atas. Bagian dalam sekarang dipasangi papan bambu penahan lumpur. Dipasangi pula dengan plastik mulsa agar galengan tak bocor. Tentu tak semua biaya cukup dari bantuan sehingga ke depan ada rencana pembentukan koperasi. Terutama untuk memenuhi kebutuhan modal pembelian bibit dan pakan agar bisa pinjam lewat koperasi setelah panen dikembalikan,” kata Suparjo.

Baca Juga:  Wisata Desa: Naik Andong dari Ndalem Nampan ke Pantai Trisik
Panen nila di kolam mina padi (Foto: Wiradesa)

Mencermati perkembangan mina padi di wilayahnya, Suparjo mengaku optimis. Menurutnya, sejumlah lokasi kolam beroleh hasil panen bagus. Penjualan hasil panen ikan terbilang mudah.

Pengalaman terdahulu sehabis panen petani menggelar pasar ikan dadakan di tepi jalan raya Sedayu-Bantul. Sedangkan dalam hal perawatan ikan mereka mendapat bimbingan petugas penyuluh perikanan yang mendampingi sehingga sejumlah kiat telah diterapkan para anggota kelompok mina padi. Misalnya, ketersediaan kolam berkedalaman satu meter guna mengumpulkan ikan saat panen atau tempat berkumpul ikan manakala debit air surut. Luas caren berkedalaman satu meter setidaknya 20 persen dari luas kolam keseluruhan. Hal berikutnya yakni terjaminnya sirkulasi air. Ikan nila akan tumbuh lebih pesat di kolam dengan sirkulasi air yang baik.

“Pada kolam yang sirkulasi airnya baik, ikan lebih doyan ketika diberi pakan. Sementara ketika bulir padi sudah mulai besar, ketinggian air ditambah sehingga ikan masuk ke sela tanaman padi ikut memakan rumput yang mengganggu tanaman padi,” bebernya.

Perihal produktivitas panen ikan diterangkannya. Pada lahan kolam milik salah satu anggota, dengan lahan sawah seluas 4500 meter didapat panen perdana 4 kuintal ikan. Dan masih menyisakan anakan ikan yang tak ikut dijual. Pengalaman menggembirakan panen kolam mina padi dituturkan Wagiran. Wagiran yang memiliki lahan sawah seluas 300 meter dibangun kolam keliling, dalam empat bulan bisa panen 70 kilogram nila dari tebar benih sebanyak 10 kilogram.

Baca Juga:  800 Siswa Belajar Membatik di Kampung Batik Giriloyo Desa Wisata Wukirsari

“Setelah dikurangi biaya bibit dan pakan, biarpun lahan sempit tapi masih ada untung sedikit. Sementara jumlah panen gabah tak berkurang meski lahan dikurangi kolam. Sistem tanamnya menyesuaikan pakai jajar legowo,” ucap Wagiran.

Melihat keseriusan warga Polaman menekuni mina padi kemudian menggerakkan pihak lain untuk turut melakukan pendampingan seperti dari UPN Veteran Yogyakarta. Dituturkan Agus Bambang Irawan, dosen Teknik Lingkungan UPN Veteran Yogyakarta, pihaknya tengah fokus melakukan pendampingan dalam mengembangkan kawasan mina padi Polaman menjadi kawasan ekowisata.

“Dalam ekowisata nanti ada pasar ikan, pemancingan, tempat swafoto, tempat makan. Kami dari UPN sebagai pendamping, antara lain memberi bantuan penataan fisik, desain dan rancangan tempat, gazebo, jembatan bambu. Ke depan juga disinergikan sebagai tempat KKN mahasiswa secara kontinyu,” paparnya. (Sukron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *