KEBUMEN – Para perajin anyaman bambu di Desa Jatimulyo nyaris tak mengenal libur. Mereka terus menganyam untuk membikin besek, lambaran tudung, tampah dibikin setiap hari. Ada atau tidak pesanan, mereka tetap menganyam. Belum lagi kini bertambah varian produk anyaman kreatif yang kerap dipesan konsumen. Teras rumah pun berubah fungsi menjadi rumah produksi yang nyaman.
“Pagi kalau pekerjaan rumah tangga, masak, mencuci sudah rampung langsung menganyam. Libur bisa dihitung jari. Misal ketika ada tetangga hajatan, ada rajaban, pengajian maulidan. Atau ada pekerjaan di sawah. Umumnya begitu,” kata Parjiyah, perajin anyaman bambu Jatimulyo saat ditemui wiradesa.co akhir pekan lalu.
Seiring pelatihan menganyam kreatif yang digelar Pemerintah Desa Jatimulyo beberapa tahun lalu, Bu Jiyah–sapaannya, punya tugas baru. Di perkumpulan Green Kampoeng Craft –wadah bagi 120-an perajin anyaman bambu di Jatimulyo, perempuan kelahiran 1966 itu punya peran menerjemahkan gambar-gambar pesanan konsumen anyaman kreatif. Ia terlebih dulu memeras otak membuat prototipe.
“Tak selalu barang yang sama sekali baru. Desain kreatif bisa pengembangan dari produk anyaman yang telah ada sebelumnya. Contoh besek bertangkai. Baik tangkai tunggal atau ganda. Ternyata dengan dikasih tangkai besek kesannya jadi ekslusif tidak biasa. Dan banyak dipesan untuk kirim punjungan orang mau mantu dan hajatan lain,” kata Bu Jiyah di tempat tinggalnya, Jatimulyo RT 1 RW 04.
Belum lama, Bu Jiyah beroleh pesanan 300 besek bertangkai dari Ponpes Darussaadah Kritig Petanahan. Besek bertangkai yang dipesan kemudian berfungsi sebagai hampers unik, diisi oleh-oleh khas Kebumen; gula jawa, lanting, jambu kristal.
“Isen-isen oleh-oleh khas Kebumen untuk dibagikan pada acara pertemuan kiai dari berbagai wilayah di Jawa Tengah. Dengan model kemasan tersebut, umumnya pemesan merasa marem. Karena bingkisan jadi lebih punya nilai juga keunikan,” imbuhnya.

Sebagai perajin anyaman yang kenyang makan asam garam, lantaran sudah menganyam sejak muda, membuat besek dengan gantelan atau tangkai bila pesanan dalam jumlah banyak tak dikerjakan Bu Jiyah sendiri. Pesanan umumnya 10 kodi. Bahkan pernah ia mendapat pesanan 30 kodi besek bertangkai. Di samping bertanya harga, calon pemesan umumnya menanyakan ukuran besek bertangkai. Sementara sebagai perajin, Bu Jiyah akan menanyakan besek untuk keperluan apa dan apa isinya. Ukuran besek lumrah 15 kali 18 cm. Dia akan berpikir keras bagaimana bila ada pesanan besek dengan ukuran berbeda. Misal 15 kali 20 cm.
“Terkait rumus menganyam biasa sama sisi kalau beda ukuran perlu ada penyesuaian agar bisa bikin sesuai kebutuhan pesanan,” ujarnya.
Volume pesanan dalam jumlah besar terkadang membuat para perajin sampai melembur menganyam hingga 22.00. Sedangkan hari-hari biasa Bu Jiyah dan perajin lain akan menyudahi pekerjaan pada 16.00. Selain besek tangkai terdapat berbagai desain produk hampers perajin Jatimulyo.
Musim Lebaran tak jarang mereka kebanjiran pesanan. Memenuhi meningkatnya permintaan, hingga saat ini perajin anyaman bambu di Jatimulyo tak mengalami kesulitan bahan baku bambu. “Bahan bambu mudah didapat. Selain menebang sendiri juga ada pemasok yang siap datang mengantar bambu sesuai kebutuhan,” pungkasnya. (Sukron)








