PURBALINGGA – Desa Tanjungmuli, Kecamatan Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah (Jateng), kini dikenal dengan Kampung Marketer. Sebuah kampung yang menjadi pusat digital marketing dan mampu menyedot uang puluhan miliar rupiah dari kota ke desa.
Mengalirnya uang dari kota, yang selama ini menjadi pusat perekonomian, ke desa itu tidak lepas dari peran anak muda bernama Rofi Bayu Darmawan. Alumni STAN Jakarta dan mantan pegawai Departemen Keuangan ini yang menjadi tokoh di balik keberadaan Kampung Marketer.
Sebenarnya Rofi sudah dirasa nyaman bekerja di Kementerian Keuangan. Karena bekerja di departemen yang gajinya per bulan di atas rata-rata. Namun anak muda desa ini justru mengundurkan diri dan memilih kembali ke desa, untuk mengabdikan diri bagi perkembangan desanya.
Berbekal kemampuan di bidang digital marketing dan training, Rofi melatih anak-anak muda desa untuk bisa memasarkan produk melalui jaringan internet. Awalnya tidak mudah untuk melatih anak muda berbasis digital. Karena yang diinginkan oleh mereka itu bekerja terus dapat uang, bukan latihan yang dianggap buang-buang waktu.
“Untuk menarik minat anak-anak muda desa, saya membuat poster lapangan kerja. Poster saya sebar ke mana-mana dan akhirnya ada beberapa anak muda yang tertarik untuk mengikuti pelatihan,” papar Rofi Bayu Darmawan, Selasa 4 Januari 2022. Ada tiga bidang yang diajarkan, yakni program advertiser, customer service, dan admin marketplace.
Anak-anak muda yang dilatih kemudian direkrut untuk bergabung dengan Komerce, startup yang dibangun oleh Nofi Bayu Darmawan. Sistem kerja Komerce, mempertemukan para talent, sebutan karyawan Komerce, dengan mitra bisnis atau pemilik toko online dan UMKM di Indonesia.
Pendapatan para talent, untuk customer service, selain dari mitra bisnis dan administrasi, juga ditambah bonus dari jumlah penjualan. Semakin banyak menjualkan produk relasi bisnis online, maka semakin banyak bonus yang diterimanya. Jika penjualannya banyak, para talent dari des aini bisa meraup pendapatan Rp 10 juta sampai Rp 16 juta/bulan.
Cara kerjanya juga mudah. Wiwit Trisnawati (29) salah seorang talent Komerce mengemukakan kerjanya simpel. “Saya diberi kepercayaan untuk pegang nomor whatsapp customer service dari data toko online di Yogya. Jadi setiap hari, tugasnya balas chat dari pelanggan yang mau beli. Pokoknya sampai deal dan konfirmasi transfer hingga pengiriman,” ujar Wiwit, penjaja jasa customer service toko aksesori handphone di marketplace.
Saat ini, di awal tahun 2022, sudah ada sekitar 230 UMKM yang menjadi mitra Komerce. Kemudian ada 20 titik pemberdayaan. Sejak tahun 2017 sampai 2021 sudah ada lebih dari 1.300 anak muda yang mengikuti training e-comerce yang diselenggarakan Komerce. Mereka tidak hanya datang dari Purbalingga dan wilayah Jawa Tengah saja, tetapi juga dari Daerah Istimewa Yogyakarta serta daerah lainnya.
Teknologi informasi bisa dipelajari dari mana saja. Asal ada jaringan internet dari pelosok desa pun bisa. “Maka manfaatkan smartphone dengan baik,” tegas Nofi Bayu Darmawan. Dari pikiran dan tangan anak-anak muda desa di Kampung Marketer, uang yang mengalir dari kota ke desa tahun 2020 sekitar Rp 15,6 miliar per bulan dan tahun 2021 perputaran uangnya sekitar Rp 30 miliar per bulan.
Apa yang dilakukan Nofi Bayu Darmawan dan anak-anak muda desa layak diacungi jempol. Karena keberadaan Kampung Marketer itu mengatasi dua masalah yang selama ini dirasa sulit dicarikan jalan keluarnya, yakni masalah pengangguran dan urbanisasi. Kini anak muda desa berhasil menawarkan solusi dengan memanfaatkan teknologi informasi. (*)