Lokus pembelajaran di bidang geografi mencakup segala hal yang berkaitan dengan muka bumi. Dua di antara berbagai fokus bidang keilmuan geografi adalah biodiversitas dan geodiversitas. Fokus pembahasan mengenai mahluk hidup, atau biodiversitas banyak bersinggungan dengan unsur tanah atau geodiversitas. Namun, integrasi antara kedua fokus ini masih sangat minim, padahal untuk memaksimalkan pengembangan keduanya, membutuhkan sinergi yang tepat antara biodiversitas dan geodiversitas.
Melalui serial kuliah umum Fakultas Geografi pada Selasa (27/6), Prof. Dr. Eko Haryono, M.Si. selaku Dosen Departemen Geografi Lingkungan Fakultas Geografi UGM memaparkan alasan mengapa geodiversitas baru-baru ini diperdalam di bidang geografi. “Kita memiliki 560 lokasi konservasi, salah satu upaya untuk memperdalam tatanan lingkungan sekaligus melestarikannya. Tapi mayoritas basisnya adalah biodiversitas, sedangkan geodiversitasnya muncul baru-baru ini. Kalau dilihat dari sejarahnya, memang konservasi biodiversitas lebih dulu dilakukan,” ungkap Prof. Eko.
Tak hanya lingkup konservasi nasional, kriteria warisan dunia juga belum sepenuhnya mengintegrasikan antara biodiversitas dan geodiversitas. Hal ini dapat dilihat dari kriteria geodiversitas yang baru masuk dalam satu kategori. Pun dengan eksistensi geodiversitas dalam regulasi nasional. “Kalau kita lihat dalam UU Nomor 5 Tahun 1990, bahwa yang disebut sumber daya alam hayati ini adalah nabati, hewani, dan non hayati. Jadi, sebetulnya non hayati masih masuk di dalamnya, tetapi karena leading sektornya adalah kehutanan, tentunya proporsi tentang muatan non hayatinya masih sangat kurang,” tambah Prof. Eko.
“Perlu adanya dorongan untuk mengembangkan konservasi geodiversitas. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah partisipasi SDM yang berlatar belakang ilmu kebumian, rencana pengelolaan geodiversitas di kawasan konservasi, regulasi, dan kelembagaan,” tutur Prof. Eko.
Prof. Eko mengungkapkan, pada tahun 2021, International Union for Conservation of Nature mengeluarkan kriteria baru mengenai konservasi warisan dunia geodiversitas dengan 8 tema utama. Indonesia sebagai negara dengan kekayaan alam melimpah sebenarnya memiliki potensi besar untuk membangun konservasi geodiversitas.
Kuliah umum bertajuk “Integrasi Konservasi Biodiversitas dan Geodiversitas untuk Optimalisasi Manfaat Jasa Lingkungan” yang dilaksanakan secara daring tersebut membuka pandangan baru dalam ilmu geografi. “Antara biodiversitas dan geodiversitas nampaknya memang belum sepenuhnya terintegrasi dengan baik. Saat ini memang yang menjadi fokus adalah aspek konservasi biodiversitas, sementara geodiversitas belum banyak diperhatikan. Padahal, keduanya merupakan hal yang terintegrasi satu sama lain,” ucap Muhammad Kamal, S.Si., M.GIS., Ph.D. selaku Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Pengajaran, dan Kemahasiswaan Fakultas Geografi UGM. (*)